Oleh: hurahura | 16 November 2012

Tiang Melengkung Patung Pancoran

Warta Kota, Selasa, 13 November 2012 – Salah satu patung yang agak ‘aneh’di Jakarta adalah Patung Dirgantara. Dikatakan ‘aneh’ karena patung-patung lain memiliki tiang yang lurus, Patung Dirgantara justru melengkung. Patung Dirgantara terletak di kawasan Pancoran (Jakarta Selatan), di persimpangan jalan menuju Pasar Minggu dan Tebet. Dulu keberadaannya persis di depan Markas Besar Angkatan Udara di Jalan Gatot Subroto. Hingga sekarang nama Dirgantara kurang dikenal. Patung ini lebih populer disebut Patung Pancoran oleh masyarakat.

Gagasan pembuatan patung berasal dari Presiden Soekarno. Beliau menghendaki adanya sebuah patung mengenai penerbangan (dirgantara) Indonesia. Karena itulah patung dibuat berujud manusia angkasa, menggambarkan semangat keberanian untuk menjelajah angkasa. Patung memiliki tinggi 11 meter dan berat 11 ton dengan bahan perunggu. Tinggi kaki patung atau tugu 27 meter. Pelaksanaan pengerjaan dilakukan oleh tim pematung Keluarga Arca Yogyakarta pimpinan Edhi Sunarso.

Patung dibuat pada tahun 1964-1965. Namun karena ada peristiwa 30 September 1965, pengerjaannya mengalami kelambatan. Bahkan setelah itu sempat terbengkalai karena kekurangan dana. Untuk menutupi kekurangan itu, Presiden Soekarno tidak segan-segan mengeluarkan dana pribadi. Beliau kemudian menjual mobil miliknya. Ketika itu muncul isu bahwa Patung Dirgantara menggambarkan alat pencungkil mata dalam sebuah gerakan kudeta (Sejarah Singkat Patung-patung dan Monumen di Jakarta, 1985).

Proses pemasangan Patung Dirgantara sering ditunggui oleh Presiden Soekarno. Alat pemasangannya sederhana saja, yaitu menggunakan derek tarikan tangan. Pemasangan Patung Dirgantara selesai pada akhir 1966. Patung Dirgantara ditempatkan di lokasi ini karena strategis, merupakan pintu gerbang kawasan Jakarta Selatan dari lapangan terbang Halim Perdanakusumah.

Dulu sosok Patung Dirgantara bisa dinikmati secara luas dari berbagai jurusan. Sayang kini agak tertutup oleh ruas jalan bebas hambatan. Karena tingginya, perawatan patung ini relatif sulit. Terakhir konservasi dilakukan pada tahun 1994. Saat ini patung model untuk pemaparan Edhi Sunarso kepada Presiden Soekarno disimpan di Museum Seni Rupa dan Keramik. Patung model tersebut sudah tidak utuh lagi karena terbuat dari bahan gypsum. Beratnya sekitar 75 kilogram dengan tinggi 60 sentimeter. (Djulianto Susantio, pemerhati sejarah dan budaya)


Tinggalkan komentar

Kategori