Oleh: hurahura | 12 Agustus 2010

Mengenal Keramik Jingdezhen

indonesian.cri.cn – Tiongkok sejak dahulu kala dikenal sebagai negara keramik. Teknologi pembuatan keramik di Tiongkok tidak saja telah menghadirkan benda seni yang indah dan halus dan mengisi lembaran pembuatan keramik yang cemerlang di Tiongkok, telah melahirkan pula kota-kota yang tersohor oleh industri keramiknya, salah satu di antaranya yang paling terkenal adalah Jingdezhen.

Jingdezhen terletak di bagian timur laut Provinsi Jiangxi, Tiongkok timur. Lebih 290 tahun silam, ketika seorang misionaris Perancis bernama Pere d’Entrecolles pertama kali menginjakkan kaki di bumi kota Jingdezhen, ia melukiskan keadaan kota keramik itu kepada temannya sebagai berikut: Kota Jingdezhen terletak di dataran rendah yang terkepung oleh bukit-bukit, dua sungai yang mengalir dari gunung di dekatnya bertemu di sini membentuk sebuah pelabuhan sepanjang satu kilometer lebih. Kalau kita memasuki pelabuhan itu dari luar, pertama-tama kita akan melihat bayangan kota yang terbentuk oleh bara api dan asap yang mengepul meliuk-liuk ke atas dari berbagai penjuru. Di waktu malam, kota ini bagai terkepung oleh bara api. Demikian tulis misionaris dari Prancis itu.

Jingdezhen adalah sebuah kota yang ditopang oleh industri kerajinan. Dapur-dapur pembakar keramik dibangun menyusuri sungai, dan dapur-dapur itulah membentuk kota. Bara api dapur keramik yang menyala tak pernah padam selama ribuan tahun. Keramik adalah jiwa dan kehidupan kota ini. Tanpa keramik, tidak akan ada kota Jingdezhen.

Kota Jingdezhen menjadi indah dan makmur karena keramik. Kota berpenduduk 1,4 juta jiwa itu seperti halnya kota-kota lain di Tiongkok, jalannya lebar, gedung-gedung bertingkat menjulang tinggi, namun di balik gemerlap kota modern tetap tersimpan jejak sejarah tentang keramik yang tergores dalam-dalam di kota ini, juga wisatawan mancanegara yang datang tertarik oleh keramik.

Jauh lebih 2.000 tahun yang silam, industri keramik sudah ada di kota ini. Kini, di distrik kota Jingdezhen dan daerah sekitarnya masih terpelihara secara utuh sejumlah bekas dapur keramik besar peninggalan zaman dulu. Yang menarik ialah, tata ruang kota ini pada awalnya sepenuhnya menjadikan dapur keramik zaman kuno sebagai titik sentral dan berangsur-angsur berkembang. Warga kota itu, Zheng Peng mengatakan,”Di distrik kota lama, sulit ditemukan sebuah gang atau jalan yang lurus. Tempat kita berada sekarang ini dinamakan Gang Pengjia, di belakangnya adalah sebuah dapur keramik yang sudah roboh. Dari sini kita dapat menyaksikan bahwa bangunan-bangunan di sini dibangun mengitari dapur tersebut. Bangunan seperti ini terdapat di mana-mana di distrik kota lama. Ini bukti kemakmuran kota Jingdezhen pada zaman dulu dengan dapur keramiknya yang ada di mana-mana.”

Dibanding dengan rumah-rumah penduduk lazimnya, rumah-rumah penyimpan keramik yang masih belum dibakar dan dapur-dapur keramik tampak sangat mencolok dengan menempati areal ratusan bahkan ribuan meter persegi. Justru dari rumah-rumah itulah dihasilkan benda-benda keramik indah yang putih merah, setipis kertas, bening bagai cermin dan nyaring bunyinya kalau ditabuh. Di sini, wisatawan dapat menyaksikan bagaimana tanah keramik disulap menjadi benda keramik yang indah.

Untuk membuat sebuah benda keramik, lebih dulu dibentuk barang setengah jadi dengan tanah liat khusus dan kemudian dibakar. Untuk menjadi seorang buruh pembuat keramik yang memenuhi syarat perlu belajar dan pengalaman sedikitnya 10 tahun. Seorang guru pembuat keramik, Fu Wangyan yang berusia 70 tahun mengatakan,”Saya berguru kepada ayah sejak usia 11 tahun. Sampai sekarang saya sudah mempunyai pengalaman 61 tahun dalam pembuatan keramik. Keluarga kami sudah lima generasi menekuni profesi ini. Kepandaian diturunkan keluarga generasi ke generasi.”

Justru kemahiran teknologi yang diturunkan keluarga generasi ke generasi itulah, kerajinan keramik Jingdezhen berangsur-angsur berkembang menjadi tersohor. Di antara benda-benda keramik itu, yang paling legendaris adalah keramik merah ritual.

Keramik merah ritual tergolong satu dari empat keramik terkenal kota Jingdezhen. Pada zaman dulu, keramik tersebut digunakan keluarga kerajaan untuk upacara ritual. Cara pembuatan keramik tersebut bermula sejak Dinasti Ming lebih 500 tahun yang lalu. Jenis benda keramik ini indah tapi tidak menyala, merah keungu-unguan, warna sedikit gelap tampak tenang. Berhubung pembuatannya sangat sulit, sedikit sekali yang menjadi barang jadi, maka harganya luar biasa mahal. Sebuah cawan merah ritual buatan 200 tahun lebih yang lalu, terjual dalam pelelangan Sotheby di Hong Kong tahun 2002 dengan harga 21 juta dolar Hong Kong.

Menurut cerita versi masyarakat, keramik merah ritual tergolong jenis “satu dari seribu dapur keramik”, yang berarti dari seribu dapur keramik, hanya bisa diperoleh sebuah atau dua buah keramik jenis ini yang jadi. Kini, wisatawan mancanegara bisa menyaksikan keramik jenis langka itu di Museum Keramik Jingdezhen. Rui Fu yang bekerja di museum itu mengatakan,”Museum kami ini adalah museum sejenis yang paling besar dan paling banyak koleksi keramiknya di Tiongkok dewasa ini. Museum kami menyimpan karya-karya keramik pilihan dari zaman ke zaman di Jingdezhen, antara lain keramik merah ritual zaman Dinasti Qing. Di museum kami ada belasan buah.”

Selain keramik merah ritual, di Museum Keramik Jingdezhen terdapat pula koleksi keramik biru putih dan warna-warna lain.

Di kota Jingdezhen, keramik tidak hanya berarti kekayaan dan budaya bagi masyarakat setempat, tapi lebih dari itu, keramik erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat setempat. Dapur keramik yang menggunakan bahan bakar kayu di Jingdezhen harus diganti batu batanya setiap tahun, dan batu-batu bata yang diafkir itulah digunakan masyarakat sebagai bahan bangunan rumah penyimpan keramik setengah jadi dan rumah penduduk. Sampai sekarang, di kota lama Jiangdezhen masih terdapat banyak rumah yanga terbuat dari batu bata dapur keramik. Zheng Peng mengatakan,”Batu bata dapur keramik sangat keras dan merupakan bahan bangunan yang sangat bagus. Rumah yang terbuat dari batu bata seperti itu menjadi lanskap unik di Jingdezhen dan tak ada duanya di dunia.”

Setelah menyaksikan pembuatan keramik dengan cara tradisional di Jingdezhen, mengetahui sejarah tentang keramik di kota itu dan merasakan sendiri pertalian erat antara masyarakat Jingdezhen dengan keramik, maka sudah sewajarnya kita membeli beberapa potong benda keramik buatan Jingdezhen sebelum meninggalkan kota itu sebagai kenang-kenangan. Berbagai jenis keramik yang berbeda-beda bentuk, kegunaan dan harganya dapat dipilih di toko, kios atau pabrik keramik di kota itu. Pasti anda akan memperoleh benda keramik yang disenangi.


Tanggapan

  1. Artikelnya menarik, bermanfaat dan sangat lengakap. terimkasih infonya.


Tinggalkan komentar

Kategori