Oleh: hurahura | 31 Mei 2014

KOTA TUA JAKARTA: Warisan Dunia Sulit Terwujud 2015

Keseriusan dan kerja keras diperlukan agar kawasan Kota Tua Jakarta dapat diakui Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa, UNESCO, menjadi warisan dunia. Tenggat revitalisasi hingga tahun 2015 dirasa sulit diwujudkan jika melihat saat ini belum tampak perubahan berarti di Kota Tua.

Masih banyak hambatan untuk sampai ke tujuan menjadi warisan dunia, misalnya, persoalan keamanan, keruwetan jalan, pelestarian gedung, dan penataan pedagang kaki lima. ”Lebih baik tepiskan dulu keinginan menjadikan Kota Tua warisan dunia. Penataan cagar budayanya juga belum berjalan baik, bahkan menurun. Untuk masuk ke kawasan Kota Tua macet sekali. Kriminalitas masih fluktuatif, terkadang aman terkadang tidak. Belum persoalan sampah. Saya optimistis, tetapi harus skeptis juga,” papar arkeolog dan pemerhati cagar budaya, Candrian Attahiyat, Jumat (30/5), di Jakarta.

Sejak Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mencanangkan revitalisasi Kota Tua pada Maret 2014, PT Pembangunan Kota Tua Jakarta (JOTRC) bekerja sama dengan Kelompok Pelestarian Budaya Kota Tua telah mengerjakan beberapa hal. Menurut Manajer Program JOTRC Amin Shabana, pihaknya telah memfungsikan ruangan di lantai dua Kantor Pos Fatahillah sebagai galeri seni kontemporer dengan nama Galeria Fatahillah.

”Kami juga membuat visitor center (pusat pengunjung) di lantai satu kantor pos untuk tempat bertemu investor, tenant (penyewa), pemilik gedung, komunitas kreatif, publik, dan stakeholders (pemangku kepentingan) lain yang ingin menghidupkan Kota Tua,” tutur Amin.


Pedagang kaki lima

Langkah lain, JOTRC menggelar Fatahillah Food Festival pada 13 Maret. Tujuannya, menunjukkan bahwa Kota Tua bisa menggaet pasar baru karena selama ini Kota Tua identik dengan pedagang kaki lima (PKL) yang kumuh. Saat ini, JOTRC sedang memetakan kepemilikan bangunan di kawasan Kota Tua dan mendata PKL.

Bagi Candrian, sosialisasi kepada para pemilik gedung sangatlah penting agar mereka merasa terlibat. ”Jangan sampai bangunan dimundurkan semua karena membutuhkan tempat parkir, seperti di Jalan Kopi. Kalau cagar budaya, kan, bagian depan gedung enggak boleh diubah. Para pemilik gedung tahu ada revitalisasi, tetapi tidak tahu mau diapakan,” ungkap Candrian.

Merujuk data Pemprov DKI Jakarta, ada 85 gedung tua di kawasan Kota Tua. Kawasan yang akan dibenahi seluas total 150 hektar, mulai dari Taman Fatahillah hingga Pelabuhan Sunda Kelapa. Penataan dibagi dalam lima zona. Amin menyadari, dibutuhkan proses yang lama untuk menjadikan Kota Tua sebagai warisan dunia yang diakui UNESCO. ”Kami mendorong Pemprov DKI serius mendukung revitalisasi,” ujar Amin. (IVV)

(Sumber: Kompas, Sabtu, 31 Mei 2014)


Tinggalkan komentar

Kategori