Oleh: hurahura | 10 Agustus 2014

Studi Austronesia Masih Terabaikan

Kajian tentang rumpun bahasa Austronesia mulai dibahas lebih dari dua abad lalu. Namun, hingga sekarang, studi tentang penutur Austronesia di Indonesia masih terabaikan. Padahal, 80 persen penutur Austronesia tinggal di kepulauan di Indonesia.

Rumpun bahasa Austronesia terdiri atas 1.200-an bahasa dan digunakan sekitar 300 juta orang. Menurut arkeolog prasejarah Pusat Arkeologi Nasional, Harry Truman Simanjuntak, di Jakarta, Jumat (8/8), wilayah sebaran Austronesia sangat luas, mulai dari Madagaskar di barat hingga Pulau Paskah di timur dan dari Selandia Baru di selatan hingga Taiwan dan Mikronesia di utara.

Peta sebaran Austronesia terdeteksi dari kemiripan bahasa di beberapa daerah, seperti ditemukan Cornelis de Houtman tahun 1596 antara bahasa Malagasy (Madagaskar) dan Melayu, juga antara bahasa Melayu dan Oseania yang dicatat H Reland tahun 1708. Kapten J Cook saat berlayar di Pasifik Barat pada 1776- 1780 bahkan mencatat kemiripan bahasa, budaya, dan wajah orang Polinesia di Selandia Baru, Tahiti, dan Pulau Paskah.

”Di Indonesia, pembahasan soal Austronesia terabaikan. Austronesia baru mulai dibicarakan awal tahun 2000-an. Selama ini, orang lebih banyak mempelajari budaya neolitik penutur Austronesia dan tidak pernah mempertanyakan siapa dan bagaimana sebarannya,” tutur dia.

Topik Austronesia baru mulai mencuat dalam Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional VIII, 9-11 September 2003 di Jakarta. Mulai saat itulah, Austronesia didiskusikan dan diteliti. ”Sejauh ini, justru para peneliti asing yang tertarik meneliti. Di kita sendiri masih banyak kekosongan data. Dari 17.000-an pulau di Indonesia, baru sebagian kecil yang memiliki data tentang kehadiran leluhur kita,” ujar Truman.

Studi Austronesia merupakan proyek besar untuk bangsa Indonesia karena menyangkut sejarah leluhur Nusantara. Karena itu, dibutuhkan kegigihan dan komitmen besar dari para peneliti ataupun pemerintah.

Arkeolog Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Daud Aris Tanudirjo, menambahkan, Austronesia sebagai bidang arkeologi baru mulai dipelajari akhir-akhir ini. ”Di perguruan tinggi belum ada jurusan khusus yang fokus mengajarkan tentang Austronesia. Kalaupun ada, topik ini hanya menjadi salah satu bagian dari mata kuliah arkeologi prasejarah,” kata dia. (ABK)

(Sumber: Kompas, Sabtu, 9 Agustus 2014)

KOMENTAR


Tinggalkan komentar

Kategori