Oleh: hurahura | 31 Agustus 2010

ANAK PANAH TERTUA Manusia Purba Sudah Canggih

Kompas, Sabtu, 28 Agustus 2010 – Teknologi membuat busur dan anak panah semula diduga mulai dikuasai manusia purba paling tidak sejak 20.000 tahun lalu. Namun, dugaan itu tampaknya harus berubah setelah ditemukannya anak panah terbuat dari batu yang berusia 64.000 tahun.

Batu-batu pipih dan runcing yang ditemukan di Goa Sibudu, Afrika Selatan, oleh tim peneliti pimpinan Lyn Wadley dari University of the Witwatersrand itu diyakini sebagai anak panah karena ditemukan sisa-sisa percikan darah dan pecahan tulang yang terselip di antara retakan-retakan anak panah. Proses penemuan anak panah itu, menurut situs BBC News, Kamis (26/8), tidak mudah karena penggaliannya butuh waktu lama. Bayangkan saja, tim Wadley harus menggali hingga ke lapisan tanah yang berusia 100.000 tahun.

Temuan tim arkeolog yang dipaparkan di jurnal Antiquity itu menyebutkan, anak panah dari batu itu digunakan sebagai ujung proyektil, bukan sekadar sebagai anak panah yang dipasang di ujung tombak atau lembing. Hipotesis ini, menurut Marlize Lombard dari University of Johannesburg yang menganalisis anak panah itu, diperkuat dengan ditemukannya sisa-sisa lem yang terbuat dari tanaman damar untuk menempelkan anak panah pada tongkat kayu.

”Sisa-sisa lem itu menunjukkan, manusia pada zaman itu mampu membuat satu artefak dari beragam elemen dengan menggunakan berbagai peralatan, termasuk lem itu,” kata Lombard.


Kemampuan kognitif

Proses pembuatan senjata kuno, seperti anak panah ini, membuktikan kemampuan kognitif manusia yang hidup di Afrika Selatan pada 60.000-70.000 tahun lalu hampir sama dengan manusia modern zaman sekarang.

Berburu dengan busur dan anak panah bukan hal yang mudah karena membutuhkan proses perencanaan yang matang dan rumit. Selain persiapan berbagai peralatan, berburu juga membutuhkan inovasi serta keterampilan sosial dan komunikasi. Semua persyaratan ini dimiliki manusia zaman itu.

Bagi Chris Stringer dari Natural History Museum, London, temuan terbaru itu memberikan informasi tambahan mengenai kebiasaan manusia modern di Afrika yang telah mulai berburu dengan ”gaya baru”.

Pada zaman itu, manusia jenis Neanderthals dan mungkin juga manusia-manusia purba yang lain mulai berburu dengan cara mendekati mangsanya sehingga lebih mudah dijangkau anak panahnya. Artinya, anak panah menjadi alat berburu yang paling andal karena dianggap lebih efektif.


Teknik pemanasan

Temuan anak panah dari batu ini meramaikan diskusi dan perdebatan mengenai teknologi pembuatan alat berburu dan peralatan hidup lain manusia purba. Teknologi pembuatan alat berburu dengan memanaskan logam ternyata sudah dilakukan manusia Afrika Selatan sejak 72.000 tahun lalu. Bedanya, pada temuan terbaru ini bukan logam yang dipanasi, melainkan batu.

Bukti adanya inovasi teknik pemanasan pembuatan senjata ini ditemukan di Pinnacle Point, Afrika Selatan, pada 2009. Jurnal Science menyebutkan, sejak 72.000 tahun lalu manusia mulai belajar memanfaatkan api bukan hanya untuk memasak, menghangatkan diri, alat penerangan, atau perlindungan diri. ”Teknik memanasi batu inilah awal proses perkembangan keahlian teknik manusia,” kata peneliti Kyle Brown dari Arizona State University.

Seperti halnya logam, jika dipanasi, batu menjadi lebih rapuh dan lebih mudah dipotong dan dibentuk. Bahkan, potongan batunya bisa rapi dan mulus seperti bekas dipotong dengan silet. Batu yang ujungnya berbentuk runcing biasanya digunakan untuk menguliti hewan buruan atau membuat baju. Sayangnya, batu runcing itu tidak terlalu kuat jika, misalnya, digunakan untuk memotong kayu atau menggali.


Tidak bodoh

Peralatan sehari-hari dan senjata zaman purba yang terbuat dari batu dan dikembangkan oleh spesies kita (Homo sapiens) sebenarnya tidak lebih canggih daripada yang digunakan saudara kita yang sudah punah, Neanderthals (Homo neanderthalensis).

Dalam Journal of Human Evolution disebutkan, ada penelitian yang membandingkan peralatan dari batu yang dibuat manusia Neanderthals dan manusia modern. Tujuannya untuk membandingkan siapa yang lebih canggih, kita atau Neanderthals yang hidup sekitar 400.000 tahun yang lalu.

Neanderthals yang dikenal sebagai pemburu yang lihai mendominasi wilayah (kini) Inggris, Israel, dan Siberia. Sementara Homo sapiens muncul di wilayah Afrika dan menggantikan posisi Neanderthals setelah masuk ke Eropa sekitar 40.000 tahun lalu. ”Dari sisi teknologi, peralatan hidup yang digunakan Neanderthals dan Homo sapiens sama-sama canggihnya. Jadi, anggapan bahwa Neanderthals itu bodoh harus diubah karena itu terbukti tidak benar,” kata Metin Eren dari University of Exeter, Inggris.

Kepala Bagian Asal Usul Manusia di Natural History Museum London, Inggris, Chris Stringer membenarkan keahlian Neanderthals membuat benda-benda tajam yang berfungsi sebagai alat pemotong. Sementara manusia modern mulai mengembangkan teknik dan bahan yang tidak lagi hanya memanfaatkan batu, tetapi juga tulang dan gading.

Kemampuan dan teknologi membuat peralatan untuk menunjang kebutuhan hidup semakin berkembang dan semakin canggih. Kita, manusia, menjadi makhluk yang unik, menurut Kyle Brown karena memiliki kemampuan mengambil dan mengolah apa pun yang ada di lingkungan sekitar kita untuk memenuhi kebutuhan hidup kita. ”Keterampilan yang terus meningkat ini menunjukkan terjadinya lompatan perkembangan mental yang luar biasa pada manusia modern zaman purba hingga manusia modern seperti kita,” ujarnya. (luki aulia)


Tinggalkan komentar

Kategori