Oleh: hurahura | 16 Juni 2011

Riwayat Pasar Tanah Abang

Warta Kota, Sabtu, 11 Juni 2011 – Di samping Mangga Dua, nama Tanah Abang juga sudah dikenal dunia perdagangan internasional. Sejarah Tanah Abang dimulai pada abad ke-17 ketika terjadi perluasan kota Batavia ke arah selatan. Pada mulanya wilayah perluasan kota Batavia itu merupakan tanah milik pribadi orang-orang kaya Belanda.

Pada 1733 Tanah Abang menjadi milik Justinus Vinck. Sebelumnya, Vinck juga memiliki tanah di sebelah timur Weltevreden (Lapangan Banteng sekarang). Karena naluri bisnisnya, maka Vinck mendirikan Pasar Weltevreden dan Pasar Tanah Abang di atasnya. Surat izin untuk kedua pasar keluar pada 30 Agustus 1735. Dalam surat izin dicantumkan juga bahwa hari pasar untuk Weltevreden adalah hari Senin, sementara untuk Tanah Abang hari Sabtu. Namun sejak 1751 untuk Pasar Tanah Abang ditambah hari Rabu.

Ketika itu bangunan pasar masih amat sederhana, berbahan bambu dan rumbia. Pemilik kios umumnya orang China. Barang yang boleh dijual di pasar ditentukan oleh pemerintah Hindia Belanda. Pasar Tanah Abang kebagian tekstil, kelontong, dan sedikit sayuran.

Nama Tanah Abang sendiri diperkirakan sudah dikenal pada kuartal pertama abad ke-17. Kemungkinan berhubungan dengan tentara Mataram yang datang menyerbu VOC di Batavia pada 1628. Dulu, wilayah ini masih merupakan tanah bukit dengan rawa-rawa di sekelilingnya. Tanahnya masih berwarna merah. Maka dari itu tentara Mataram menggunakannya sebagai basis pertahanan. Dalam bahasa Jawa merah disebut abang.

Baru lima tahun berdiri, Pasar Tanah Abang kena imbas peristiwa pembantaian etnis China pada 1740. Ketika itu banyak kios dirusak, diporakporandakan, dan dibakar. Akibatnya orang-orang China menyingkir ke daerah pinggiran. Dengan demikian wilayah Tanah Abang menjadi sepi.

Pemerintah Belanda yang merasakan dampak itu, mulai melakukan pendekatan kepada orang-orang China untuk bergerak kembali memutar roda perekonomian. Bersamaan dengan perkembangan daerah Tanah Abang berkat adanya pasar, daerah itu pun terkenal sebagai tanah kuburan. Pekuburan Tanah Abang dibuka pada 1795. Banyak pemuka masyarakat dimakamkan di situ. Begitu tersohornya pekuburan Tanah Abang, sampai-sampai orang Belanda sering berseloroh ’terug naar Tanah Abang’, maksudnya ’masuk liang kubur’.

Pada masa kemudian Tanah Abang dikenal sebagai pasar kambing. Apalagi sedikit demi sedikit orang-orang Arab yang dikenal doyan makan kambing, bermukim di Tanah Abang. (Djulianto Susantio, pemerhati sejarah dan budaya)


Tinggalkan komentar

Kategori