Oleh: hurahura | 23 Oktober 2016

Situs Punden Mbah Karyo Sentiko

yoks-02Punden Mbah Karyo Sentiko tertutup kain

Masyarakat sekitar menamakan tempat ini punden Mbah Karyo Sentiko. Ia sesepuh Desa Padengan Ploso, Pucuk, Lamongan. Letaknya di tengah pemakaman umum Desa Padengan Ploso. Di sekitar lokasi punden juga ditemukan beberapa makam kuno lainnya, baik yang memiliki nisan asli masa kuno maupun yang ditandai dengan nisan dari bekas batu kuno.

Makam Mbah Karyo Sentiko terbuat dari susunan bahan batu kapur putih yang memiliki lebar sekitar 30 sentimeter dan panjang 40-an sentimeter. Disusun secara berlapis (sebagian terpendam) dengan panjang makam 200-an sentimeter. Makam ini memiliki nisan yang tertancap pada kedua sisi (utara dan selatan) dengan bahan yang sama. Mungkin memiliki motif dasar berbentuk bintang (?), sayang tidak terlihat jelas karena tertutup mori.

Di sekitar areal makam dan pintu masuk punden ini terdapat susunan batu-bata kuno yang sudah tak beraturan membentuk pagar keliling dengan tinggi rata-rata 70-80 sentimeter. Pada bangunan punden juga terlihat adanya dasaran batu bata kuno bercampur dengan batu kapur baru (lumbung).

Ukuran batu bata kuno yang ada di sekitar makam bervariasi. Ada yang lebar 17 sentimeter, tebal 6 sentimeter, dan panjang 35 sentimeter. Ada yang lebar 20 sentimeter dan 23 sentimeter dengan tebal 7-8 sentimeter. Sayang panjangnya tak diketahui karena hampir semua sudah tidak utuh lagi.

yoks-03

Batu bata kuno di sekitar punden

Pintu lokasi punden yang berpagar reruntuhan batu bata menghadap ke arah selatan. Begitu juga dengan bangunan cungkupnya. Pada lokasi punden terdapat pintu masuk yang lengkap dengan daun pintunya. Pintu ini berbahan kayu jati tua yang sudah agak lapuk. Konon merupakan sisa peninggalan sejak dulu. Hal ini juga terlihat dari bagian daun pintu yang lebarnya utuh tanpa sambungan (50 sentimeter) dengan engsel tanam atas bawah.

Di sekitar lokasi punden, masih di areal pemakaman desa ini, pada sisi selatan dan timur punden terdapat konsentrasi pecahan gerabah dan keramik asing. Penulis perkirakan berasal dari abad ke-13—15. Pecahan tanah liat ini variatif dan belum dibersihkan.

Juga terdapat batu nisan kuno dengan motif suluran, umum yang berlaku di wilayah pantura. Ada lagi nisan-nisan yang berasal dari sisa struktur sebuah bangunan (?) yang ditegakkan sebagai tanda nisan.

Bisa jadi ada bangunan yang terpendam, namun berlum tersingkap. Penduduk menjelaskan, di situ banyak ditemukan batu bata pada saat penggalian makam baru. Begitu juga dengan pecahan gerabah dan keramik asing kuno. Dugaan terhadap keberadaan sisa struktur bangunan kuno yang terpendam juga bisa didasarkan atas elevasi tanah makam yang cukup tinggi dibandingkan dengan lahan di sekeliling makam, terutama di sekitar lokasi punden dan sebelah timur-utaranya.

Kemungkinan besar pecahan batu bata yang ditata menjadi pagar keliling yang sedemikian banyak merupakan hasil pengumpulan dari sekitar lokasi. Juga hasil penggalian pada saat pemakaman, sehingga hampir tak ditemukan dalam kondisi  utuh.

Lalu adakah sisa struktur yang utuh? Ada, namun jauh di bawah rata-rata kedalaman makam. Penjaga makam Mbah Dullah menyatakan pernah mendapati lapisan batu bata yang masih utuh rapi pada saat penggalian makam di sisi timur utara punden ini, di kedalaman lebih dari satu meter.

yoks-01

Temuan pecahan keramik kuno di sekitar punden

Hingga sekarang belum ditemukan benda dengan unsur kekunoan yang mengarah pada identifikasi jenis bangunan tertentu, misal temuan lingga yoni atau arca. Jadi itu sisa struktur apa? Nah, tantangan bagi kita untuk mengungkapnya.

Warga Desa Padengan Ploso masih mempertahankan tradisi ziarah tiap Kamis sore ke makam orang tua dan leluhur mereka. Padahal biasanya ziarah umum dilakukan pada musim jelang Ramadhan dan hari raya atau pada momentum khusus saja.

Laporan dan foto: Yoks Kalachakra


Tinggalkan komentar

Kategori