Oleh: hurahura | 15 September 2014

Situs Gunung Padang Tetap Menuai Kontroversi

Feri-01Tentara sedang menggali di situs Gunung Padang. Pekerjaan seperti ini jelas tidak mengikuti kaidah-kaidah dalam arkeologi.

Situs Gunung Padang di Cianjur, Jawa Barat, masih tetap heboh dan menuai kontroversi. Bukan karena umur situs yang dikatakan lebih tua dari piramida Mesir. Bukan pula karena luas situs yang konon melebihi areal Candi Borobudur. Tetapi karena tentara dengan sepatu larsnya ikut menggali di situs itu.

Tentara mulai masuk situs Gunung Padang pertengahan Agustus 2014. Tugas mereka adalah membantu para peneliti melakukan penelitian lanjutan. Disayangkan, mereka menggunakan cangkul dan linggis, seperti halnya menggali tanah untuk pemasangan kabel atau pembuatan sumur.

Padahal ekskavasi dalam arkeologi harus dilakukan secara hati-hati, lengkap dengan kotak galian yang terukur dan pendokumentasian yang cermat. Penggalian di situs Gunung Padang dilakukan oleh Tim Nasional Penelitian Situs Gunung Padang bentukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan setelah situs itu ditetapkan menjadi Cagar Budaya Nasional.

Banyaknya tentara di situs Gunung Padang merupakan perintah langsung atasan demi menguak peradaban yang begitu tinggi. Banyak “harta karun” katanya tertimbun di sini. Uniknya, yang antusias melakukan penelitian justru Tim Terpadu Riset Mandiri (TTRM) yang kebanyakan geolog, bukan arkeolog. Meskipun tidak memiliki grand design penelitian, tim ini sudah mendapat restu dari Presiden SBY. Bahkan rombongan petinggi negara beberapa waktu lalu pernah berkunjung ke situs tersebut.

Karena restu itulah TTRM mendapat angin surga. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang juga tidak tahu masalah, ikut mendesak bawahannya untuk menyediakan dana. Beberapa kali dana digelontorkan karena memang birokrasi di pemerintahan begitu caranya. Bukan dana APBN yang digunakan tetapi dana dari sumber lain agar pertanggungjawabannya lebih mudah.

Dari caranya bekerja jelas bahwa penelitian di Gunung Padang merupakan penelitian geologi, bukan ekskavasi arkeologi. Geologi dan arkeologi memang sama-sama melakukan ekskavasi. Namun ranah penelitian kedua ilmu sangat berbeda.

Geologi melakukan ekskavasi untuk mencari artefak-artefak nonbudaya, seperti fosil hewan dan fosil tumbuhan. Sementara arkeologi mencari artefak-artefak budaya, misalnya peralatan berladang dan perlengkapan makan. Pada kenyataannya memang kedua ilmu sering bertolak belakang. Artinya ekskavasi geologi menemukan artefak budaya, sebaliknya ekskavasi arkeologi menemukan artefak nonbudaya.

Ekskavasi arkeologi dilakukan dengan peralatan ringan, seperti cetok dan petel. Pengupasan dilakukan sedikit demi sedikit untuk melihat detil lapisan tanah. Masalahnya, ekskavasi bersifat perusakan, jadi harus dilakukan secara hati-hati oleh tenaga yang terlatih. Metode baru oleh TTRM dinilai rawan perusakan karena tidak berwawasan pelestarian.


Membangga-banggakan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M. Nuh, entah atas bisikan siapa, sangat membangga-banggakan situs Gunung Padang. Ia mengklaim situs Gunung Padang nantinya akan menjadi obyek wisata yang lebih hebat daripada Candi Borobudur karena merupakan temuan yang sangat mengagumkan.

Nuh mengatakan, tim nasional untuk mengelola Gunung Padang sudah dibentuk. Tim tersebut terdiri atas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian ESDM, Gubernur Jawa Barat, Bupati Cianjur, dan TNI Angkatan Darat.

Situs Gunung Padang merupakan salah satu program yang katanya menggunakan dana abadi dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan. Pengerjaannya sudah melewati tahap riset dan pembersihan kawasan. Anggaran yang akan digunakan hingga penyelesaian tahap kedua, menurut kompas.com, sebesar Rp 3 miliar. Bahkan Andi Arief, Staf Khusus Presiden bidang Sosial dan Bencana, pernah gembar-gembor timnya tidak sepeser pun menggunakan dana dari pemerintah. Katanya TTRM banyak menggunakan dana pribadi.

Orang yang paling ambisi terhadap situs itu kemungkinan besar Danny Hilman Natawidjaja, geolog dari LIPI. Ia mengatakan Gunung Padang adalah kunci pembuka misteri leluhur bangsa dari zaman es. Situs bangunan Gunung Padang, katanya lagi, kemungkinan mengandung warisan berharga lainnya. Oleh karena itu layak untuk dijadikan aset vital strategis.

TTRM Gunung Padang memperoleh “temuan” mencengangkan berdasarkan analisis geologi. Tim mengatakan, Gunung Padang menyimpan ruangan bagian bangunan yang berasal dari masa 10.000 Sebelum Masehi. Ruangan itu berada di zona yang disebut lapisan budaya tiga dan empat dalam penelitian.

Namun Awang Harun Satyana, geolog senior dari ESDM, mengungkapkan bahwa metode dan hasil penelitian tersebut mungkin sudah tepat. Tapi hasil itu multitafsir. Artinya melalui satu data, geolog bisa memberikan tafsiran berbeda-beda. Awang menuturkan, adanya zona dengan kecepatan suara rendah serta water loss yang besar tidak selalu menunjukkan adanya ruangan buatan manusia, bisa saja hanya petunjuk akan fenomena alam tertentu. Menurut Awang, bisa jadi zona dengan kecepatan suara rendah memang sebuah ruangan. Namun, belum tentu ruangan itu buatan manusia, mungkin sebuah gua alami.


Harta karun

Berita situs Gunung Padang mencuat karena heboh “harta karun”. Dikatakan, di bawah situs yang ada sekarang, terdapat struktur buatan manusia. Struktur itu berupa bangunan yang konon berisi beberapa gerbong emas. Harta karun ini bisa dipakai untuk melunasi seluruh utang luar negeri Indonesia.

Konon situs Gunung Padang sudah ada sejak 10.900 SM. Jadi umurnya lebih tua daripada piramida Mesir. Bahkan ada yang mengatakan Gunung Padang merupakan Atlantis yang hilang. Nama Gunung Padang memang mencuat sejak pakar dari Brasil, Prof. Arysio Santos, mengatakan Atlantis itu ada di Nusantara (Sundaland).

Beberapa tahun lalu Presiden SBY pernah tertipu kasus blue energy. Ketika itu “seorang pakar” memberikan terobosan dapat memroduksi minyak mentah dari air. Ternyata penemuan tersebut hanya akal-akalan belaka. Begitu pula kasus minyak jarak yang dikatakan menjadi energi alternatif.

Akankah SBY kembali terpedaya soal Gunung Padang? Ataukah penelitian Gunung Padang akan menguntungkan kalangan istana yang bertindak sebagai EO (Event Organizer)? Mengapa kalangan arkeologi dibungkam dan beberapa wartawan mendapat SMS teror? Petisi online saja tidak mempan menghentikan proyek ambisius ini, pasti ada apa-apanya. (Berbagai sumber/Djulianto Susantio)

Foto-foto kegiatan ekskavasi yang tidak sesuai prosedur (Sumber: istimewa)

Feri-02

Feri-03


Tanggapan

  1. untuk sebuah proyek yg didanai pemerintah 3 milyar itu sangat sedikit, bung. Dana bikin toilet SD aja bisa sampe 9 milyar


Tinggalkan komentar

Kategori