Oleh: hurahura | 14 April 2010

Wisata Museum TNI dan Polri

Banyak museum bukan hanya dikelola oleh pemerintah pusat atau pemerintah daerah. Berbagai kelompok, perorangan maupun instansi pemerintah/swasta/BUMN juga seringkali ikut mendirikan dan menangani museum. Dua instansi yang berpartisipasi mengelola museum adalah TNI dan Polri.

Saat ini museum-museum TNI dan Polri baru ada di Jakarta. Museum TNI yang relatif besar adalah Museum Satria Mandala yang sudah populer sejak lama. Museum ini berisi informasi tentang sejarah perkembangan TNI sampai sekarang. Selain berbentuk diorama, ada pula senjata, tanda pangkat, dan kendaraan perang, termasuk pesawat tempur dan pesawat penumpang pertama Indonesia berkode PK-01. Beberapa kendaraan perang dan pesawat tempur terdapat di halaman depan, sehingga terlihat jelas dari jalan raya.

Semula museum ini merupakan tempat kediaman Ratna Sari Dewi, isteri almarhum Presiden Soekarno. Untuk ukuran museum dewasa ini, Museum Satria Mandala terbilang mentereng. Museum ini mudah didatangi pengunjung karena terletak di jalan protokol.

Di dekatnya, masih dalam kompleks yang sama, terdapat Museum Waspada Purbawisesa. Isinya berupa fakta sejarah tentang gerombolan pengacau dan juga gambaran bangsa Indonesia yang Pancasilais. Meskipun berkesan propaganda dari Pemerintah Orde Baru, namun buat informasi sejarah masih layak digunakan.

Sebagai obyek pariwisata kedua museum ini terbilang lumayan. Banyak wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara datang ke sini, terlebih pada Minggu dan hari besar. Apalagi fasilitas penunjang di kedua museum sudah bagus, di antaranya terdapat restoran bertaraf internasional.

Museum (monumen) Pancasila Sakti, termasuk salah satu museum yang cukup tua usianya. Letaknya di Jalan Pondok Gede Raya, daerah Lubang Buaya, Jakarta Timur. Museum Pancasila Sakti memamerkan perihal kejadian-kejadian sekitar keganasan G 30 S. Di antaranya lubang tempat penimbunan tujuh pahlawan revolusi dan rumah tempat penyiksaan para pahlawan itu.

Museum Pancasila Sakti terletak tidak jauh dari Taman Mini. Untuk memudahkan pengunjung, banyak kendaraan kecil melewati rute tersebut.


Sasmita Loka

Achmad Yani, salah satu pahlawan revolusi dan juga pernah menjabat Menpangab, diabadikan dalam Museum Sasmita Loka. Seluruh isi museum berupa benda-benda peninggalan Jenderal Achmad Yani, Museum Sasmita Loka berlokasi di Jalan Lembang Terusan Nomor 58, Jakarta Pusat. Semula museum ini merupakan tempat tinggal keluarga Achmad Yani.

Museum Keprajuritan adalah kekayaan lain yang dimiliki TNI. Museum yang terletak di Kompleks Taman Mini ini memamerkan diorama tentang kepahlawanan dalam rangka merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Ada juga patung, foto dan dokumen, dan lukisan. Museum Keprajuritan relatif luas. Banyak fakta sejarah terpampang di sini.

TNI AL juga memiliki sebuah museum. Meskipun masih mendompleng pada Museum Bahari di Jalan Pasar Ikan Nomor 1, Jakarta Barat, koleksi-koleksinya sudah lumayan bagus. Sebagian besar berupa foto-foto kebaharian, pakaian seragam, dan tanda pangkat ALRI/TNI AL.

Benda-benda hampir serupa dikoleksi Museum Angkatan Udara. Museum ini menampilkan foto-foto kedirgantaraan, pakaian seragam, dan tanda pangkat AURI/TNI AU. Dulu Museum Angkatan Udara berlokasi di Jalan Gatot Subroto No. 70, Jakarta Selatan. Entah bagaimana nasib museum ini sekarang karena Markas Besar Angkatan Udara pindah ke lokasi baru.

Foto, pakaian seragam, tanda pangkat, dan alat kerja di lapangan diperagakan oleh Museum Polri di Jalan Trunojoyo No. 3, Jakarta Selatan. Ada pula sepeda butut yang bersejarah. Koleksi terbanyak adalah barang bukti perbuatan kriminal. Sepintas tempat ini tidak layak disebut museum. Mungkin lebih tepat dijadikan gudang.


Profesional

Banyak pilihan untuk mengunjungi museum-museum TNI dan Polri di Jakarta, baik sekadar ingin tahu ataupun untuk menambah wawasan pengetahuan. Sejumlah museum membebaskan karcis masuk. Kalaupun membayar, tidak seberapa besarnya. Namun boleh dikatakan hampir semua museum belum dikelola secara profesional. Jangan heran bila masyarakat awam jarang mendengar nama-nama museum ini. Untuk memasuki beberapa museum pun memerlukan izin khusus.

Karena kurang populer, beberapa museum tidak tercantum dalam buku Museum di Indonesia terbitan Direktorat Permuseuman (1998) atau Museum-museum di DKI Jakarta terbitan Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan DKI Jakarta (1998). Mungkin karena beberapa museum sudah tinggal nama. Mungkin karena beberapa museum sudah tinggal nama. Mungkin juga ini kesalahan pihak pengelola museum karena tidak melaporkan keberadaan museumnya. Karena itu ada museum yang jumlah pengunjungnya tidak sampai sepuluh orang per tahun.

Sebenarnya keberadaan museum-museum ini bisa lebih berkembang. Apalagi sekarang ada organisasi Perhimpunan Antar Museum di DKI Jakarta Raya (Paramita Jaya). Lebih khusus ada Direktorat Permuseuman yang bertugas membina dan mengembangkan museum-museum di seluruh Indonesia. Dengan demikian akan meningkatkan kemampuan pengelola museum di bidang pengumpulan, perawatan, penelitian, penyajian, dan pemanfaatan koleksi untuk menunjang pengembangan ilmu, pendidikan dan pariwisata. Mudah-mudahan di masa mendatang museum-museum TNI dan Polri akan lebih berkualitas, sehingga layak dipasarkan sebagai obyek wisata museum.

(Sinar Harapan, 2004)


Tinggalkan komentar

Kategori