Oleh: hurahura | 18 Mei 2012

Penjarahan Harta Karun di Pulau Selayar

Harta karun laut masih banyak terpendam di perairan Nusantara. Jumat siang, 18 Mei 2012, seorang pembaca blog mengirim info penting. “Saya seorang warga Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan, sangat prihatin dengan keadaan peninggalan sejarah yang berada di daerah saya. Sekadar info, saat ini ada seorang warga negara asing (Jerman) yang memperoleh izin dari pemerintah setempat untuk mengendalikan satu wilayah tertentu,” katanya.

Menurut dia, saat ini si orang asing itu mengoperasikan sebuah resor yang khusus diperuntukkan tamu-tamunya, yang tentu saja berasal dari luar negeri pula. Kawasan tersebut bahkan dipagari sampai di laut. Ironisnya, nelayan setempat tidak diberi izin untuk sekadar menangkap ikan.

“Kalau ada masyarakat yang kedapatan menangkap ikan di wilayah tersebut, maka akan ditembaki atau ditabrak dengan kapal cepatnya. Alasan yang sering dikemukakan olehnya adalah untuk menjaga biota laut. Namun sayangnya menurut beberapa orang karyawan resornya yang notabene adalah warga Selayar sendiri, alasan tersebut hanyalah kedok belaka,” ceritanya.

Kemungkinan besar, tujuan utama dari keberadaan mereka adalah menemukan dan mengambil artefak-artefak dari kapal-kapal karam di perairan timur Kabupaten Selayar. Mereka pun aktif mengirimkan barang-barang hasil temuan ke luar negeri. Pengiriman barang-barang tersebut, ternyata tanpa sepengetahuan pemerintah setempat. Soalnya barang-barang tersebut langsung dikirim melalui kapal-kapal yacht yang langsung berlabuh di lokasinya. Hal-hal ini tak dapat dikontrol lagi oleh pemerintah setempat karena tiada seorang pun yang diizinkan untuk masuk di wilayahnya, bahkan seorang bupati pun pernah diusir olehnya.

Selain itu, penggalian barang-barang peninggalan sejarah masih saja terus berlangsung. Bahkan dilakukan oleh masyarakat Selayar sendiri. Konon, mereka telah memegang peta harta karun yang ada di Selayar.

“Saya dan mungkin beberapa orang Selayar yang prihatin dengan peninggalan-peninggalan sejarah sangat berharap jika ada pihak yang turut mengetahui hal ini. Kalau bisa dapat mengambil langkah tepat untuk menyelamatkan situs-situs sejarah ini,” tegasnya.

Sebenarnya kasus di Selayar sudah dilaporkan sejak tahun 2005. Laporan-laporan tersebut bisa diunduh di bawah ini:

Laporan Selayar 1

Laporan Selayar 2


Tanggapan

  1. Mari selamatkan situs sejarah dari pencurian orang asing.

  2. Isu-isu itu sudah ada sejak beberapa tahun. Memang pengurus resor itu sering tidak terlalu ramah – dengan alasan melindungi lingkunan laut dan darat sekeliling resornya karena itu merupakan modalnya. Dan memang, ia menjaga biota laut di daerah resornya dengan tegas dan sukses – sementara wilayah di sekitarnya hancur berantakan oleh pembius dan pengebom ikan. Hal itu pun berlaku di darat: kawasan resornya hijau dan sejuk, sementara makin jauh dari tempatnya makin gundul hutannya.
    Resor itu sudah berjalanan kurang-lebih 10 tahun lamanya, dan telah menimbulkan bermacam-macam isu. Isu pencaharian harta karun itu baru, dan mungkin isu paling aneh yang pernah muncul. Alasannya gampang: Berbagai kondisi alam Selayar Timur membuat adanya sisa kapal karam di situ lebih daripada mustahil.
    Kalau Anda memeriksa peta laut (atau pergi ke Selayar lalu menelusuri pantai timurnya), maka dengan jelas terlihat bahwa pinggir laut sepanjang pantai timur Selayar terdiri dari +- 50-300m landasan karang, dan setelahnya terdapat sebuah dropoff (tebing, jurang, dinding) yang turun secara vertikal sedalam lebih 1000m. Hal ini berhubungan dengan bentuk geologis Pulau Selayar, dan tebing dropoff itu memanjang sepanjang pantai timurnya, dari utara sampai selatan.
    Bila ada kapal kandas di pantai timur Selayar, maka ada dua kemungkinan: (i) dia terpecah-bela di atas karang, dan muatannya terbawa naik oleh ombak di atas bagian dangkalnya di mana benda-benda muatan itu dapat dikumpul kembali dengan gampang (selama tidak ada ombak, artinya …); (ii) setelah menabrak karang, kapal tenggelam dan jatuh turun tebing vertikal sedalam lebih 1000m itu, di mana tiada seorang penyelam pun bisa ikut.
    Alternatif (i) berarti bahwa penduduk setempat, pelaut yang lewat dll. dengan gampang dan dari dulu bisa mengangkat benda dari kapal yang pecah/tenggelam di situ. Alternatif (ii) ‘kan jelas: tak mungkin penyelam turun di bawah 60m -dan itu sudah amat berbahaya-, sementara dropoff itu menurun secara vertikal (dan maksud saya vertikal betul , 90drjt) lebih daripada 1000m.
    Tebing/tembok karang itulah yang disuka wisatawan penyelam – dan oleh karena itu si Jerman telah membangun resornya di sana. Oleh karena itu juga ia sangat protektif terhadap kawasan karang yang ada di sekeliling resornya: bila sudah hancur dibom dan dibius seperti hampir semua kawasan lainnya di Kab. Selayar maka resornya takkan laku lagi. Contoh terbaik atas kerusakan lingkungan laut dan darat di kabupaten itu adalah kawasan Jampea, di mana, misalnya, sekeliling Pulau Tanamalala sampai ke Pelabuhan Jampea kini tidak ada lagi karang yang masih hidup, sementara di atas pulaunya yang pada awal tahun 1990an masih tertutup hutan lebat kini tidak ada lagi sebatang pohon pun yang masih berdiri; atau kawasan karang amat luas di Pulau Karompa, salah satu gugusan karang terbesar Indonesia, yang hancur-berantakan.
    Hal kurangnya perhatian terhadap lingkungan itu pun berlaku dalam soal temuan purbakala di sana. Memang, Selayar sebagai pintu gerbang ke Maluku dari dahulu kala dikunjungi oleh pedagang. Makanya, ada cukup banyak peninggalan pra-Islam di situ, terutama kuburan di mana di dalamnya sering didapatkan keramik kuno. Si pelapor di atas itu memang benar, dari dulu pun “penggalian barang2 peninggalan sejarah masih saja terus berlangsung dan hal ini dapat merusak situs2 yang ada, dan hal ini dilakukan OLEH MASYARAKAT SELAYAR SENDIRI, dan konon terdengar bahwa mereka telah memegang peta harta karun yang ada di Selayar”, sebagaimana ditulisnya dalam laporan itu. Benda hasil penjarahan itu biasanya dijual ke Makassar dan Surabaya, bukan oleh si Jerman itu atau para pembawa kapal turis dari Bira, tetapi oleh jaringan penadah barang antik pribumi. Tak percaya? Ceklah saja di Jl. Sombaopu di Makassar … .
    Temuan kapal karam terisi keramik tua satu-satunya yang pernah (hampir) diverifikasi terdapat di sebelah barat Selayar, berdekatan dengan terusan Padang, jalur masuk selatan pelabuhan Benteng Selayar. Terlampir di sini dua laporan tentang kapal karam itu. Kini seluruh isinya sudah habis dijarah, tanpa adanya penelitian dan/atau publikasi ilmiah yang selazimnya. Alasannya bisa ditelusuri di antara alinea-alinea laporan itu.
    Dengan terus-terang: Bagi saya semua isu dan kabar angin tentang itu meninggalkan dua kesan yang –kebetulan–sudah terasa sejak ada resor itu, artinya, sejak lebih 10 tahun. Pertama, ada rasa iri hati dan ‘mau punya’ atas banyaknya ikan yang berkumpul di depan resor itu – sementara di kawasan-kawasan lain ikan makin punah berkat ulah pembius dan pengebom. Kini katanya orang juga sudah iri hati atas hijau-sejuknya kawasan itu – karena sekian banyak kawasan lain sudah gundul dan gersang. Terlepas dari cara pemilik resor itu berperilaku terhadap masyarakat sekeliling (dan katanya, dengan masyarakat kampung terdekat, Apa Tana, tak pernah ada masalah berarti …), adanya resor itu membantu menjaga alam dan lingkungan di Selayar – dan bahkan mungkin merupakan titik paling terjaga dari hanya segelintir titik di mana ada penjagaaan terhadap lingkungan dan alam Selayar … .
    Keduanya –dan itu paling memilukan– susah menghindari kesan bahwa semua ini bukan urusan arkeologi, sejarah atau budaya: yang sebenarnya diincar ialah “harta karun yang ada di Selayar”. Bukan pengetahuan yang dicari, tetapi duit melulu. Atau pernahkah Anda dengar tentang ekskavasi ilimiah di misalnya kawasan kuburan pra-Islam Padang Selayar, yang telah menghasilkan begitu banyak keramik Cina kuna – yang semuanya sudah habis terjual di Jl. Sombaopu, Makassar, dan Jl. Surabaya di Jakarta?

  3. Masya allaaah, kenapa pencurian atau sejenisnya terhadap peninggalan purbakala bangsa Ini terus berlanjut, tidak adakah kekuatan negara untuk mencegah, menghentikan tindakan semacam ini?

  4. Apa yg ditulis diatas semua benar baik mengenai artefak darat, bawah laut ataupun sejenisnya. Saya pernah berbicara langsung dgn salah satu penyelam profesional yg mengangkat harta karun bawah laut selayar yg sy kenal baik secara pribadi. Dan, salah satunya ditemukan puluhan ton Emas batangan, artefak berupa keramik dan barang berharga lainnya (Maaf hasil temuan ini tdk pernah dipublikasikan). Berita terakhir 2 kapal sdh angkat dgn sepengetahuan semua pihak dalam hal ini pemerintah. Tapi pertanyaannya? Kemana hasil temuan tersebut. Hanya Tuhan yg tahu

    Penyelam saat ini sdh dapat menyelam sampai kedalaman 100-150 meter, jadi sangat dimungkinkan untuk mengangkat harta karun bawah laut.

  5. Sebarkan lewat twiter,atau facebook,agar jadi sorotan publik yg melahirkan opini.

  6. apapun bentuknya,,penjarahan itu harus di hentikan,,himabauan sy u semua warga / maasyarakat selayar senantiasa memelihara dan menjaga nya dari pihak-pihak tidak bertanggung jawab..

  7. Yang anda katakan itu semua benar. Harta karun di indonesia paling banyak di curi oleh org luar. Dengan peralatan modern jangan 159 meter kedalaman laut 500 m smpi 1000 meter boleh… dengan mengunakan ROV. Intinya semua tergantung kepada pemerintah. Klu pemerintah cuek selamanya harta karun milik org asing.

  8. selama ini kebanyakan kapal karam di indonesia dijarah oleh org indonesia, baik nelayan tradisional maupun perusahaan salvage indonesia. coba cek saja di jl surabaya, jakarta, atau di bilitung.
    dan: org asing yg mau bawa rov masuk di indonesia tidak kan diberi izin, dan krn alatanya besar, maka tak bisa diselundup begitu saja.
    org asing selain mike hatcher yg selama ini mengadakan salvage di indonesia mempublikasikan datanya – para penjarah selama ini tak publikasikan sesuatupun.
    jelas, org2 asing itu cari keuntungan – dan yg mereka publikasikan ditujukan utk mendukung pencaharian itu. tapi masih lebih baik daripada jarah saja lalu jual di jl surabaya atau menadah ke singapura … .
    yg perlu kesadaran kita semua: ‘harta karun’ di bawah laut itu semacam mimpi besar. coba: berapa pengangkatan harta karun itu menghasilkan kekayaan? ada hatcher dng tek sing dan geldermalsen, dua2 jelas pencurian; ada wlaterfang dng tang/batu hitam wreck. habis – itu dia, dari ratusan kapal karam yg dijarah di seantero nusantara.
    kalau tang/batu hitam ada bukunya yg cukup bermutu; geldermalsen dan tek sing cuman kayak katalog jualan. kalo dari kapal dinasti song yg dua taun lalu dijarah di perairan kalimantan oleh anggota polisi ada data apa, selain berita perwira polisi yg mati penyakit dekompresi?
    3 tahun lalu ada pengecekan kapal karam di di perairan bilitung: dr 30an situs tak satupun yg masih ada isinya. ini bukan kerja org asing, dong, tapi masyarakat setempat, didukung oleh kolektor keramik di jakarta dan singapura. data ttg isi asli situs2 itu mana?
    yg di selayar: habis, diangkat oleh oleh penyelam setempat. tidak didesalinisasi, lalu keramiknya retak3. sisa2 kayu dr kapal itu dirusakkan tanpa ada rekaman apapun ttg bentuknya. semuanya dilakukan di bawah hidung polair dan pemerintah setempat. bp3 makassar krirm org ke sana; dilarang sampai ke lokasi oleh pejabat. lalu keramiknya itu sebenarnya nilainya berapa? mangkok kasar dinasti song selatan bisa dibeli dng 20$ di internet … … …
    yg omong2 ‘harta karun’ itu adalah org yg tidak mengerti nilainya: hartanya pada suatu situs arkeologi adalah datanya, bukan barangnya.

  9. daratan dan laut nusantara memang sudah menjadi lahan komodity bangsa asing sehingga tidak herang jika perampasan dari peninggalan harta karum menjadi bumeran dalam setiap individu. instansi pemerinta perlu melakukan restorasi moral dalam menjaga peninggalan purbakala yang teramat mahal harganya itu. sungguh disayangkan bila nilai history telah dipertukarkan dengan nilai rupiah.


Tinggalkan komentar

Kategori