Oleh: hurahura | 28 September 2012

Indonesia Tertinggal dari India

wartakotalive.com, Selasa, 18 September 2012 – Indonesia dan India memiliki beberapa kemiripan dalam soal budaya. Sayangnya, dalam hal pelestarian budaya Indonesia tertinggal dari negaranya Gandhi ini. Salah satu indikatornya adalah jumlah warisan budaya yang diakui oleh UNESCO.

Kita sekarang punya 14 warisan dunia yang diakui UNESCO. Kita masih cukup ketinggalan karena India sudah punya 48,” kata Wiendu Nuryanti, Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dalam konferensi pers The 5th ASEM Culture Ministers Meeting di Yogyakarta, Senin (17/9).

Sebagaimana diberitakan Kompas.com, 14 warisan budaya yang sudah diakui UNESCO belum seberapa jika dibandingkan dengan total kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia. Menurut Wiendu, pihak Kemendikbud akan berupaya mendaftarkan lebih banyak lagi kekayaan Indonesia sebagai warisan budaya dunia.

“Paling tidak satu setiap tahun bisa didaftarkan, karena memang sulit mengurus hal itu ke UNESCO,” katanya.

Sementara ini Kemendiknas telah membentuk divisi warisan budaya nasional, yang menangani pencatatan warisan budaya yang dimiliki tanah air. “Yang sudah tercatat, untuk benda itu ada 65.178, termasuk candi, istana, dan kota lama. Sementara untuk yang nonbenda baru 2100,” kata Wiendu menjelaskan.

Pencatatan dan pendaftaran warisan budaya Indonesia terkait dengan upaya mencegah klaim produk budaya dari pihak asing. Langkah ini adalah salah satu langkah yang ditempuh, selain kerja sama bilateral dengan beberapa negara, termasuk Malaysia, untuk berdiskusi tentang warisan budaya yang saling beririsan.

Pertemuan ASEM kali ini tidak hanya membahas bagaimana melestarikan warisan budaya dan kota bersejarah. Pembahasan juga difokuskan pada bagaimana kota bersejarah yang punya banyak peninggalan mampu menghidupi masyarakat.

Delegasi dari puluhan negara hadir dalam pertemuan ini untuk saling berbagi best practice dan memberikan rekomendasi tentang pengelolaan kota bersejarah.


Penelitian bersama

Sementara itu Departemen Arkeologi dari empat universitas negeri bekerja sama melakukan penelitian, yang diberi nama Penelitian Arkeologi Terpadu Indonesia (PATI) II. Kegiatan PATI II kali ini juga diselenggarakan di Trowulan pada 16 hingga 29 September 2012.

Kegiatan penelitian tahun 2012 ini merupakan yang kedua kali dilakukan Departemen Arkeologi dari Universitas Indonesia (UI), Universitas Gajah Mada (UGM), Universitas Udayana (Unud), dan Universitas Hasanudin (Unhas), setelah pelaksanaan PATI I pada tahun 2008. Bertindak sebagai koordinator PATI II adalah UI. Kegiatan PATI I dan PATI II ini terselenggara berkat dukungan penuh dari Yayasan Arsari Djojohadikusumo.

Menurut media rilis dari panitia PATI II, tujuan utama kegiatan PATI adalah untuk menjadi ajang pembelajaran dan penajaman teori dan metode yang telah dimiliki oleh para pengajar dan mahasiswa arkeologi dari keempat universitas tersebut. Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan untuk mempererat hubungan dan menumbuhkan rasa kebersamaan antar para pengajar dan mahasiswa arkeologi seluruh Indonesia.

Sementara sasaran dalam PATI II ini ada dua, yakni memperdalam pemahaman tentang peradaban masa Majapahit, sehingga diperoleh gambaran sejarah kebudayaan Majapahit yang lebih luas lagi, terutama perihal kedudukan dan fungsi sumber air serta jaringannya dalam kota Majapahit.

Tujuan yang kedua memperjelas konsepsi sistem bangunan suci di situs Trowulan dalam zaman kerajaan Majapahit (abad ke-14—15). */av


Tinggalkan komentar

Kategori