Oleh: hurahura | 11 November 2012

Istal Museum Dirobohkan

KOMPAS/WINDORO ADI

Bangunan istal yang menjadi bagian dari kompleks bangunan Museum Jakarta, Jakarta Barat, sebagian besar dirobohkan. Rencananya, di atas lahan tersebut akan dibangun gedung dua lantai untuk gudang koleksi museum. Sebagian lahan tampak sudah ”ditanami” besi-besi utama tiang cor beton, Minggu (4/11) sore. Padahal, bangunan ini merupakan bagian kompleks gedung cagar budaya.

KOMPAS, Senin, 5 November 2012 – Bangunan istal Museum Jakarta dirobohkan. Para arkeolog, budayawan, dan pencinta museum kota tua pun bertanya-tanya.

Mereka menganggap tindakan ini tidak layak. Namun salah satu dari 13 anggota tim sidang pemugaran (TSP), Hubertus Sadirin, membantah anggapan tersebut. Sebab, keputusan merobohkan bangunan itu sudah melalui pertimbangan masak.

Di lokasi, yang tampak pada Minggu (4/11) kemarin, tinggal beberapa potongan tembok yang masih berdiri, sementara sebagian besar lahan seluas sekitar dua lapangan basket itu sudah ”ditanami” tiang-tiang tulang utama besi, serta rangka beton besi.

Ahli konservasi, Nanik Widayati, yang dihubungi, kaget mendengar kabar ini. ”Saya belum melihat sendiri. Namun jika informasi ini benar, saya mendesak Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mengevaluasi kerja TSP serta meminta pertanggungjawaban Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata DKI,” kata Ketua Pusat Arsitektur dan Konservasi tersebut.

Budayawan Jakarta, Yapi Panda Abdiel Tambayong, yang lebih populer dengan sebutan Remy Sylado, menyebut tindakan merobohkan bangunan bersejarah ini sebagai tindakan brutal.

”Saya ingin tahu apa yang akan dilakukan Pak Jokowi yang pernah pasang badan mempertahankan pabrik es bersejarah di Solo saat ia menjadi wali kota,” ujarnya.


Tembok dan tiang

Hubertus Sadirin membantah bahwa tindakan merobohkan istal di Museum Jakarta itu sebagai tindakan brutal.

”Sebelum merobohkan bangunan, kami sudah melakukan kajian selama tiga bulan,” ucap Hubertus. Menurut dia, bangunan yang dirobohkan bukan bangunan bersejarah.

”Itu bangunan susulan. Temboknya baru. Bagian bangunan yang orisinal cuma tiang-tiang kayu. Tiang-tiang kayu tersebut akan direkonstruksi dan di pasang kembali,” jelas Hubertus.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata DKI Arie Budiman bahkan mengatakan, seluruh bangunan yang dirobohkan itu baru. ”Itu bangunan tahun 1985,” tuturnya.

Meski demikian, di lokasi, tak jauh dari reruntuhan tembok yang tersisa, tampak tumpukan batu bata berukuran besar yang tidak lazim lagi dibuat produsen batu bata sekarang.

Anggota Heritage Jakarta Trust, Ella Ubaidi, yang juga pemilik satu bangunan cagar budaya di Kalibesar Timur, Kota Lama, memastikan tumpukan bata tersebut berasal dari bangunan lama. Soal batu bata ini, Arie mengaku tidak tahu.

Anggota Kelompok Pencinta Museum, Catherine J, merasa prihatin dengan tindakan pembongkaran ini.

”Undang-undangnya sudah ada, juklak-juknisnya sudah ada, tapi terjadi juga ya pada pemerintahan gubernur baru?” sindirnya.

Sejumlah pemilik bangunan cagar budaya di kawasan Kota Lama menyampaikan hal serupa. (WIN)


Tinggalkan komentar

Kategori