Oleh: hurahura | 21 Agustus 2010

Pertemuan Ilmiah Arkeologi Mahasiswa Indonesia 2008

Pertemuan Ilmiah Arkeologi Mahasiswa se-Indonesia (PIAMI) merupakan kegiatan rutin yang diadakan oleh mahasiswa jurusan arkeologi seluruh indonesia satu kali dalam dua tahun. Kegiatan ini pertama kali diadakan oleh Keluarga Mahasiswa Arkeologi Universitas Indonesia pada tahun 1986. Hingga tahun 2008 ini kegiatan PIAMI memasuki pertemuan yang ke-duabelas kalinya. Untuk tahun 2008, PIAMI XII diadakan pada tanggal 21 – 26 Juni di Yogjakarta. Himpunan Mahasiswa Arkeologi Universitas Gadjah Mada (HIMA UGM) mendapat kesempatan untuk menjadi tuan rumah bagi 4 tim ilmiah jurusan arkeologi yang berasal dari 4 Universitas; Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Universitas Hassanudin,dan Universitas Udayana.

Kegiatan PIAMI XII mengangkat kajian mengenai studi Arkeologi Publik dengan tema ”Presenting Archaeology to Public: Peran Multimedia Dalam Menghadirkan Arkeologi Kepada Publik”. Tema ini dipilih karena saat ini animo masyarakat terhadap kajian arkeologi masih sangat kurang, hal ini disebabkan minimnya sosialisasi ke masyarakat mengenai arkeologi itu sendiri. Setiap tim ilmiah dari tiap universitas diwajibkan untuk mengangkat satu kasus yang berkaitan dengan arkeologi publik sekaligus membuat produk multimedia yang dapat digunakan untuk mempublikasikan arkeologi, baik mengenai situs arkeologi ataupun ilmu arkeologinya. Pembukaan acara PIAMI XII ditandai dengan pemukulan gong oleh Dirjen Sejarah dan Purbakala yaitu Bapak Hari Untoro Drajat dan dilanjutkan dengan pembukaan pameran foto dan pemberian hadiah bagi pemenang poster bertemakan ”Aktualisasi Arkeologi”. Setelah pembukaan, acara dilanjutkan dengan membuka talk show mengenai ”Peranan Masyarakat dalam Pengembangan Arkeologi” dengan narasumber Bapak Hari Untoro Drajat, Bpk. KRT Thomas Haryonagoro (pemilik museum Ullen Sentalu), dan Bpk. Rustiharjo (kepala pengelola keraton). Setelah makan siang, tim ilmiah Unhas dan UI tampil sebagai wakil pertama yang mempresentasikan mengenai makalah yang telah disusun.

Tampil sebagai pembicara dan pembahas ahli selama acara PIAMI XII berlangsung antara lain, Daud Aris Tanudirjo (ahli arkeologi), Tantyo Bangun (editor in chief National Geographic Indonesia), Dwi Prasetyo Budi Santoso (fotografer) dan Laretna Trisnantari (arsitek, aktivis Jogja Heritage Society).

Tim ilmiah Unhas mengangkat kasus mengenai ”Peran masyarakat terhadap pelestarian situs Leang Pattae”, adapun multimedia yang ditawarkan berupa CD interaktif sebagai model pembelajaran mengenai arkeologi di dunia pendidikan. Dengan segmen dunia pendidikan ini kesadaran tentang pentingnya sumber daya arkeologi bisa ditumbuhkan sejak dini. Keunggulan CD adalah memungkinkan pembelajaran mandiri yang efektif, dapat diulangi di rumah, serta dapat digandakan dan dapat dikonsumsi oleh masyarakat luas.

Tim Ilmiah UI mengangkat kasus mengenai “Penyediaan website resmi Untuk Mengoptimalkan Penyajian Informasi Arkeologi Situs Kota Tua Batavia”. Adapun produk multimedia yang ditawarkan adalah website mengenai situs kota tua Batavia yang dianggap dapat mengatasi kesimpangsiuran informasi mengenai situs Kota Tua Batavia. Kehadiran website dipandang mereka perlu untuk mengatasi kekurangan buku-buku arkeologi berbahasa Indonesia, selain membantu bagi mereka yang sulit mendatangi kota tua. Selain itu tim ilmiah UI juga memperkenalkan program yang bernama 3D Murale (3 Dimension Measurement and Virtual Reconstruction of Ancient Lost World of Europe), suatu sistem yang sudah banyak digunakan di Eropa untuk merekam, menyimpan data, serta merekonstruksi data arkeologi. Melalui rekonstruksi virtual ini tampilan bangunan menjadi lebih hidup dan menarik karena pengguna bisa menjelajah ke berbagai sudut bangunan.

Tim ilmiah Unud dan UGM tampil pada hari kedua PIAMI XII. Tim Ilmiah Unud mengangkat kasus mengenai kekurangpedulian masyarakat Gilimanuk terhadap situs-situs di wilayah mereka. Kekurangpedulian ini karena sebagian besar warga di sini berpendidikan rendah dan berpendapatan rendah. Untuk produk multimedia, tim ilmiah Unud menekankan pada pengembangan guide map untuk memuat situs-situs arkeologi di Bali sebagai bagian dari wisata budaya. Bagi mereka, selama ini guide map terbukti menjadi salah satu media publikasi yang efektif namun jumlah situs arkeologi yang terdapat pada guide map tersebut masih sangat sedikit. Padahal dengan menjadikan situs arkeologi sebagai Objek wisata akan sangat menguntungkan bagi masyarakat di sekitar kawasan situs.

Tim Ilmiah UGM membawakan makalah yang berjudul ”Film Hollywood: Tinjauan Tentang Penyampaian Arkeologi kepada Publik”. Sebagai studi kasus, timi ilmiah UGM menyoroti tiga buah film Hollywood yang bersinggungan dengan arkeologi, yakni 10.000 BC, Tomb Raider 2, dan National Treasure 2: Book of Secret. Mereka menyimpulkan bahwa film-film ini dapat menumbuhkan kesalahpahaman masyarakat tentang ilmu arkeologi. Meski di sisi lain dapat menumbuhkan ketertarikan pada dunia arkeologi. Terjadi diskusi yang cukup panjang mengenai kasus yang diangkat, sebab beberapa orang tidak sependapat dengan kesimpulan yang ditarik oleh tim ilmiah UGM dan memandang film hollywood sebagai suatu media hiburan bukan media penyampaian informasi yang memiliki tanggung jawab ilmiah.

Untuk produk multimedia, tim ilmiah UGM menampilkan film dokumenter garapan mereka mengenai persoalan ”Penambangan Kawasan Karst Gunung Kidul; Konflik Kepentingan Dan Dampaknya Bagi Potensi Arkeologi”. Kawasan karst dan gua-gua arkeologis di Kecamatan Ponjong, Gunung Kidul, dan Kecamatan Eromoko, Wonogiri ini mengalami kerusakan yang cukup berat akibat aktivitas penambangan yang dilakukan sejak lama. Dalam film dokumenter berdurasi 30 menit ini, ditampilkan wawancara dengan berbagai narasumber yang terkait langsung dengan penambangan karst, mulai dari para pejabat terkait yang menangani masalah pertambangan, lingkungan hidup, dan pembangunan daerah. Narasumber dari pihak masyarakat adalah pemilik lahan karst, dan pekerja tambang. Sedangkan narasumber ahli adalah dosen arkeologi, geologi, teknik pertambangan, geografi, dan pertanian. Kendala utama adalah ketidakmampuan para akademisi untuk menghentikan tindakan pengrusakan kawasan karst ini akibat kepentingan ekonomi pemerintah daerah, dan pemilik lahan di kawasan Karst. Selain melakukan pertemuan ilmiah, PIAMI XII juga mengajak para pesertanya untuk berkunjung ke situs Sangiran, Borobudur dan Prambanan yang sejak lama diresmikan sebagai Warisan Budaya Dunia dan dikelola oleh UNESCO. (Lolita Refani Tobing, KAMA UI)


Tinggalkan komentar

Kategori