Oleh: hurahura | 9 Maret 2014

”Gonjang-ganjing” Situs Gunung Padang

baranews.com, Minggu, 2 Maret 2014 – Situs Gunung Padang di Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur (Jawa Barat) merupakan peninggalan megalitik terbesar di Asia Tenggara. Luas bangunannya sekitar 900 meter persegi dengan areal situs mencapai tiga hektar. Bangunan di situs itu berbentuk punden berundak, berbahan bebatuan vulkanik alami dengan ukuran berbeda-beda.

Situs Gunung Padang menjadi ‘fenomenal’ sejak 2011. Ketika itu Tim Katastropik Purba, bentukan Staf Khusus Presiden bidang Bantuan Sosial dan Bencana Alam, Andi Arief, melakukan survei geolistrik, georadar, geomagnet, dan pemboran. Menurut mereka di bawah Situs Gunung Padang terlihat ada struktur bangunan dan hamparan pasir di dalamnya, paling tidak sampai kedalaman 20 meter.

Yang membuat ‘gonjang-ganjing’ justru adalah tafsiran dari penelitian Tim Katastropik Purba itu. Dikatakan situs tersebut bukan sekadar tumpukan batu zaman megalitik, tapi sangat luar biasa. Di bawah situs dikabarkan ada struktur bangunan buatan manusia, tingginya mencapai 100 meter. Penelitian tersebut menghasilkan gambaran bentuk piramida, padahal sebelumnya piramida di Gunung Lalakon dan Gunung Sadahurip, juga di Jawa Barat, dianggap ‘bodong’.

Mereka mengklaim temuan baru itu akan membuat kaget masyarakat karena relatif lebih lengkap. Konon menurut bisikan, di bawah situs terkandung logam, mungkin emas. Tim inilah yang justru sangat antusias meneliti Situs Gunung Padang, sehingga berpotensi merusak situs purba itu.


Konservasi

Meskipun merupakan situs arkeologi, namun penelitian justru bukan dilakukan oleh Pusat Arkeologi Nasional, melainkan oleh Tim Terpadu Riset Mandiri (TTRM) yang dibentuk kemudian. Akibatnya tentu saja lebih mengarah kepada penelitian geologi. Penggunaan alat-alat berat banyak dilakukan di sini. Para arkeolog menilai penelitian tersebut tidak memiliki standar keilmuan. Bahkan tidak dilengkapi perekaman data, sehingga dipandang tidak berwawasan konservasi.

Menurut para arkeolog, ekskavasi bersifat pengrusakan. Artinya tanah yang telah digali tidak mungkin dikembalikan seperti keadaan semula. Karena itu ekskavasi harus dilakukan sedetail mungkin melalui pengupasan.

Para arkeolog dan pemerhati budaya pernah membuat petisi online untuk menghentikan kegiatan itu. Namun tetap saja kegiatan berlangsung karena didukung kalangan istana. Presiden SBY sendiri sempat mengunjungi situs pada Selasa, 25 Februari 2014 lalu, bahkan meminta penelitian dilanjutkan.

Rencananya penelitian TTRM akan melibatkan filolog (pakar pernaskahan). Dikabarkan di kaki Gunung Sadahurip ditemukan prasasti berbahasa Lemuria 79.000 tahun SM. Penelitian ini pun dinilai khayalan karena sumber tertulis tersebut tidak sezaman dengan Gunung Padang.

Banyak pendapat di media-media sosial seperti Facebook dan Twitter bahwa penelitian Gunung Padang lebih bersifat Arkeologi Semu (pseudo-archaeology). Soalnya, inti penelitian adalah mengejar harta karun.

Konon Situs Gunung Padang sudah ada sejak 10.900 SM. Jadi umurnya lebih tua daripada piramida Mesir. Bahkan ada yang mengatakan Gunung Padang merupakan Atlantis yang hilang. Nama Gunung Padang memang mencuat sejak pakar dari Brasil, Prof. Arysio Santos, mengatakan Atlantis itu ada di Nusantara (Sundaland). Sejak itulah para “pakar” berpendapat banyak kebudayaan dunia berasal dari Nusantara, khususnya Sunda.

Beberapa tahun lalu Presiden SBY pernah tertipu kasus blue energy. Ketika itu “seorang pakar” memberikan terobosan dapat memroduksi minyak mentah dari air. Ternyata penemuan tersebut hanya akal-akalan belaka.

Saat ini SBY banyak dibisiki soal Gunung Padang. Diperkirakan penelitian Gunung Padang akan menguntungkan kalangan istana yang bertindak sebagai EO (Event Organizer). Berbeda dengan penelitian-penelitian arkeologi lain, pada kasus Gunung Padang ini sejumlah arkeolog sempat dibungkam. Bahkan diskusi mereka di internet di-hack oleh pihak-pihak tertentu. Bukan hanya itu, beberapa wartawan juga mendapat SMS teror karena dianggap pro arkeologi.***


Tinggalkan komentar

Kategori