Oleh: hurahura | 9 Oktober 2010

Indonesia-Perancis: WNI dan Legiun Asing Perancis

KOMPAS, Senin, 4 Okt 2010 – Perancis memiliki korps militer unik bernama Legiun Asing Perancis atau Legion d’Etrangere yang didirikan pada 1831, tepat setahun setelah pendirian satu-satunya legiun asing di Asia, yakni Koninklijk Nederlandsch Indisch Leger atau KNIL. Sepanjang sejarahnya, Legiun Asing Perancis telah menerima warga dari 136 negara untuk berdinas di unit tempur yang unik tersebut.

“Mereka bertugas di daratan Perancis, termasuk di Pulau Korsika, wilayah jajahan di Guyana di Amerika Latin, Djibouti dan Mayotte di Afrika, Pulau Reunion di Samudra Hindia, di Kaledonia Baru, dan Tahiti di Pasifik, tugas PBB, hingga operasi tempur di lokasi krisis,” ujar mantan Atase Pertahanan Perancis di Jakarta Kolonel (Purn) Jean Rocher.

Peminat yang ingin bergabung menjadi Legionnaire (anggota Legiun Asing) dipersilakan mendaftar di sejumlah tempat di wilayah Perancis. Namun, seleksi utama dilakukan di Markas Pusat Legiun Asing di Aubagne di tepi kota Marseille di selatan Perancis. Sebelumnya, markas besar legiun hingga tahun 1962 berada di Sidi Bel Abbes, Aljazair. Pemeriksaan menyeluruh secara medis dilakukan di rumah sakit di kota Toulon, salah satu basis Angkatan Laut Perancis.

Setelah lulus seleksi, para calon Legionnaire (engage voluntaire) menjalani latihan dasar “neraka” selama 15 minggu. Seandainya lolos, mereka menjadi Legionnaire kelas dua (prajurit dua) dan menandatangani kontrak kerja selama lima tahun.

Jenjang karier terbuka untuk menjadi sous officiers (bintara senior) ataupun mencapai tingkatan officiers (perwira) di dalam Legion d’Etrangere. Sejak didirikan, jumlah terbesar Legionnaire berasal dari Jerman, Italia, Belgia, Perancis, Spanyol, dan Swiss. “Sewaktu Perang Dunia II berakhir, banyak mantan tentara Jerman dan orang-orang bermasalah yang akhirnya memilih masuk legiun asing dan terlibat dalam Perang Indochina I yang berakhir dengan jatuhnya Benteng Dien Bien Phu ke tangan Vietminh tahun 1954,” ujar Jean Rocher.

Yang mengagumkan, legiun asing mencatat sejarah tidak pernah menyerah. Pada hari terakhir Benteng Dien Bien Phu jatuh, sekitar 200 Legionnaire yang tersisa menghadap Jenderal De Castries, komandan Perancis, untuk meminta izin menyerang musuh. “Legiun tidak pernah menyerah,” ujar perwira mereka. Para Legionnaire memasang bayonet dan menyerbu posisi gerilyawan Vietnam dengan teriakan perang Fairez Cammeronne (Mari ulangi pertempuran Kameron)!

Seruan itu berasal saat perang di Meksiko tahun 1863. Enam Legionnaire yang tersisa di Hacienda Cammeronne menyerang ribuan musuh. Hanya tiga Legionnaire yang tertangkap hidup-hidup dan kemudian dibebaskan pihak Meksiko sebagai penghormatan atas keberanian mereka.


Legionnaire Indonesia

Meski tidak sebanyak orang Eropa ataupun Afrika, Legionnaire ada juga yang berasal dari Asia. Semasa Perang Dunia I dan Perang Dunia II, banyak Legionnaire Asia berasal dari Indo-China Perancis, yakni Laos, Kamboja, Cochin China, dan Annam yang kini dikenal sebagai Vietnam. Pada era modern, Legionnaire Asia terbanyak berasal dari Jepang.

Tidak ketinggalan warga negara Indonesia pun menjadi Legionnaire. “Saya pernah didatangi Legionnaire seorang pemuda Batak Toba yang meminta izin menikah pada tahun 1990-an,” ujar Rocher.

Letnan Kolonel TNI AL (Purn) Juanda (almarhum) yang lama bertugas di Paris, dalam satu kesempatan, mengaku pernah beberapa kali membantu sejumlah pemuda WNI masuk menjadi Legionnaire. “Jumlahnya memang tidak banyak. Tetapi, seingat saya, di atas belasan orang WNI pernah atau masih menjadi Legionnaire,” ujar Juanda.(Iwan Santosa)


Tinggalkan komentar

Kategori