Oleh: hurahura | 1 Oktober 2010

Bukit Maneungteung Akan Diteliti

KOMPAS Jawa Barat, Sabtu, 25 Sep 2010 – Bukit Maneungteung di Kabupaten Cirebon, yang merupakan daerah bekas galian pasir, kini menjadi obyek penelitian setelah ada penemuan artefak yang diduga berasal dari abad III. Bukit tersebut juga akan diusulkan sebagai daerah konservasi budaya dan alam.

Sepakan lalu, para aktivis lingkungan menemukan sejumlah pecahan keramik dan tembikar serta tulang hewan berukuran besar di bukti tersebut. Benda-benda itu ditemukan di bekas pengerukan pasir bukit itu dalam kegiatan penghijauan.

Upri Embreng, Koordinator Petakala Grage, sudah membawa pulang sejumlah sampel pecahan keramik dan tembikar. Pecahan-pecahan itu hanya berukuran kecil dan diduga pecah karena aktivitas alat berat pengeruk pasir. “Pecahan tembikar ini tersebar di bekas penggalian pasir. Benda ini mungkin awalnya terpendam dan baru terlihat setelah sebagian tanah di bukit itu dikeruk,” katanya.


Undang pakar

Made Casta, Kepala Bidang Kesenian dan Kebudayaan Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Cirebon, Jumat (24/9), mengatakan, rencananya ia akan mengundang para pakar dari Balai Arkeologi Jawa Barat untuk meneliti artefak tersebut.

Ia belum bisa memastikan apakah benda-benda itu memang berusia berabad-abad atau pecahan tembikar berusia muda. “Kebetulan peneliti dari Balai Arkeologi akan berkunjung ke Cirebon untuk melihat bejana yang ditemukan di Kecamatan Gunungjati. Jadi, kami akan ajak sekaligus untuk meneliti pecahan tembikar di Maneungteung,” kata Casta.

Wilayah timur Cirebon memang tercatat sebagai salah satu pusat kerajaan-kerajaan kecil berabad-abad lalu. Selain Kerajaan Cirebon yang berdiri abad XVI, ada pula Kerajaan Maneungteung yang diduga sudah berdiri pada abad III di masa kekuasaan Kerajaan Tarumanagara.

Sungai Cisanggarung dan Cijangkelok yang mengalir di dekat perbukitan di wilayan timur Cirebon juga menjadi salah satu sarana transportasi kerajaan-kerajaan Cirebon saat itu.

Bupati Cirebon Dedi Supardi dan Ketua DPRD Kabupaten Cirebon Tasiya Soemadi pun telah menyepakati pelarangan bukit tersebut untuk digali. Kerusakan yang ditimbulkan dari galian telah dirasakan masyarakat, antara lain berkurangnya mata air serta longsor yang menutup saluran air dan jalan. (NIT)


Tanggapan

  1. Bukit maneungteung perlu diteliti.
    karna itu untuk memberi wawasan atau bentuk sejarah untuk keturunan kita kelak…

    untuk Pemerintahan kabupaten Cirebon kenapa dulu tidak di stop pengerukan tanah bukit tsb, nah sekarang terasa dampaknya….


Tinggalkan Balasan ke kusyana Batalkan balasan

Kategori