Oleh: hurahura | 7 Juni 2010

Museum di Ibu Kota Ditinggal Pengunjung

Pengantar Redaksi

Nasib museum di Jakarta bisa diibaratkan dengan pepatah mati segan hidup tak mau. Laporan khusus kali ini menyoroti hal itu yang juga tersaji di halaman 10.

JAKARTA – Jujur saja, Jakarta sebenarnya layak dijuluki sebagai Kota Museum. Sedikitnya terdapat 64 museum bila dilihat dari berbagai jenis dan objek yang ditampilkannya. Nyatanya, museum di Jakarta sepi pengunjung dan hanya jadi “benda mati” yang tidak punya arti. Lho?ada beberapa yang cukup terawat seperti Museum Wayang.

Seandainya saja Pemda Jakarta peduli untuk memperhatikan masalah perawatan museum maka pengunjung akan lebih nyaman. Banyak bukti yang menunjukkan bahwa museum sebagai sesuatu yang menyeramkan, karena pengalaman tidak enak selama masa sekolah berkunjung ke museum dan menemukan bahwa tempat-tempat ini tidak nyaman.Jadi, permasalahan orang tidak mau mengunjungi museum bukanlah pada harga tarif masuknya, tetapi karena kesan yang diberikan museum selama ini. Kalau museum terawat dan membuat orang yang ada di dalamnya nyaman, berapa pun tarif yang diberikan orang-orang akan tertarik untuk mengunjunginya.

Sama seperti ongkos angkutan umum. Seberapa mahal ongkos bus kota asal mampu memberikan rasa aman dan nyaman, warga Ibu Tarif masuk museum di Ibu Kota Jakarta terbilang murah Hanya dengan kisaran Rp 600 hingga Rp 2.000 per orang, pengunjung dapat masuk ke museum.Persoalannya, mengapa dengan harga tiket semurah itu museum masih sepi pengunjung. Padahal, museum adalah aset wisata yang bisa dijual tidak hanya bagi warga Jakarta, tetapi juga bagi wisatawan yang mengunjungi Jakarta. Sayang, museum di Jakarta tidak menarik bahkan jika mau dikatakan; museum di Ibu Kota ditinggal sepi pengunjungnya. Logikanya, dengan harga tiket yang murah tersebut, pengunjung museum akan membeludak. Namun, nyatanya tidak demikian.

Banyak persoalan yang menyebabkan hal itu, di antaranya beberapa museum bisa dikatakan tidak terawat Ruangannya pengap, berdebu, dan tidak nyaman. Memang tidak semua museum seperti itu,Kota Jakarta pun akan membayarnya.


Contoh Singapura

Sepatutnya Jakarta berkaca kepada Singapura, negeri tetangga. Mereka memiliki beberapa museum dan tempat bersejarah yang dijadikan objek wisata. Mereka tidak memasang tarif yang murah untuk masuk ke sana. Harga tiket museum di sana bisa mencapai 10-30 dolar Singapura. Faktanya, dengan harga tiket semahal itu ratusan orang setiap hari mengunjungi museum-museum di Singapura.

Negara yang satu ini mengandalkan museum sebagai daya tarik pariwisata sehingga mereka merawat setiap museum dan tempat bersejarah yang ada dengan baik. Singapura memang tidak mempunyai sumber daya alam atau sumber daya budaya sehebat Indonesia. Namun kelebihannya, mereka memiliki sumber daya manusia yang andal sehingga mampu menjual potensi museum.

Boleh dikatakan Museum Nasional Singapura kalah jauh dibandingkan kualitas dan kuantitas Museum Nasional Jakarta. Namun penataannyamengagumkan. Pencahayaan tempat pajangannya bagus, promosinya luas, dan penyediaan berbagai fasilitasnya meyakinkan. Selain penggunaan telepon bersuara, museum juga dilengkapi komputer layar sentuh dan perangkat audiovisual untuk membantu pengunjung. Dalam setahun jumlah pengunjung Museum Nasional Singapura mencapai 7 juta orang, berkali-kali lipat dari Museum Nasional Jakarta. Sebagai perbandingan, harga tiket masuk di sana mencapai Rp 30.000, sementara di sini hanya Rp 750.saal im, ai jaxarta terdapat lebih dari 30 museum dengan berbagai macam jenis dan objek yang ditampilkan. Museum-museum ini dikelola oleh berbagai pihak, seperti Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, instansi pemerintah, swasta, dan kelompok atau perorangan.

Terlepas dari siapa pengelolanya, museum yang dapat dikunjungi dengan harga tiket yang sangat terjangkau masyarakat sebetulnya menyimpan potensi yang sangat besar. Selain sebagai sarana edukasi, museum bila dikelola dengan baik akan menarik peminat wisata sejarah.Bandingkan dengan British Museum di Inggris. Museum yang satu ini menjadi sangat berarti karena mengoleksi benda-benda budaya berkelas dunia asal Mesir, Irak.Yunani, Romawi, dan Indonesia.

Museum Sejarah Alamnya begitu populer. Para pembuat film dokumenter seperti Discovery Channel dan National Geographic Channel, hampir selalu mengambil referensi dari British Museum. Bahkan British Museum memiliki anggaran untuk melakukan ekskavasi arkeologi di Mesir, Irak, dan berbagai negara lain.Berbagai ensiklbpedia yang ditulis kurator British Museum sangat populer di mana-mana. Manajemen pengelolaannya selalu menjadi inspirasi bagi pengelola museum di negara-negara berkembang. Pengelolaan British Museum sudah benar-benar profesional. Mereka memperlakukan benda-benda budaya milik bangsa lain seperti milik bangsanya sendiri. Mereka merawatnya dengan hati-hatidan mempelajarinya dengan sungguh-sungguh.

Contoh lain adalah Belanda dan Prancis. Di sana tradisi mengunjungi museum sudah membudaya hebat. Jangan heran kalau untuk masuk museum saja orang harus rela antre berpuluh-puluh meter panjangnya. Padahal harga tiket masuk di sana mencapai Rp 100.000 jika dikurskan dengan rupiah.Untuk memajukan museum dan masyarakat, sebaiknya tirulah Jepang. Secara periodik para siswa dibimbing para guru untuk belajar dari museum. Mereka beranggapan museum adalah etalase ilmu pengetahuan dalam barisan paling depan.Bentuk museum di sana bukan cuma gedung, tetapi juga mobil keliling dengan segala kecanggihan teknologinya. Orang percaya kalau bangsa Jepang dapat maju pesat karena tiga hal, yakni guru, museum, dan buku.

Seharusnya kedudukan Jakarta sebagai Ibu Kota Negara dapat menjadikan museum sebagai jualan wisata yang menarik bagi wisatawan. Di samping itu, anggaran untuk mempercantik museum menjadi pertimbangan yang utama. Selain itu, upaya promosi pihak museum yang selama ini kurang aktif dalam melakukan promosi perlu diubah. Dan yang sangat penting sikap menempatkan museum sebagai posisi paling bontot dalam daftar tujuan wisata keluarga harus dihilangkan, karena museum bukan hanya gudang tempat penampungan benda-benda mati yang membosankan. Kesan museum yang seperti itu harus dihapuskan mulai sekarang. (norman meoko)

(Sinar Harapan, Senin, 31 Mei 2010)


Tinggalkan komentar

Kategori