Oleh: hurahura | 21 Desember 2010

Warisan Dunia Harus Diselamatkan


Oleh: Djulianto Susantio

Saat ini banyak peninggalan sejarah dan arkeologi di sejumlah negara berada dalam kondisi mengkhawatirkan. Peninggalan di Venesia (Italia), misalnya, sedikit demi sedikit mulai lapuk digerogoti air. Ini karena memang Venesia terletak di pinggiran sungai. Peninggalan di Mesir mulai lembab dan keropos karena di dekatnya dibangun bendungan Aswan. Selama bertahun-tahun sejenis jamur dan lumut banyak tumbuh di bangunan-bangunan itu. Di wilayah Gurun Sahara sejumlah bangunan purbakala hampir tertutup pasir dan debu.

Di belahan lain, salah satu karya agung bangsa India, Taj Mahal, tercemar asap pabrik dan kabut kimiawi. Gedung-gedung kuno di Roma (Italia) dipenuhi kotoran burung. Hiasan-hiasan pada bangunan kuno di Inggris dan Belanda terserang polusi udara. Di Jerman dan Rusia sejumlah gedung bersejarah retak karena getaran kendaraan bermotor yang melewati lingkungan tersebut. Demikian sekian banyak pencemar bangunan-bangunan kuno yang teridentifikasi oleh para pakar, meskipun sebenarnya masih banyak lagi penyebabnya. Dikhawatirkan dalam beberapa tahun mendatang, warisan-warisan budaya tersebut akan semakin rusak.

Namun musuh peninggalan masa lampau yang paling berat tentu saja adalah manusia. Berbagai vandalisme dan grafitisme (gores-menggores dan corat-coret) sering terjadi di mana-mana. Begitu pula pencurian dan penggalian liar yang kemudian diselundupkan ke mancanegara. Peperangan di berbagai belahan dunia pun sering menodai berbagai kepurbakalaan, antara lain pernah dan sedang dialami Afghanistan dan Irak.

Belakangan ini kegiatan pariwisata dianggap “musuh” yang paling serius. Meskipun banyak mendatangkan uang, kegiatan pariwisata dipandang mengandung sisi negatif. Menurut sebuah laporan, permukiman suku Indian kuno Inca di Meksiko, sering dijahili wisatawan yang berkunjung ke sana. Akibatnya situs tersebut menjadi tercemar berat sehingga tidak menarik perhatian lagi.

Ruangan-ruangan dalam kompleks makam kuno Firaun di Mesir pernah ditutup. Hal ini disebabkan udara yang ditimbulkan para wisatawan membuat lembab dinding-dinding makam yang sudah berusia ribuan tahun itu. Begitu juga Menara Pisa (Italia), semakin miring akibat sering dinaiki wisatawan.

Di Indonesia bangunan purbakala yang paling dicemaskan adalah Candi Borobudur. Diperkirakan bangunan monumental itu tidak mampu menahan beban pengunjung yang terus-menerus mendakinya sehingga batu-batunya akan menjadi aus dan melesak. Relief cerita dan arca-arcanya juga semakin bernoda karena sering dipegang-pegang pengunjung. Yang paling berbahaya adalah kondisi tanah perbukitan yang labil sehingga tidak mampu menahan beban candi dan orang di atasnya. Hingga sejauh ini Candi Borobudur telah amblas beberapa sentimeter.


Warisan Dunia

Tidak dimungkiri, masih banyak peninggalan unik dan berseni tinggi lainnya berada dalam kondisi memrihatinkan. UNESCO, badan dunia yang membidangi pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan, mencatat hingga akhir tahun 2004 di seluruh dunia terdapat sekitar 300 peninggalan yang disebut Warisan Dunia (World Heritage) yang perlu diperhatikan. Tentu di akhir 2010 ini jumlahnya semakin bertambah.

Menurut UNESCO, warisan dunia itu harus segera diselamatkan. “Dunia jangan memerhatikan tujuh Keajaiban Dunia saja, tetapi harus lebih dari itu. Bagaimanapun puing-puing bangunan kuno merupakan jejak-jejak kebudayaan masa lampau yang penuh arti dan pesona. Jadi harus dipelihara dan dilindungi sebaik mungkin,” begitu himbauan UNESCO.

Dasar tindakan itu adalah “Konvensi mengenai Perlindungan Warisan Budaya dan Alamiah Dunia” yang melibatkan 100 negara dan berlaku mulai 1 Januari 1988. Konvensi internasional itu merupakan penyempurnaan dari Konferensi Umum UNESCO tahun 1972. Misi utamanya adalah menentukan warisan budaya dan alamiah yang terdapat di seluruh dunia sekaligus membuat daftar situs-situs dan monumen-monumen yang dianggap menarik dan mempunyai nilai universal. Sedangkan tujuan konvensi adalah mengembangkan kerja sama di antara seluruh bangsa dan masyarakat agar mendukung upaya perlindungan.

Setiap negara berikrar untuk melindungi warisan budayanya agar bisa dinikmati generasi mendatang. Dalam pekerjaannya UNESCO dibantu oleh ICOMOS (Dewan Internasional untuk Monumen dan Situs) dan IUCN (Perhimpunan Internasional untuk Konservasi Alam).

Dana untuk melindungi warisan dunia dikumpulkan dari berbagai sumber. Sumber utama berasal dari sumbangan wajib para anggota. Sumber lain adalah sumbangan sukarela para anggota, sumbangan tak mengikat dari berbagai lembaga dan perorangan, dan dari kegiatan promosi internasional.

Dalam pertemuan di Finlandia Desember 2001, telah direkomendasi lebih dari 30 tempat baru. Dengan demikian jumlah warisan dunia mencapai 700 items, termasuk situs prasejarah Sangiran di Indonesia.

Sesuai namanya, berbagai warisan dunia itu tentu bukan milik negara bersangkutan saja, tetapi sudah menjadi milik kita bersama. Penanganannya pun dilakukan bahu-membahu. Sebagai contoh, ketika Candi Borobudur berada di ambang keruntuhan, puluhan negara berpartisipasi memugarnya. Ketika Candi Angkor Wat di Kamboja porak-poranda dilanda perang, arkeolog-arkeolog Indonesia membantu merekonstruksinya. Ketika piramida Mesir banyak mempunyai masalah, arkeolog-arkeolog dunia berembuk menyelesaikan perlindungannya.

Sebenarnya “diplomasi peninggalan-peninggalan arkeologi” merupakan ajang efektif untuk menjalin persahabatan sekaligus perdamaian dunia. Banyak peninggalan masa lampau di sejumlah negara perlu penanganan kita bersama. Terlebih situs-situs di Irak yang porak poranda akibat perang. Mudah-mudahan kita bisa saling membantu menangani perawatan peninggalan-peninggalan kuno agar tidak terjadi permusuhan atau peperangan antarbangsa.***


Tinggalkan komentar

Kategori