Oleh: hurahura | 21 Mei 2017

Galeri Warisan Maritim Menampilkan Benda-benda Kuno dari Kapal Karam

Artikel-06Beberapa lemari terlalu tinggi sehingga pengunjung sulit mengamati detil bagian atas

Belum banyak orang tahu keberadaan tempat ini. Maklum baru diresmikan pada 13 Maret 2017 lalu. Begitu orang masuk ke dalam, yang tersaji adalah benda-benda yang kelihatannya kurang menarik. Namun siapa sangka benda-benda tersebut bernilai ilmu pengetahuan tinggi.

Galeri Warisan Maritim, begitulah nama tempat tersebut. Terletak di lantai 2, Gedung Mina Bahari IV milik Kementerian Kelautan dan Perikanan. Peresmian galeri dilakukan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti.

Semua koleksi di galeri ini, semula disebut Benda Berharga Asal Muatan Kapal yang Tenggelam (BMKT). BMKT merupakan hasil eksplorasi sejumlah perusahaan swasta di perairan Nusantara atas izin pemerintah. BMKT mulai dikenal pada 1980-an ketika sindikat internasional menjarah muatan kapal kargo yang tenggelam di perairan Riau. Dalam kasus itu, seorang arkeolog Indonesia hilang ketika tengah melakukan investigasi. Yang membuat fantastis, hasil jarahan tersebut laku dalam pelelangan di mancanegara sebesar puluhan juta dollar.

Artikel-03Koleksi benda kaca dari kapal karam

Karena pemerintah tidak punya dana, maka diajaklah investor untuk bekerja sama dengan sistem bagi hasil. Namun sebelum dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi, pemerintah—dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan—menyeleksi benda-benda yang unik dan langka untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Benda-benda tersebut kemudian didistribusikan untuk beberapa museum. Selebihnya diserahkan kepada investor, termasuk kepada Kementerian Kelautan dan Perikanan.


Kejayaan laut

Pengelolaan BMKT oleh pemerintah merupakan bagian dari upaya mengembalikan kejayaan laut menyusul visi Indonesia menuju Poros Maritim dunia. Menurut Menteri Susi, BMKT memiliki nilai sejarah tinggi, tidak terhitung oleh rupiah. Karena itu, pemerintah ingin mengelola BMKT agar pemanfaatannya terorganisasi dan mandiri.

Galeri Warisan Maritim memajang lebih dari 1.500 keping BMKT. Benda-benda tertua berasal dari masa Dinasti Tang (abad ke-9) dan Dinasti Song (abad ke-11–12). Kedua dinasti berasal dari Tiongkok, negeri penghasil keramik terkenal di dunia. Berbagai jenis dan bentuk keramik merupakan bagian terbesar koleksi galeri. Tanda-tanda bekas terendam lama dalam air laut tampak jelas. Bekas karang dan adanya fosil tumbuhan merupakan ciri utama.

Artikel-09

Beberapa bentuk penataan koleksi

Selain benda keramik, ada juga benda kaca, benda batu, benda logam, dan mata uang. Benda-benda tersebut berasal dari beberapa negara, seperti Tiongkok, Spanyol, Inggris, dan Belanda.  Menurut Sonny Wibisono, arkeolog yang ikut terlibat sebagai narasumber, koleksi galeri berasal dari abad ke-9 hingga ke-13 Masehi.

Sebenarnya barang-barang di galeri, baru sebagian kecil dari total BMKT yang dimiliki pemerintah. Tempat ini boleh dikatakan baru berupa galeri mini. Sebagian besar koleksi BMKT masih berada di gudang Cilengsi. Untuk menampung semua barang di galeri tentu memerlukan satu gedung, bukan lagi satu lantai.

Sonny bercerita, koleksi di galeri mini berasal dari tiga situs, yakni perairan Belitung, Pulau Buaya, dan Cirebon. Sebenarnya ada sekitar sepuluh situs yang sudah dieksplorasi perusahaan swasta sebagaimana buku Katalog Peninggalan Bawah Air di Indonesia (Direktorat Peninggalan Bawah Air, 2007).

Kargo Belitung ditemukan pada 1998 di kedalaman 16 meter. Dari hasil analisis terhadap sisa-sisa lambung, kargo Belitung diidentifikasi sebagai kapal kuno Arab yang disebut dhow.

Sekitar 60.000 potong keramik berhasil diangkat dari kargo Belitung. Karena keramiknya berasal dari dinasti Tang abad ke-9, maka dikenal sebagai kargo Tang. Keramik memang merupakan barang dagangan yang paling laku. Ada yang dibuat khusus untuk para pembesar atau pejabat di negara yang disinggahi. Ada pula produk masal, seperti piring dan mangkok.

Kargo Pulau Buaya ditemukan pada 1989 di perairan Riau. Sayang karena sudah berantakan, struktur kapalnya tidak diketahui. Muatan yang diangkat dari kapal ini sekitar 31.000 artefak. Belasan ribu artefak lainnya kemungkinan sudah pecah karena pengangkatan tidak sesuai prosedur. Keramik temuan Pulau Buaya bertarikh abad ke-12 sampai ke-13 masa Dinasti Song-Yuan.

Kargo Cirebon ditemukan pada 2004. Struktur bangkai kapal yang masih tersisa berukuran panjang 21,80 meter dan lebar 10,40 meter. Keramik dari kargo Cirebon berasal dari tungku Zhejiang abad ke-10. Di antara barang masal itu ditemukan barang keramik seni yang langka, misalnya vas Liao, figur ikan, kepala phoeniks, dan kijang. Keberadaan temuan keramik tentu saja sangat penting. Keramik merupakan artefak bertanggal mutlak. Jadi fungsinya bisa untuk memberi tarikh pada temuan-temuan kuno lain.

Artikel-10

Keramik kuno dari dalam laut yang masih menempel

Benda-benda dari kargo Cirebon sungguh bervariasi. Pastinya dari segi ekonomi bernilai tinggi. Dari kargo Cirebon juga ditemukan logam dan batu mulia. Yang paling menarik adalah gagang pedang oktagonal terbuat dari emas. Bentuknya menyerupai tanduk dengan permukaan berukiran rumit. Ada lagi benda-benda ritual agama Buddha berupa gantha (lonceng) dan khakkhara (ujung mahkota dari tongkat pendeta). Karena uniknya, benda-benda ini menjadi ‘koleksi negara’, istilah khusus untuk menunjukkan benda-benda yang sudah dipilih oleh para arkeolog. Nantinya benda-benda ‘koleksi negara’ akan dipamerkan di museum. Kemungkinan besar akan ditempatkan di Museum Nasional di Jakarta.


Perdagangan

Nusantara memiliki perairan luas dan strategis. Letaknya di garis khatulistiwa cukup mendukung. Sejak berabad silam, perairan Nusantara dijelajahi dan dituju oleh para pelaut, pedagang, bahkan penyebar agama. Mereka lalu-lalang datang dan pergi dari dan ke segala penjuru dunia. Mereka pun menghampiri kota dan pelabuhan di simpul niaga yang tenar pada masa itu, yang dibangun oleh penguasa Kerajaan Tarumanagara, Sriwijaya, Mataram, Malayu, Majapahit, Samudera Pasai, dan lain-lain.  Bangsa asing itu membawa sutera dan keramik. Setelah kapal kosong, mereka memuat emas, getah, cula, cendana, rotan, kapur barus, dan rempah dari Nusantara.

Diperkirakan  di seluruh Nusantara terdapat ratusan kapal kargo yang karam. Mungkin karena bencana alam (badai), masalah teknis (bocor, menabrak karang), atau peperangan. Berdasarkan catatan lama di sejumlah negara,  diketahui terdapat ribuan kapal yang belum kembali ke negara asal, termasuk junk-junk Tiongkok. Kapal-kapal itu membawa komoditi dan barang dari Tiongkok, Asia Barat, dan Eropa.

Sayang kita tidak punya teknologi canggih untuk mendeteksi kapal-kapal kuno itu dan SDM terlatih untuk menangani kapal beserta muatan kapal.  Mengingat laut yang begitu luas memang kita sulit melakukan pengawasan. Akibatnya nelayan-nelayan tradisional sering kali beraksi mengambili barang-barang berharga dari kapal kargo itu. Bahkan mereka menjual informasi kepada para pemburu harta karun laut dengan bayaran tinggi. Cukup menyebutkan koordinat tempat mereka menemukan benda berharga.

Kembali ke masalah galeri, sebagai barang baru tempat ini lumayan menarik. Luas, terang, dan sejuk dilengkapi kursi untuk beristirahat, cukup memberi kenyamanan kepada pengunjung. Penataan tergolong bagus, begitu pula keletakan benda, sehingga bisa dilihat pengunjung secara leluasa. Hanya ada beberapa lemari terlalu tinggi. Dengan demikian pengunjung hanya bisa melihat koleksi dari jarak jauh tanpa mampu mengamati detail koleksi.

Betapa pun masih ada kekurangan, keberadaan museum mini ini patut diberi apresiasi. Pengunjung bisa mengetahui perdagangan dan hubungan antarbangsa di masa lalu. Cuma perlu diperhatikan, biasanya benda-benda yang sudah lama berada di dalam laut, akan mengalami kerusakan bila berada di daratan. Karena itu konservasi benda secara periodik perlu dipertimbangkan oleh pengelola.

Galeri Warisan Maritim buka Senin sampai Jumat pukul 09.00-12.00 dan 13.00-15.00 pada jam kantor. Tidak ada karcis masuk. Pengunjung cukup mengisi buku tamu yang tersedia. Bukan tidak mungkin kalau dikelola secara profesional, galeri atau museum mini ini akan menjadi tujuan wisata pendidikan, wisata sejarah, dan wisata budaya sekaligus.***

Naskah dan foto: Djulianto Susantio


Tanggapan

  1. Wow… Wonderfull… Antiq..

  2. Sudah saatnya dibangun Museum Bahari Indonesia, yang menyajikan benda benda koleksi temuan bawah laut, tampaknya dikelolah oleh Dirjen Cagar Budaya dan Permuseuman.


Tinggalkan komentar

Kategori