Oleh: hurahura | 8 Mei 2010

Rumah Kayu Kuno Abad IX Ditemukan

Temanggung – Tim arkeolog dari Balai Arkeologi Yogyakarta menemukan tiga rumah panggung dari kayu yang diperkirakan bagian dari sebuah dusun pada zaman Mataram Kuno abad ke-9 Masehi di Dusun Liyangan, Desa Purbasari, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.

Temuan itu berada di lokasi penambangan pasir seluas se­kitar dua hektare. Para arkeolog yang terdiri dari Baskoro Daru Tjahjono, Sugeng Riyanto, Heri Priswanto, dibantu pendata Mujiono dan Didik Santosa, melakukan penelitian pada 14-20 April 2010 di Situs Liyangan itu.

“Kami menemukan dua bangunan rumah dari kayu yang masih lumayan utuh. Satu rumah berdiri di atas talud, satu rumah lagi baru terlihat atapnya. Kami menduga sebenarnya ada bangunan lain yang secara tidak sengaja sudah rusak oleh penambang pasir. Rumah itu adalah rumah kayu itu bagian dari pedusunan kuno zaman Mataram Kuno. Kondisi rumah itu sudah menjadi arang.

Diduga kampung tersebut pada masa lalu tersapu awan panas akibat letusan Gunung Sindoro pada abad ke-9 Masehi,” kata Baskoro, Rabu (5/5).

Ia menambahkan, temuan itu menjadi spektakuler karena baru pertama kali ditemukan di Indonesia. Selama ini, arkeo­log belum pernah menemukan rumah kayu masa silam. Karena bangunan kayu pasti lapuk dimakan usia.

“Selama ini kami hanya menemukan alas kaki tiang dari batu maupun fondasi dari batu. Bangunan kayunya sudah tidak tersisa,” kata Baskoro.

Temuan di Liyangan menjadi istimewa karena rumah itu sudah menjadi arang akibat terbakar awan panas dan langsung tertutup pasir. Sifat arang memiliki ketahanan dan tidak lapuk. Kerusakan itu pun makin diminimalkan karena terlindungi timbunan pasir.

Sugeng Riyanto, arkeolog lainnya, menerangkan, bangun­an itu berbentuk rumah panggung, berdinding anyaman bambu, beratap ijuk, dan beralas kayu. Ketebalan alas kayu sekitar 8 sentimeter. Semua sudah menjadi arang.

“Yang menemukan pertama kali adalah pada penambang pasir di kawasan Liyangan. Semula mereka menemukan arang. Mereka tidak memedulikannya. Namun setelah kami datang, kami memberi penjelasan justru arang itu adalah temuan pen­ting soal sejarah masa silam kawasan tersebut. Para penambang pasir itu sejak tahun 2008 sudah menemukan candi batu. Mereka selalu menyisihkan temuan batu bangunan candi, termasuk talud batu putih yang ternyata di atasnya adalah tempat mendirikan rumah kayu tersebut,” kata Sugeng.

Kepastian bahwa kawasan itu adalah pedusunan kuno abad ke-9 karena di sana juga ditemukan candi. Candi itu sendiri sudah ditemukan pada tahun 2008. Namun, bangunan rumah baru ditemukan pada tahun 2010.

Sugeng Riyanto menam­bah­kan, timnya juga menemu­kan Prasasti Rukam dari tembaga yang tidak jauh dari lokasi itu, yang ditulis dalam bahasa Jawa Kuna. Di situ disebutkan ada letusan gunung.

Namun prasasti itu tidak menuliskan nama gunung tersebut. “Kami menduga itu adalah Gunung Sindoro, mengingat kawasan itu berada di lereng Gunung Sindoro,” katanya.

Selama ini, bentuk-bentuk rumah panggung kayu itu sejauh ini baru diketahui dari relief-relief candi. Baik di Candi Borobudur, maupun candi-candi lainnya di Jawa Tengah hingga candi-candi di Jawa Timur.

“Kami belum pernah tahu bentuk asli bangunan sebenar­nya. Baru setelah temuan rumah panggung yang sudah menjadi arang di situs Liyangan, relief rumah panggung itu ternyata benar-benar ada,” kata Baskoro.

Tim arkeolog menyimpul­kan kawasan itu adalah dusun zaman Mataram Kuno. Karena menurut mereka sebuah dusun pasti memiliki rumah-rumah, tempat ibadah, dan lahan pertanian. Tim ini juga menemu­kan pecahan keramik Dinasti Tang (abad ke-9), lampu dari tanah liat, dan sisa-sisa padi. (su herdjoko)

(Sinar Harapan, Kamis, 6 Mei 2010)


Tinggalkan komentar

Kategori