Oleh: hurahura | 14 Oktober 2011

UNESCO Siap Bantu Borobudur Rp 500 Juta

* Jembatan Kali Putih Dibangun

KOMPAS, Senin, 10 Oktober 2011 – Guna memulihkan perekonomian masyarakat Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, pascaerupsi Gunung Merapi, badan dunia yang mengurusi pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan (UNESCO) siap memberikan bantuan senilai Rp 500 juta.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Tengah Prasetyo Aribowo, Minggu (9/10), mengatakan, terkait dengan rencana penyaluran bantuan UNESCO tersebut, pihaknya segera mengadakan pertemuan dengan warga setempat. Aspirasi dari warga seputar pemanfaatan dana tersebut perlu didengar.

Pertemuan yang menjadi forum gelar pendapat bersama warga ini akan dilaksanakan selama dua bulan, November-Desember 2011. Selanjutnya, program pemulihan ekonomi dilaksanakan mulai tahun 2012.

Prasetyo mengatakan, UNESCO memperoleh dana bantuan ini dari Selandia Baru, dengan total nominal 4 juta dollar AS. Oleh UNESCO dana yang dimaksudkan untuk pemulihan ekonomi masyarakat terdampak erupsi ini dibagi-bagi untuk berbagai daerah Jawa Tengah lainnya di sekitar lereng Merapi. Dalam hal ini, Kecamatan Borobudur mendapatkan Rp 500 juta.

Menurut catatan Kompas , selain Magelang, daerah lainnya di Jawa Tengah yang terdampak erupsi Merapi adalah Boyolali dan Klaten. Dampak Merapi juga dirasakan masyarakat Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.


Suplai air

Camat Borobudur Ari Widi Nugroho mengatakan, sebelum erupsi, masyarakat Kecamatan Borobudur sendiri memiliki masalah menyangkut minimnya suplai air untuk pengairan pertanian. Bencana erupsi Gunung Merapi akhirnya makin memperburuk keadaan karena membuat sejumlah tanaman pekarangan yang menjadi sumber penghasilan masyarakat, seperti rambutan, pepaya, dan kelapa mati. Sampai sekarang tanaman itu belum bisa tumbuh subur.

”Dengan kondisi alam yang belum pulih pascaerupsi Merapi, maka sebagian besar masyarakat membutuhkan keterampilan dan pekerjaan lain untuk menopang kehidupan sehari-hari,” ujarnya.

Kasiyati, salah seorang warga Desa Kembanglimus, Kecamatan Borobudur, mengatakan, akibat erupsi Gunung Merapi, sebagian besar warga di Desa Kembanglimus tidak lagi menikmati panen rambutan.

”Biasanya, buah rambutan dari halaman rumah ini bisa kami jual untuk menambah penghasilan bagi kebutuhan hidup sehari-hari,”  ujarnya.

Sebagian warga juga kehilangan mata pencarian sebagai penyadap nira karena sebagian besar tanaman kelapa juga mati akibat erupsi. Sejumlah warga penyadap nira tersebut, saat ini beralih profesi menjadi buruh bangunan atau buruh tani.


Jembatan Kali Putih

Sementara itu, pembangunan jembatan Kali Putih dimulai hari Minggu. Jembatan yang dibangun untuk mengantisipasi dampak banjir lahar dingin ini, dijadwalkan selesai 25 Desember 2011. Jembatan yang dibangun dengan dana APBN sebesar Rp 64 miliar ini berukuran panjang 60 meter dan lebar 9 meter. Tinggi satu meter di atas jalan Magelang-Yogyakarta, tepatnya di Dusun Gempol, Desa Jumoyo, Kecamatan Salam.

Pejabat Pembuat Komitmen Secang, Pringsurat, dan Muntilan Dalam Satuan Non Vertikal (SNVT) Wilayah II Kementerian Pekerjaan Umum, Budi Sudirman, mengatakan, meski mendekati musim penghujan, pembangunan jembatan diharapkan tidak akan terganggu oleh hujan dan banjir lahar dingin.

”Pembangunan jembatan menjelang musim penghujan ini kami laksanakan sesuai jadwal yang sudah ditetapkan dari Kementerian Pekerjaan Umum,” ujarnya.

Selama pembangunan jembatan berlangsung, para pemakai kendaraan dapat memakai jalan darurat yang telah disiapkan di sebelah timur Dusun Gempol. Jalan darurat tersebut sepanjang 150 meter, dengan lebar sama seperti jalan raya Magelang-Yogyakarta, 14 meter.

Proyek pelurusan alur Kali Putih juga tengah disiapkan dengan sasaran 100 meter dari jembatan Kali Putih menuju Gunung Merapi, dan 100 meter ke arah sebaliknya. Total luasan yang akan dipakai untuk pelurusan tanah mencapai 24 hektar, dan semuanya merupakan tanah milik warga. (EGI)


Tinggalkan komentar

Kategori