Oleh: hurahura | 11 Februari 2012

Passer Baroe, Dulu Menjajakan Hasil Pertanian dan Kelontong

Warta Kota, Sabtu, 11 Februari 2012 – Nama Pasar Baru tidak bisa dipisahkan dari sejarah Jakarta. Passer Baroe mulai ada sejak 1820. Dinamakan demikian karena pasar tersebut relatif baru. Pasar itu dibangun untuk melengkapi dua pasar besar yang sebelumnya ada, yakni Pasar Senen dan Pasar Tanah Abang. Keduanya dibangun pada 1730-an.

Awalnya, Pasar Baru merupakan pasar sederhana. Para pedagang pribumi sering kali menjual hasil pertanian di sini. Tempat itu dimanfaatkan pula oleh para pedagang keliling China untuk menjajakan barang kelontong. Maklum, kawasan tersebut merupakan perkampungan masyarakat Tionghoa.

Karena perkembangan masyarakat, Pasar Baru dijadikan daerah pertokoan. Masyarakat Tionghoa mulai mendirikan toko pada 1877. Lama-kelamaan keberadaan toko semakin menjamur. Sisi kanan kiri Pasar Baru mulai dipenuhi para pedagang. Apalagi setelah pemerintah Hindia Belanda mengucurkan dana pembangunan yang cukup besar.

Tak pelak, Pasar Baru semakin bersinar. Berbagai toko dengan arsitektur China dan Eropa dibangun di sini. Dari barang-barang kelontong, jenis mata dagangan berkembang ke sepatu dan tekstil. Maklum ketika itu masih ada Gedung Societeit de Harmonie, tempat bergengsi untuk pertemuan kalangan atas dan Gedung Schouwburg, tempat hiburan populer (sekarang Gedung Kesenian Jakarta).

Untuk memenuhi undangan di kedua tempat, tentu saja golongan elit itu membutuhkan sepatu dan pakaian yang pantas. Kedua keperluan tersebut hanya tersedia di Pasar Baru. Sekitar abad-abad itu memang Pasar Baru dikenal sebagai daerah elit. Lokasinya berdekatan dengan kawasan Rijswijk (Jalan Veteran), tempat tinggal orang-orang kaya.

Melihat orang-orang Eropa gemar membaca, pada 1929 orang Tionghoa mendirikan Toko Buku Tropen. Sayang sekitar 2004, salah satu toko buku tertua di Indonesia itu, ditutup ahli warisnya. Pada 1958 berdiri Toko De Zon yang kemudian menjadi Toko Serba Ada Matahari. Optik Tjun Lie dan Toko Sepatu Sin Lie Seng ikut mewarnai masa keemasan Pasar Baru. Etnis India kemudian mendirikan toko tekstil dan peralatan olahraga. Perkembangan Pasar Baru juga ditandai kemunculan pedagang mie ayam di kawasan Gang Kelinci.

Seiring munculnya pasar-pasar modern, pamor Pasar Baru segera menurun. Meskipun demikian, sampai kini Pasar Baru tetap menjadi andalan Pemprov DKI Jakarta sebagai sarana Wisata Belanja. Bahkan setiap tahun menyambut HUT DKI Jakarta, selalu diselenggarakan Festival Passer Baroe. (Djulianto Susantio, pemerhati sejarah dan budaya)


Tanggapan

  1. […] festival passer baroe 2012From Lapangan Banteng to Passer BaroeFestival Passser Baroe Jumat Sore DibukaBerita IndonesiaPasser Baroe, Dulu Menjajakan Hasil Pertanian dan Kelontong […]


Tinggalkan komentar

Kategori