Oleh: hurahura | 11 April 2011

Spesialisasi dalam Arkeologi, Menurut Zaman atau Menurut Tema?

Spesialisasi atau pembidangan dalam disiplin arkeologi terus berkembang dari masa ke masa. Pembidangan itu berdasarkan zaman atau periodesasi, yakni Arkeologi Prasejarah, Arkeologi Klasik (zaman Hindu-Buddha), dan Arkeologi Islam. Pada 1980-an dikenal lagi Arkeologi Kolonial. Keempat spesialisasi itu masih bertahan hingga sekarang.

Arkeologi Prasejarah mempelajari kebudayaan manusia pada zaman prasejarah. Zaman prasejarah sendiri bermula sejak keberadaan manusia di muka bumi dan berakhir ketika manusia mengenal tulisan. Masa berakhirnya masa prasejarah berbeda-beda bagi setiap suku bangsa karena perbedaan waktu dalam mengenal tulisan.

Peninggalan arkeologi pada dasarnya dikelompokkan menjadi dua, yaitu peninggalan bergerak dan peninggalan tidak bergerak. Untuk periode prasejarah, yang termasuk peninggalan bergerak antara lain alat-alat batu, perhiasan batu, peralatan dari tulang, perhiasan dari kulit kerang, dan gerabah. Sementara itu peninggalan tak bergerak antara lain bangunan megalitik dan gua hunian. Tidak banyak peninggalan yang terbuat dari bahan organik yang tersisa karena besar kemungkinan telah musnah seiring dengan perjalanan waktu.

Tokoh arkeologi prasejarah di Indonesia antara lain Prof. Dr. R.P. Soejono, Prof. Dr. Sumijati Atmosudiro, Dr. Haris Sukendar, Dr. Harry Truman Simanjuntak, Dr. Daud Aris Tanudirjo, dan Dr. Harry Widianto. Kajian prasejarah di Indonesia dirintis oleh para ahli dari Belanda, seperti Dr. P.V. van Stein Callenfels yang dianggap sebagai Bapak Prasejarah Indonesia.

Arkeologi Klasik dimulai sejak dikenalnya tulisan sampai masuknya pengaruh kebudayaan Islam di Indonesia. Bidang kajian ini dimulai sejak abad ke-4 Masehi dengan mengacu pada prasasti Yupa yang ditemukan di Kalimantan Timur sampai runtuhnya Kerajaan Majapahit pada abad ke-15. Pada rentang waktu itu di Nusantara memang berkembang kebudayaan yang dipengaruhi oleh kebudayaan India. Kebudayaan ini bernafaskan agama Hindu dan Buddha. Pada masa ini selain kedua agama tersebut juga ditemukan agama “baru” yang merupakan sinkretisme Hindu dan Buddha. Adapun yang dikaji dalam arkeologi klasik antara lain candi, petirtaan, arca, prasasti, keramik, mata uang, dan berbagai artefak lain yang berasal dari kurun waktu abad ke-4-15 Masehi.

Arkeologi Islam berawal sejak adanya pengaruh Islam di bumi Nusantara atau sejak Kerajaan Majapahit mengalami kemunduran pada abad ke-15. Artefak yang diteliti antara lain berupa masjid, keraton, istana, nisan, pemakaman, mata uang, keramik, dan naskah. Arkeologi Islam mempelajari hal-ihwal berbagai kerajaan atau kesultanan yang pernah ada di bumi Nusantara.

Arkeologi Kolonial mempelajari peninggalan-peninggalan masa lalu yang berasal dari periode kolonial. Berbagai pengaruh itu berasal dari negara-negara Belanda, Portugis, Inggris, Cina, dan lain-lain yang pernah mengisi perbendaharaan sejarah kuno Indonesia. Kajiannya meliputi benteng, bangunan, situs, dan berbagai artefak.

Perhatian pada tinggalan-tinggalan prasejarah, klasik, dan Islam di Indonesia sudah muncul sejak abad ke-19. Namun ’peresmian’ adanya spesialisasi dalam tubuh disiplin arkeologi di Indonesia, baru dimulai sejak pertengahan abad ke-20, yakni sejak disepakatinya konsensus di antara lima mahasiswa arkeologi angkatan pertama di Universitas Indonesia. Kelima mahasiswa itu adalah Soekmono dan Satyawati Suleiman di bidang Klasik (lulus tahun 1953), RP Soejono di bidang Prasejarah (lulus 1959), Boechari di bidang Epigrafi (lulus 1958), dan Uka Tjandrasasmita di bidang Islam (lulus 1960). Empat bidang spesialisasi itulah yang paling menonjol hingga saat ini.

Epigrafi meneliti benda-benda bertulis yang berasal dari masa klasik, masa Islam, dan masa kolonial. Salah satu contohnya adalah prasasti. Prasasti merupakan sumber tertulis (berupa tulisan ataupun gambar) yang dapat memberikan informasi mengenai peristiwa di masa lampau, asal-usul seorang raja, tokoh atau genealogi maupun penanggalan.

Namun pembidangan demikian dirasa kurang adil. Prasejarah, misalnya, mencakup kurun waktu yang sangat panjang, mungkin jutaan tahun. Sementara Klasik, Islam, dan Kolonial mencakup ratusan tahun. Kasus lain adalah bidang Epigrafi. Selama ini spesialisasi Epigrafi hampir selalu menjadi kajian bidang Klasik. Padahal sesungguhnya bidang Islam dan Kolonial juga mewarisi artefak bertulis, yang identik dengan prasasti. Contohnya saja, tulisan Arab pada makam Islam, tulisan Latin pada bangunan gereja, atau tulisan Mandarin pada makam Tionghoa.

Mungkin sudah saatnya pembidangan ’menurut zaman’ diubah menjadi ’menurut tema’. Beberapa contoh spesialisasi menurut tema adalah Keramologi (studi keramik dan tembikar), Numismatik (studi mata uang), dan Epigrafi (studi prasasti).


Tanggapan

  1. membantu dalam pembabakan masa arkeologi


Tinggalkan komentar

Kategori