Oleh: hurahura | 30 Agustus 2012

Barus yang Terlupakan

KOMPAS, Minggu, 26 Agustus 2012 – Penjelajah dunia asal Italia, Marco Polo, mencatat, pelabuhan di Barus kuno pernah menjadi bandar perdagangan dunia. Ia tiba di Barus tahun 1292 Masehi. Sungai Marco yang bermuara ke laut dipercaya merupakan jalur perdagangan yang menghidupkan Kota Barus di masa itu. Sejarawan Ibnu Batutah juga mengunjungi Barus tahun 1345 Masehi.

Barus dengan produksi utamanya kapur barus atau kamper sangat dikenal pedagang dari Timur Tengah dan Eropa. Kapur barus pada masa itu digunakan, antara lain, untuk bahan utama pengobatan dan mengawetkan mumi firaun. Kapur dari Barus terkenal kualitas, termasuk kejernihan warna putihnya. Harganya disetarakan dengan emas. Barus oleh pedagang Arab juga disebut dengan nama Pancur, Fansur, atau Panchur.

Catatan tertua tentang Barus termuat dalam kitab Geographia karya Claudius Ptolomeus pada abad ke-2 yang menyebut Barus sebagai Barousai berdasarkan keterangan para pedagang India. Kejayaan Barus masa lalu juga dibuktikan dari artefak dan peninggalan yang tersisa. Kini, Barus adalah kecamatan yang sepi di pantai barat Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara.

Hasil penelitian Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dan (Ecole française d’Extrême-Orient) pada 1995-2000 menemukan bahwa Lobu Tua, wilayah di Barus, sudah dihuni sejak pertengahan abad ke-9 hingga akhir abad ke-11 Masehi. Artefak yang ditemukan dalam penggalian ini, antara lain, keramik, tembikar, perhiasan dan mata uang dari emas dan perak, prasasti, serta fragmen arca. Tidak ada temuan dari abad ke-12 dari wilayah ini karena diduga Lobu Tua pernah disapu tsunami purba. Masyarakatnya kemudian hijrah ke Bukit Hasang yang kemudian menjadi peradaban Barus baru. Nama Barus muncul kembali di sejumlah catatan empat abad kemudian.

”Temuan keramik mengindikasikan terjadi kontak dagang antara Barus dan China. Keramik umumnya dari China. Demikian pula dengan temuan tembikar yang menunjukkan ada kontak dengan pedagang dari India selatan karena tembikar sebagian besar dari sana. Begitu juga temuan benda lain yang mengindikasikan masyarakat Barus sudah menjalin hubungan dengan pedagang dari berbagai belahan dunia,” kata arkeolog dari Balai Arkeologi Medan Repelita, Wahyu Oetomo.

Topografi Barus yang terletak di pesisir barat Sumatera Utara menjadikan Barus sebagai persinggahan kapal asing. Barus pun menjadi bandar perdagangan beragam sumber daya alam di tanah Melayu yang membuat kawasan ini terkenal di dunia. (EKI)


Lihat Video Terkait ”Islam di Barus” di vod.kompas.com/islamdibarus


Tanggapan

  1. Sekarang butuh infrastruktur yang mulus untuk kota tua Barus. Sesuaikan ucapan, perbuatan dan tingkah laku.


Tinggalkan komentar

Kategori