Oleh: hurahura | 5 Maret 2016

Sabuk Kesucian untuk Wanita dan Pria

Sabuk-cewe-2Cupeng koleksi Museum Nasional Jakarta

Sabuk kesucian (chastity belt) adalah sejenis celana dalam berpengunci yang dirancang untuk mencegah terjadinya senggama dan masturbasi. Barang ini diciptakan khusus untuk wanita. Diperkirakan sabuk kesucian digunakan pertama kali oleh para istri tentara pada Perang Salib, ketika suami mereka tengah melakukan pertempuran. Sumber lain menyatakan sabuk kesucian kemungkinan dikembangkan di Italia pada abad ke-14. Bahkan ada yang berpendapat benda itu pernah digunakan pada awal 1150 atau zaman Romawi-Yunani. Sabuk kesucian dikenal dengan nama lain, sabuk Venus atau sabuk Florentina.

Sabuk kesucian yang banyak ditemui terdiri atas simpai logam berpengunci yang melintasi bagian depan dan belakang panggul wanita. Benda ini dilengkapi lubang-lubang kecil di bagian depan dan belakang agar si wanita bisa buang air (kecil dan besar). Pada masa itu penggunaan sabuk kesucian amat terbatas. Ini karena pandai logam belum memiliki keahlian secanggih sekarang. Mereka kesulitan membuat sabuk yang bisa dan nyaman dipakai untuk jangka waktu lama.

Di dunia barat, sabuk kesucian pertama kali disebut-sebut dalam buku karya Konrad Kyeser von Eichstätt, Bellifortis pada sekitar tahun 1400-an. Di situ ada gambar celana besi wanita Florentina. Sabuk tersebut tampak berat dan ribet, beda dengan model sabuk kesucian yang lebih maju. Sayangnya buku tersebut tidak diperkuat dengan bukti atau dokumen lain. Baru pada 1889 sebuah sabuk berbahan kulit dan besi ditemukan kolektor barang antik Jerman, A. M. Pachinger di Austria. Tepatnya di kuburan seorang wanita muda yang diperkirakan dimakamkan pada abad ke-16. Pada abad ke-16 dan ke-17, memang sabuk kesucian, termasuk korset besi, populer di Eropa Tengah.


Kesenangan Seksual

Di Roma budak perempuan dipaksa mengenakan sabuk kesucian demi kesenangan seksual majikan mereka. Sebelumnya wanita Romawi dan Yunani sering memakai sabuk logam atau kulit di atas gaun agar modis. Sumber lain menyebutkan pelacur Romawi kadang-kadang dipaksa untuk mengenakan sabuk kesucian. Ini dimaksudkan untuk menggoda pelanggan pria agar tertarik. Jika disetujui, orang-orang yang menjalankan bordil kemudian akan dihubungi. Dialah yang berhak melepas sabuk tersebut sekaligus menerima pembayaran.

Sabuk-wanita-1Sabuk kesucian wanita, koleksi salah satu museum seks di Eropa

Di Paris beberapa wanita juga pernah dipaksa untuk memakai sabuk kesucian berbahan logam. Ada beberapa jenis sabuk logam, namun yang paling dikenal adalah jenis yang memiliki ring besi ditutupi beludru. Lingkaran itu memiliki celah sehingga sang pria bisa mengencangkan dan melonggarkan, tergantung pada suasana hatinya. Sepanjang abad ke-19, banyak wanita dipaksa untuk memakai ‘sabuk harian’ ketika mereka melakukan perjalanan tanpa pengawasan. Sabuk kesucian masih ditemui pada 1930 ketika militer AS melaporkan melihat banyak wanita mengenakannya di Timur Tengah.

Pergeseran tujuan pemakaian sabuk terjadi pada tahun 1700-1930. Ketika itu masturbasi dinilai berbahaya bagi kesehatan. Beberapa jenis sabuk semacam itu pernah dipamerkan di museum-museum Eropa, tapi ditarik karena diragukan keasliannya.


Di Indonesia

Di Indonesia sabuk kesucian kemungkinan dikenal sejak masa Kerajaan Majapahit abad ke-14. Ketika itu dikenal Kitab Agama untuk melindungi para wanita. Di antara berbagai bab yang disusun, bagian yang paling banyak dibicarakan adalah tentang perbuatan mesum atau paradara (arti sebenarnya, “istri orang lain”). Kata paradara di kala itu merujuk pada perbuatan yang kurang senonoh terhadap wanita/istri orang lain.

Celana bergembok atau berkunci pada awalnya merupakan benda upacara yang dipakai oleh anak wanita kecil. Di Aceh, benda semacam itu dinamakan cupeng. Fungsinya sebagai penutup kelamin anak wanita. Bentuknya seperti hati dan pemasangannya diikat dengan benang pada perut si anak. Pernah ditemukan artefak cupeng berbahan emas 22 karat, berukuran tinggi 6,5 cm, dan lebar 5,8 cm. Kini cupeng tersebut menjadi koleksi Museum Nasional di Jakarta.

Melihat bahannya, kemungkinan besar cupeng itu digunakan oleh orang yang cukup terpandang karena penuh dengan ukiran. Pinggirannya berhiaskan motif tapak jalak, bagian tengah bermotif bunga teratai dikelilingi deretan bunga bertajuk empat helai dalam bentuk belah ketupat. Bagian tengah bunga tadi bermatakan jakut merah.

Menurut tradisi lama, cupeng harus dipakai oleh anak wanita berusia 2-5 tahun. Atau digunakan ketika anak mulai berjalan sampai mulai bisa mengenakan sarung sendiri. Mereka percaya, cupeng merupakan penangkal roh jahat. Pada saat dipakai pertama kali, benang yang dikalungkan terlebih dahulu diberikan mantera atau jampi-jampi oleh seorang dukun.

Cupeng juga dikenal di Semenanjung Malaysia. Di sana disebut caping. Diduga, caping diperkenalkan ke Asia Tenggara oleh pedagang-pedagang India pada masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya, dari abad ke-7 hingga abad ke-12. Di Malaysia, caping sangat populer di daerah Utara, Selatan, dan pantai Timur Malaysia. Di Indonesia, cupeng banyak dipakai oleh penduduk Melayu sekitar pantai Timur Sumatera, Dayak, Bugis, Makassar, dan Aceh.

Hampir serupa dengan cupeng adalah badong. Badong merupakan perhiasan untuk wanita bangsawan atau tokoh yang dihormati. Penggunaannya diletakkan di luar kain, tepat di depan alat kelamin wanita. Badong adalah simbol bagi wanita yang telah menikah dan dipakai pada saat suami mereka sedang berperang atau sedang berada di luar rumah. Badong juga digunakan oleh para pertapa dan pendeta wanita, untuk melawan godaan agar selamanya tidak melakukan hubungan intim dengan lawan jenis.

Badong berbahan emas pernah ditemukan di daerah Madiun, kemungkinan berasal dari masa Majapahit sekitar abad ke-14 atau ke-15. Artefaknya juga bisa dilihat di Museum Nasional, Jakarta. Yang unik, permukaan badong dihiasi relief cerita Sri Tanjung, seorang wanita suci yang dituduh selingkuh oleh suaminya, Sidapaksa, dan kemudian dibunuh. Namun Dewi Durga datang menolong Sri Tanjung dengan memberikan seekor gajamina (ikan gajah) untuk membantu membawanya ke surga, sebagai imbalan atas kesucian hatinya.

Satu benda lagi yang mirip adalah jempang. Artefak ini ditemukan di Gowa, Sulawesi Selatan. Jempang juga merupakan penutup kelamin wanita, merupakan pakaian sehari-hari untuk gadis-gadis muda dari kalangan bangsawan.


Sabuk Kesucian Pria

Bukan hanya wanita, para pria yang umumnya bekerja di lingkungan istana, dulu juga diharuskan memakai sabuk kesucian. Celana dalam unik ini terbuat dari berbagai bahan, seperti kulit kayu atau kulit hewan. Namun sampai saat ini belum dijumpai sisa-sisanya. Dipastikan sudah punah seiring perjalanan waktu, mengingat daya tahan bahan-bahan tersebut amat rendah. Yang masih dijumpai, terutama di museum-museum seks Eropa, adalah sabuk kesucian berbahan logam.

Sabuk-cowo-3Sabuk kesucian pria

Di Eropa pada abad ke-19 para remaja pria, banyak memakai sabuk kesucian. Setiap toko obat selalu menjual celana logam ini. Dipercaya, dengan memakai celana logam, para remaja pria dapat terhindar dari upaya ‘memanjakan diri’ atau masturbasi. Apalagi ada anggapan bahwa masturbasi akan merusak kesehatan.

Di India sabuk kesucian sering digunakan oleh kaum selibat (pria yang tidak menikah) dalam rangka menahan hawa nafsu. Selibat banyak didukung oleh salah satu aliran yoga demi mendapatkan energi spiritual. Maka untuk mengekang fisik yang mungkin tidak terkendali, mereka harus terus-menerus memakai sabuk kesucian. Biasanya penyucian diri ini berlangsung selama minimal dua belas tahun. Tata cara demikian konon sudah berlangsung selama 300 tahun.

Sabuk kesucian yang umumnya terbuat dari kulit kayu atau kulit hewan ini, hanya boleh dilepas saat mandi. Untuk orang-orang tertentu, sabuk kesucian terbuat dari baja.


Codpiece

Sabuk-cowo-5Jenis lain sabuk kesucian pria
(Foto-foto: internet)

Untuk pria dikenal pula istilah codpiece, berasal dari Inggris Pertengahan, cod berarti skrotum (kantung buah zakar). Benda ini berupa penutup yang menempel pada bagian depan celana pria dewasa. Cara memakainya diikat, dikancing, atau metode lainnya. Codpiece merupakan pakaian Eropa di abad ke-15 dan ke-16, kadang-kadang ditambah perhiasan supaya tampak menonjol. Di akhir abad ke-16 codpiece tidak dipakai lagi karena terlihat cabul. Namun di era modern, codpiece kulit banyak dipakai oleh para musisi sebagai kostum andalan, terutama musik beraliran rock atau cadas. Para tokoh superhero, baik pria maupun wanita, sering digambarkan memakai codpiece. Jejak-jejak codpiece masih bisa dilihat pada beberapa artefak atau penggambaran pada patung kuno di Yunani.

Sabuk kesucian pria sebenarnya terdapat di Museum Puro Mangkunegaran, Solo. Namun bendanya sudah pecah-pecah dan terdiri atas beberapa bagian. Sayangnya koleksi itu tidak boleh difoto (Dari berbagai sumber/Djulianto Susantio)


Tinggalkan komentar

Kategori