Oleh: hurahura | 13 Juli 2012

Diabadikan Sebagai Nama Jalan (2 – Habis)

Warta Kota, Jumat, 13 Juli 2012 – Mata pencarian pokok orang Arab di Batavia adalah berdagang. Produk yang mereka kuasai umumnya kain, batik, pakaian, mebel, batu mulia, minyak wangi, barang-barang kulit, dan makanan. Mereka memperkenalkan sistem pembayaran cicilan, terutama oleh para pedagang keliling. Keuntungan yang mereka peroleh, biasanya diinvestasikan untuk menguasai real estate dan tanah. Sebutan tuan tanah sering dialamatkan kepada golongan Arab ini. Mereka menyewakan tanah kepada orang-orang Cina yang datang dari luar Batavia.

Selain itu orang Arab sering berprofesi sebagai rentenir. Mereka meminjamkan uang dengan bunga tinggi, terutama kepada para pendatang baru untuk menyambung hidup. Bila tidak mampu membayar, orang Arab itu sering menyita harta benda milik si peminjam. Secara ekonomi, jelas terlihat orang Arab sangat makmur. Pada 1885 nilai real estate yang dimiliki orang Arab di Batavia mencapai 2,5 juta gulden.

Di Batavia orang Arab yang dianggap paling kaya adalah Said Abdullah bin Ali Alatas. Dia seorang pendatang generasi ketiga. Tanahnya amat luas. Dia mewarisi pengecoran logam dan pabrik mesin. Mungkin Alatas adalah pengimpor kuda pertama untuk keperluan bisnis. Dia menikah dengan putri seorang konsul Turki. Alatas sangat dikenang karena dia memiliki sebuah perpustakaan dengan koleksi puluhan ribu buku. Tahun 1890-an dia memiliki rumah peristirahatan bergaya neo-klasik di kawasan Tanah Abang. Rumah itu sekarang menjadi Museum Tekstil. Saudagar kaya raya lainnya adalah Umar Mangus. Dia pemilik sejumlah real estate dan eksportir gula. Pada 1902-1931 dia menjadi kapten komunitas Arab di Batavia.

Seperti halnya kampung-kampung dalam kota lama, Pekojan beralih menjadi padat dan tidak sehat. Menurut orang-orang Eropa, kawasan itu kumuh karena interior rumah mereka nyaris kosong tidak ada apa-apa. Pada masa kemudian, rumah-rumah di Pekojan dibeli oleh orang-orang Cina. Jadilah Pekojan merupakan salah satu kawasan yang pernah dihuni oleh tiga etnis: Arab, India, dan Cina.

Orang Arab lainnya yang terdokumentasi namanya adalah Husein al-Aydrus, seorang Arab dari Hadramaut yang memerintahkan pendirian Masjid Annawir. Meskipun berubah penyebutan menjadi Alaydrus, tapi nama itu tetap dikenang dan diabadikan sebagai nama jalan di ibu kota. (Djulianto Susantio, pemerhati sejarah dan budaya)


Tinggalkan komentar

Kategori