Oleh: hurahura | 15 Agustus 2011

Gunung Bromo Menurut Sumber Kuno

Gunung Bromo di Jawa Timur memiliki pemandangan alam yang indah. Gunung ini menjadi populer karena pada waktu tertentu menjadi tempat penyelenggaraan upacara tradisional orang-orang Tengger yang disebut Kasodo. Upacara tradisional ini berlangsung setiap tahun, pada hari keempat belas bulan Kasodo atau bulan kesepuluh menurut kalender Jawa Tengger. Upacara itu merupakan perpaduan antara agama, kepercayaan setempat, dan adat-istiadat, meliputi persembahan kurban antara lain hewan ternak dan hasil-hasil pertanian. Semua persembahan itu dilemparkan ke mulut kawah.

Menurut legenda, upacara Kasodo berlatar belakang riwayat Puteri Prabu Brawijaya, Roro Anteng, yang menikah dengan Joko Seger, seorang keturunan brahmana. Dia kemudian menjadi raja bergelar Purbawisesa Mangkurat ing Tengger.

Dikisahkan, sudah demikian lama keduanya tidak mempunyai keturunan. Suatu ketika mereka bersemadi di puncak gunung berapi. Mereka memohon kepada Sang Hyang Widi agar dikaruniai banyak keturunan. Permohonan mereka pun dikabulkan. Keduanya memiliki 25 anak.

Namun mereka ingkar janji karena tidak mau mengorbankan putera bungsunya, Kusuma. Akibatnya Sang Hyang Widi sangat murka. Ini ditandai letusan gunung yang memuntahkan lahar dan semburan api. Kusuma yang sedang bersembunyi di suatu tempat, tersedot ke dalam kawah dan terjilat api. Setelah suasana menjadi reda, terdengar suara Kusuma yang meminta kerelaan para saudara dan orang tuanya. Dia juga berpesan supaya menyelenggarakan upacara kurban setahun sekali, pada saat bulan purnama dan pada hari keempat belas bulan Kasodo. Sejak itu tradisi menyelenggarakan upacara kurban menjadi kewajiban masyarakat Tengger, nama yang berasal dari Roro Anteng dan Joko Seger.


Prasasti Walandit

Pada 1880 seorang wanita petani secara kebetulan menemukan sebuah lempengan perunggu di desa Wonojoyo, daerah Tengger. Kini lempengan itu disimpan di Museum Nasional dengan nomor inventaris E28, dikenal sebagai prasasti Walandit, berasal dari nama desa yang disebut lempengan perunggu itu.

Prasasti Walandit yang hanya satu lempeng ini, pada kedua sisinya tergurat lima baris tulisan Jawa kuno. Sebagian besar hurufnya masih baik. Hanya pada baris kelima, huruf-hurufnya sudah aus sehingga sulit dibaca.

Piagam ini memperingati dua peristiwa. Pertama, terjadi tahun 1303 Saka atau 1381 Masehi, dalam hubungannya dengan larangan menagih titiloman (iuran untuk upacara ritual) di desa keramat atau terlarang Walandit dan sekitarnya. Tidak seorang pun diperbolehkan memungut pajak di sana. Alasannya penduduk desa Walandit sejak dulu dikenal sebagai hambanya Sang Hyang Gunung Brahma, yaitu gunung Bromo di pegunungan Tengger. Ini adalah keputusan raja Hayam Wuruk sendiri.

Kedua, terjadi tahun 1327 Saka bulan Asada (= 21 Juni 1405) ketika penduduk desa Walandit dibuatkan sebuah piagam perunggu untuk mengukuhkan perintah Bhatara Hyang Wekas ing Suka, gelar anumerta raja Hayam Wuruk.


Asada

Mungkin sekali kata Kasada (orang Jawa mengucapkan Kasodo) berasal dari kata Asada, bulan keempat dalam kalender Jawa kuno. Kemungkinan mereka mengambil nama tersebut untuk mengabadikan peristiwa penting karena mereka sudah memiliki landasan hukum yang kuat untuk tetap menjalankan tradisi tua mereka, memuja Sang Hyang Gunung Brahma.

Di Jawa prasasti-prasasti abad ke-10 banyak sekali memuat ungkapan sang hyang brahma. Sebutan itu adalah julukan yang ditujukan kepada api suci, salah satu benda pelengkap upacara penetapan sima. Sang hyang brahma mendapat sesaji berupa emas dan bahan pakaian.

Dalam prasasti Kembang Arum (824 Saka atau 902 M) ada ungkapan berbunyi “…hyang brahma tumunui ikang kayu sakagegongan, artinya “…seperti api suci yang membakar kayu segenggaman…”. Jadi ungkapan sang hyang gunung brahma sebagaimana Prasasti Walandit dapat juga berarti sang hyang gunung api, mengingat Gunung Bromo masih aktif sampai kini.


Zaman Sindok

Riwayat Gunung Bromo dapat dilacak sampai zaman Mataram kuno. Ada beberapa prasasti zaman Mpu Sindok menyebut toponim Walandit. Tetapi hanya satu prasasti yang benar-benar berkaitan dengan Gunung Bromo ini.

Prasasti Muncang (866 Saka atau 944 Masehi) menyebut Gunung Bromo dalam ungkapan sang hyang swayambhuwa I walandit, yaitu tempat para pendeta melakukan pemujaan kepada bhatara. Swayambhuwa atau swayambhu adalah nama lain dari dewa Brahma. Jadi sang hyang swayambhuwa identik dengan sang hyang brahma atau api suci.

Ada lagi satu prasasti dari zaman Majapahit yang menuntun kita pada satu kesimpulan bahwa desa Walandit sudah ada sejak abad ke-10. Prasasti Himad-Walandit (sekitar tahun 1350), berisi suatu persengketaan antara penduduk desa Himad dan Walandit. Mereka berselisih paham mengenai status sang hyang dharma kabuyutan di desa Walandit, yang oleh penduduk desa Walandit dikatakan berstatus swatantra dan punya hak penuh atas desa Walandit sebagaimana telah dikukuhkan oleh prasasti yang bercap kerajaan Mpu Sindok.

Epigraf J.G. de Casparis menganggap Walandit terletak di pegunungan Tengger, desa Wonorejo, kecamatan Pakis, kabupaten Malang. Desa Wonorejo dulu bernama Balandit. Pada peta topografi lembar XLII 54-D:1918-1923 masih dijumpai sebuah dukuh bernama Blandit, bagian dari wilayah desa Wonorejo (Casparis, 1940:52).

Abad ke-15 Masehi adalah akhir zaman Majapahit atau akhir pengaruh Hindu di Jawa. Artinya adalah pengaruh Hindu tampak telah memudar dan menyatu padu dengan alam pikiran asli Indonesia pra Hindu. Demikian juga apa yang terjadi di Gunung Bromo dari awal abad ke-15 sampai sekarang. Kepercayaan asli Indonesia, yakni animisme dan dinamisme, tampak lebih dominan.

Menurut kepercayaan orang-orang Tengger, Gunung Bromo sebagai gunung api diyakini mempunyai tenaga dahsyat yang menimbulkan gempa bumi, semburan api, dan lahar yang mengakibatkan kerusakan di sekitarnya. Upacara Kasodo dimaksudkan untuk menenangkan Gunung Bromo yang bertenaga besar dan menghindari kemurkaan dewa-dewa atau roh-roh nenek moyang yang bertempat tinggal di Gunung Bromo. [Trigangga]


Tanggapan

  1. Rekor Dunia yang Dipegang oleh Kapal Nabi Nuh
    Tolong Anda sebutkan berapa lama jarak masa yang terbentang di antara pengutusan para nabi Ulul Azmi? Tiada penjelasan akurat dokumen-dokumen sejarah terkait dengan berapa jarak masa yang terbentang di antara pengutusan para nabi Ulul Azmi. Namun dalam sebagian literatur disebutkan beberapa hal yang berbeda-beda yang dari kesemua itu dapat ditarik kesimpulan sebagaimana berikut ini:
    Jarak Nabi Adam As hingga Nabi Nuh As adalah lebih dari 1.200 tahun lamanya. Jarak antara Nabi Nuh As hingga Nabi Ibrahim As adalah 2.240 tahun. Jarak antara Nabi Ibrahim As hingga Nabi Musa As adalah 900 tahun. Jarak antara Nabi Musa As hingga Nabi Isa As adalah 1.900 tahun. Dan jarak antara Nabi Isa As hingga Nabi Muhammad Saw adalah 620 tahun lamanya.
    Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Imam Shadiq As bersabda, “Antara Nabi Nuh As dan Nabi Ibrahim As terbentang jarak seribu tahun lamanya.”
    Allah memerintahkan Nuh untuk membuat bahtera. Bersama para pengikutnya, Nuh mengumpulkan paku dan menebang kayu besar dari pohon yang ia tanam selama 40 tahun. Melalui wahyu-Nya, Allah membimbing Nuh membuat bahtera yang kuat untuk menghadapi serangan topan dan banjir. Berikut rekor dunia yang dipegang oleh Bahtera Nuh :
    1. Bahtera Nuh Dipimpin Oleh Nahkoda Tertua Di Dunia (berusia 600 th).
    Ibnu Abbas menceritakan Bahwa nabi Nuh diutus pada kaumnya ketika berumur 480 tahun. Masa kenabiannya adalah 120 tahun dan berdakwah selama 5 abad. Dia mengarungi banjir ketika ia berumur 600 tahun dan kemudian setelah banjir ia hidup selama 350 tahun.
    2. Bahtera Nuh Merupakan Kapal Terbesar Di Dunia Yang Terbuat Dari Kayu.
    Ibnu Abbas menceritakan Bahwa Suatu ketika Nabi Isa menghidupkan Ham bin Nuh dan bertanya kepadanya kenapa rambutnya beruban, ia menjawab dia meninggal di saat usia muda karena ketakutannya ketika banjir. Ia berkata bahwa panjang kapal Nuh adalah 1200 Kubit dan lebarnya 600 Kubit dan mempunyai 3 lapisan.
    3. Bahtera Nuh Merupakan Alat Angkutan Laut Pertama Di Dunia.
    Allah membimbing Nuh membuat bahtera yang kuat untuk menghadapi serangan topan dan banjir. Bahtera Nuh dianggap merupakan alat angkutan laut pertama di dunia.
    4. Bahtera Nuh Merupakan Alat Angkutan Laut Pertama Di Dunia Yang Terbuat Dari Kayu.
    Bersama para pengikutnya, Nuh mengumpulkan paku dan menebang kayu besar dari pohon yang ia tanam selama 40 tahun.
    5. Bahtera Nuh Merupakan Kapal Angkut Bertingkat Pertama Di Dunia (3 tingkat).
    Panjang kapal Nuh adalah 1200 Kubit dan lebarnya 600 Kubit dan mempunyai 3 lapisan. Tingkat pertama diletakkan binatang-binatang liar dan yang sudah dijinakkan, tingkat kedua ditempatkan manusiaingkat ketiga untuk burung-burung.
    6. Bahtera Nuh Merupakan Kapal Yang Belayar Tertinggi Dari Dasar Laut.
    Menurut Al Quran, bahtera Nuh telah mendarat di Bukit Judi. Ada pendapat yang menunjukkan suatu gunung di wilayah Kurdi atau tepatnya dibagian selatan Armenia, ada pendapat lain dari Wyatt Archeological Research, bukit tersebut terletak di wilayah Turkistan Iklim Butan, Timur laut pulau yang oleh orang-orang Arab disebut sebagai Jazirah Ibnu Umar (Tafsir al-Mishbah).
    7. Bahtera Nuh Adalah Kapal Anti Topan Dan Banjir Pertama Di Dunia.
    Allah membimbing Nuh membuat bahtera yang kuat untuk menghadapi serangan topan dan banjir.
    8. Bahtera Nuh Adalah Kapal Pertama Yang Berlayar Tanpa Kompas.
    Setelah bahtera itu selesai, Kitab Kejadian menggambarkan bahwa air merendam bumi selama 150 hari lamanya dan setelah itu air mulai surut.
    9. Bahtera Nuh Dinahkodai Bukan Ahli Ilmu Kelautan Dan Perbintangan.
    Nuh adalah seorang nabi yang diceritakan dalam Taurat, Alkitab, dan Al-Quran. Nuh diangkat menjadi nabi sekitar tahun 3650 SM. Diperkirakan ia tinggal di wilayah Selatan Irak modern.
    10. Bahtera Nuh Adalah Satu-Satunya Kapal Angkut Dengan Penumpang Paling Sedikit ertama Di Dunia.
    Ibnu Thabari menceritakan setelah kapal berlabuh di pegunungan Ararat, ia kemudian membangun suatukota di daerah Ararat (Qarda) disuatu areal yang termasuk Mesopotamia dan menamakan kota tersebut Themanon (Kota delapan Puluh) karena kota tersebut dibangun oleh orang yang beriman yang berjumlah 80 orang.
    11. Bahtera Nuh Adalah Kapal Angkut Yang Mengangkut Jenis Binatang Berpasangan Terbanyak Di Dunia.
    Nuh memiliki 4 anak laki-laki: Kan’an, Sem, Ham, dan Yafet. Menurut kitab Kejadian, pada jamannya terjadi air bah yang menutupi seluruh bumi; hanya ia sekeluarga (istrinya, ketiga anaknya, dan ketiga menantunya) dan binatang-binatang yang ada di dalam bahtera Nuh yang selamat dari air bah tersebut.
    12. Bahtera Nuh Satu-Satunya Kapal Yang Mendarat Di Gunung.
    Berdasarkan foto yang dihasilkan dari gunung Ararat, menunjukkan sebuah perahu yang sangat besar diperkirakan memilik luas 7.546 kaki dengan panjang 500 kaki, lebar 83 kaki dan tinggi 50 kaki dan masih ada tiga tingkat lagi diatasnya.
    13. Bahtera Nuh Adalah Kapal Yang Mengarungi Banjir Terlama Di Dunia.
    Kitab Kejadian menggambarkan bahwa air merendam bumi selama 150 hari lamanya dan setelah itu air mulai surut. Nuh menunggu hingga bumi benar-benar kering sebelum membuka pintu bahtera.


Tinggalkan komentar

Kategori