Oleh: hurahura | 19 Agustus 2010

Peradaban Teotihuacan: Mencari Jejak Penguasa Kota Para Dewa

Kompas, Sabtu, 14 Agustus 2010 – Di bawah reruntuhan kota kuno Teotihuacan, Mexico City, ditemukan terowongan berusia 1.800 tahun dengan ruangan-ruangan yang diduga menjadi makam para penguasanya. Jika dugaan ini benar, misteri masyarakat dan peradaban Teotihuacan akan segera terkuak.

Hampir 100 tahun kalangan arkeolog sibuk mencari petunjuk sekecil apa pun untuk mengungkap identitas para penguasa salah satu kota terbesar dan paling berpengaruh di Amerika pada tahun 100 sebelum Masehi-750 Masehi itu. Selama itu pula belum ada satu pun catatan, lukisan, ukiran, atau sisa-sisa makam yang menunjukkan keberadaan para raja, wali kota, atau siapa pun penguasa kota itu.

Ini berbeda dengan kota-kota pra-Hispanik lain di mana arkeolog lebih mudah menemukan peninggalan tempat pemujaan raja atau penguasa. Teotihuacan adalah kompleks kuil lengkap dengan jalan-jalan protokol dan alun-alun yang masih dipakai sampai sekarang sebagai tempat upacara keagamaan oleh beragam suku asli Meksiko.

Kota kuno itu ditemukan masyarakat suku Aztec tahun 1300-an. Kota itu sepi tanpa penghuni. Teotihuacan pernah dihuni minimal 100.000 orang. Terkesan dengan penemuan itu, suku Aztec lalu memberi nama kota itu dengan Teotihuacan-tempat manusia jadi dewa.

Ratusan tahun kemudian atau tepatnya tahun 2003, seperti diberitakan kantor berita Associated Press, tim arkeolog National Institute of Anthropology and History (INAH) pimpinan Sergio Gomez menemukan terowongan di bawah reruntuhan Teotihuacan. Terowongan bawah tanah itu ketahuan setelah tanah di kompleks Teotihuacan ambles hingga ke kaki Piramida Quetzalcoatl gara-gara badai tahun 2003.

Setelah proses penggalian selama delapan bulan, tampak atap dan pintu masuk terowongan di kedalaman 12 meter. Gambaran lebih jelas tentang terowongan itu baru terungkap bulan lalu setelah dipindai dan didapatkan citra bawah tanah. Temuan tim Gomez semakin mendebarkan karena terowongan itu diduga mengarah ke kompleks pemakaman para penguasa kota.

Deskripsi kasar kondisi terowongan diperoleh dengan memasukkan kamera kecil ke dalam koridor seluas 4 meter. Hasilnya, seperti dipublikasikan ABC News, terlihat bilik-bilik kecil dalam terowongan tepat di bawah Kuil Feathered Serpent. Pada koridor pertama panjang terowongan sekitar 37 meter dan ujungnya ditutup gundukan tanah. Di balik dinding itu ada ruangan seluas 10 meter persegi. Ada dua ruangan lebih kecil di koridor lain.

Total panjang terowongan mencapai sekitar 100 meter. Dengan pemindai laser resolusi tinggi diperoleh citra tiga dimensi kondisi terowongan. Tampak jalan masuk vertikal selebar 5 meter sedalam 14 meter mengarah ke koridor yang panjangnya kira-kira 100 meter dan berujung pada beberapa bilik atau ruangan bawah tanah yang tertutup batu-batu besar.

Terowongan itu diduga sengaja ditutup masyarakat Teotihuacan sekitar tahun 200 M atau 250 M karena dianggap sebagai tempat paling penting dan suci. Keyakinan itu diperkuat dengan penemuan sekitar 50.000 batu permata, kerang, dan keramik di lokasi yang sama.


Hilang tanpa jejak

Peradaban masyarakat Teotihuacan tiba-tiba hilang tanpa jejak, terutama para pemimpin atau penguasanya. Luis Barba, arkeolog dari Anthropological Research Institute of Mexico National Autonomous University menekankan belum pernah ada gambar, nama, atau referensi apa pun tentang para penguasa Teotihuacan. Padahal banyak ditemukan lukisan dinding dan ukiran batu di kota itu. Diduga, jangan-jangan ada lebih dari satu pemimpin dengan wewenang dan tanggung jawab berbeda-beda sehingga tidak ada satu figur yang dipuja.

Dengan luas wilayah 21 kilometer persegi, arkeolog George Cowgill dari Arizona State University menduga pada masa itu Teotihuacan dipadati ribuan permukiman dan puluhan piramida berukuran hampir sama dengan piramida terbesar di Mesir. Anehnya tidak ada satu pun bangunan pertahanan, militer, atau kebudayaan yang ditemukan. Padahal, kota kuno itu dikenal di seluruh Amerika karena bidang-bidang tersebut.

Keunikan Teotihuacan terletak pada budayanya yang diduga percampuran budaya suku Maya, Mixtec, dan Zapotec. Budaya Teotihuacan makin menarik dengan kebiasaan masyarakatnya menggunakan peralatan yang terbuat dari tulang manusia.

Menurut situs National Geographic suku pra-Aztec menggunakan tulang manusia (kemungkinan dari saudara yang meninggal) sebagai bahan untuk membuat kancing pakaian, sisir, jarum, atau peralatan sehari-hari lain. Temuan baru ini diperoleh setelah analisis pada 5.000 fragmen tulang temuan di Teotihuacan antara lain tulang paha dan tengkorak kepala.

Pakar Teotihuacan di University of Houston, Rebecca Storey, mengatakan, tradisi menggunakan tulang manusia itu merupakan budaya kuno pra-Hispanik yang mengenal budaya korban manusia dan binatang sebagai sesajian para dewa. Penggunaan tulang manusia ini baru secuil tradisi yang terungkap. Masih banyak misteri tentang tradisi Teotihuacan yang terkubur….(luki aulia)


Tanggapan

  1. sebuah keajaiban… 🙂


Tinggalkan komentar

Kategori