Oleh: hurahura | 7 September 2012

Rapat Raksasa 19 September 1945

Warta Kota, Selasa, 4 September 2012 – Meskipun Proklamasi Kemrdekaan RI sudah diumumkan pada 17 Agustus 1945, namun roda pemerintahan belum berjalan sebagaimana yang diharapkan. Suasana politik dan keamanan belum sepenuhnya terkendali. Penyebabnya Jepang tidak bersedia mengakui kemerdekaan RI. Bahkan Jepang masih tetap memegang kekuasaan atas nama Sekutu untuk mempertahankan statusquo. Selain ancaman Jepang, pasukan asing lain juga ingin kembali bercokol di sini.

Melihat keadaan yang serba tidak menentu ini, pemuda dan rakyat Jakarta tergerak untuk mengambil alih kekuasaan yang ada di tangan Jepang ke tangan RI. Mulai saat itu pemuda dan rakyat Jakarta membentuk berbagai barisan pejuang yang disebut Komite van Aksi. Mereka berkantor di Jalan Menteng Raya 31 sekarang. Berbagai aksi yang mereka lakukan antara lain merebut alat transportasi, menduduki Kantor Pos, Telepon dan Telegram, bahkan menduduki Kantor Berita Domei sekaligus mengganti namanya menjadi Kantor Berita Antara (R. Soeprapto, Rapat Raksasa Ikada 19 September 1945).

Setelah gerakan tersebut cukup berhasil, mereka mulai menyusun rencana baru. Kali ini mereka melakukan aksi gerakan politik yang bertujuan untuk memamerkan kekuatan massa untuk mendukung pemerintah RI. Massa tersebut dikumpulkan di Lapangan Ikada. Direncanakan Presiden Soekarno akan memberikan pidato kenegaraan. Rapat raksasa Ikada juga dimaksudkan untuk menunjukkan kepada dunia luar bahwa pemerintah RI telah mendapatkan dukungan dari rakyat Indonesia. Pertimbangan lain penyelenggaraan rapat raksasa Ikada pada 19 September 1945 adalah demi keuntungan politik, karena pada saat itu orang-orang Inggris mulai berdatangan untuk menyelidiki keadaan sebenarnya yang terjadi di Jakarta, termasuk daerah-daerah lain di Indonesia.

Pada saat itu pemerintah Jepang berusaha menggagalkan rapat. Mereka mengerahkan Brigade Tank, menempatkan pasukan pada tiap sudut jalan yang menuju lapangan Ikada, bahkan disertai kampanye pemberitaan tentang pembatalan rapat. Namun pada hari yang telah ditentukan, rakyat tetap datang berbondong-bondong. Bung Karno dan Bung Hatta datang diiringi para pejabat pemerintahan lain.

Seusai Bung Karno berpidato singkat, massa mulai membubarkan diri. Setelah itu pihak Jepang mengambil langkah-langkah pembalasan. Mereka melarang orang bergerombol, mengibarkan bendera merah putih, dan menggerebeg markas pemuda di Jalan Menteng Raya 31. Meskipun banyak pemuda ditangkap, tapi semangat perlawanan tetap menggebu. Selepas pasukan Jepang, para pemuda pun melancarkan perlawanan terhadap pasukan Sekutu. (Djulianto Susantio, pemerhati sejarah dan budaya)


Tanggapan

  1. […] 17 Agustus 1945 – 17 Agustus 2009 : Di Mana Kepedulian KitaRapat Raksasa 19 September 1945 […]


Tinggalkan komentar

Kategori