Oleh: hurahura | 3 Juli 2010

Museum “Orang Gila” Mancanegara

Oleh: DJULIANTO SUSANTIO

Orang biasanya mengidentikkan museum dengan benda-benda purbakala, seperti fosil, arca, keramik, atau keris. Pendapat itu tidak sepenuhnya salah. Namun sesungguhnya koleksi museum amat beragam, seberagam benda yang pernah dipakai manusia sejak dulu kala.

Berdasarkan koleksinya, museum dibedakan menjadi dua jenis, yakni museum umum dan museum khusus. Museum umum memiliki bermacam-macam koleksi, misalnya kain, lukisan, peta kuno, dan miniatur rumah adat. Museum khusus jauh lebih sedikit ragam koleksinya. Biasanya hanya mempunyai satu jenis objek, contohnya Museum Wayang atau Museum Layang-layang.

Di Indonesia peranan museum masih belum populer, mungkin karena kurang promosi. Hal itu bertolak belakang dengan di mancanegara. Di sana fungsi museum sudah benar-benar diapresiasi masyarakat. Sehingga berdampak pada minat institusi atau individu untuk berlomba-lomba mendirikan museum. Bukan cuma museum biasa, museum-museum yang ‘luar biasa’ bahkan ‘unik’ dan ‘aneh’ pun bermunculan.


Mengingatkan pada perang

Jika Anda sering membaca kisah-kisah perang, pasti tidak asing lagi dengan nama Auschwitz. Nama ini terkenal semasa Perang Dunia II, diberikan oleh pasukan Nazi Jerman ketika menduduki Polandia pada September 1939. Kini nama tersebut diabadikan untuk nama sebuah museum, Auschwitz-Birkenau State Museum.

Tempat yang semula berfungsi sebagai camp konsentrasi dan pembasmian tawanan Nazi Jerman itu, sejak 1979 dimasukkan ke dalam Daftar Warisan Dunia. Auschwitz dikenal sebagai tempat pembantaian terhadap sekitar 1,1 juta orang Yahudi, 75.000 warga Polandia, dan 19.000 orang gypsie Roma. Sebagian besar dari mereka tewas mengenaskan karena dibunuh di dalam ruang gas beracun. Sisanya tewas karena dibiarkan kelaparan, sakit yang tidak diobati, kerja paksa, dan bahan eksperimen medis.

Meski bernuansa memorial, banyak menampilkan adegan kekerasan, dan menampilkan tragedi umat manusia, museum ini tetap mengundang keingintahuan wisatawan mancanegara.

Di Asia ada juga museum sejenis, bahkan dipandang sebagai museum genosida atau museum pemusnahan bangsa. Museum itu bernama Tuol Sleng-Genocide, berlokasi di Kamboja. Sebelum dijadikan museum, bangunan ini berfungsi sebagai gedung sekolah. Pada 1975 gedung yang terdiri atas lima bangunan ini, mulai dijadikan penjara dan pusat interogasi tahanan. Ketika Khmer Merah pimpinan Pol Pot berkuasa (1975–1979), penjara itu dikenal dengan nama Tuol Sleng “Security Prison 21 (S-21)”.

Rezim Pol Pot banyak melakukan genocide terhadap rakyatnya sendiri. Jutaan rakyat Kamboja bersama warga asing mati dengan sia-sia. Mereka dibunuh tanpa alasan yang jelas. Mungkin inilah museum ‘killing fields’ (ladang pembantaian) paling memilukan di dunia.

Vietnam pun memiliki War Remnants Museum atau Museum Sisa-sisa Perang. Lokasinya di kota Ho Chi Minh, dulu bernama Saigon. Museum ini didirikan pada 1975. Pernah dikenal sebagai Museum Kejahatan Perang Cina dan Amerika, tetapi kemudian diubah namanya menjadi War Remnants Museum untuk menghindari kecaman turis-turis asing, Cina, dan Amerika Serikat. Juga demi normalisasi hubungan diplomatik antara Vietnam dan Amerika Serikat.

Museum ini menampilkan kekejaman perang di wilayah Indocina, dalam era Perang Dingin antara Amerika Serikat dan Uni Sovyet. Dengan alasan ingin membendung pengaruh komunis dari utara, pasukan Amerika Serikat diterjunkan ke wilayah Vietnam. Namun melalui taktik perang gerilya, pasukan Vietnam Utara dan Viet Cong yang dibantu Uni Sovyet, berhasil merebut kota Saigon.

Puncaknya adalah pasukan Amerika Serikat hengkang dari Saigon pada 30 April 1975. Segera setelah itu terbentuk negara Vietnam yang komunis. Materi pameran dalam museum terdiri atas rongsokan mesin-mesin perang seperti tank, kendaraan lapis baja, pesawat bomber, senjata-senjata artileri (meriam, howitzer, bazooka), ranjau, dan sebagainya.


Tempat orang patah hati

Selain yang ‘memilukan’, sejumlah museum memiliki koleksi yang ‘menjijikan’. Meskipun demikian, koleksi-koleksi tersebut tetap memiliki nilai tambah bagi para pengunjung. Mungkin Anda tidak membayangkan kalau ada museum yang mengoleksi isi tubuh manusia. Nyatanya hal itu benar-benar ada di Museum Mutter Philadelphia di AS.

Museum ini bagian dari University College of Physicians, Philadelphia. Dibangun pada 1850-an buat para calon dokter yang ingin belajar tentang anatomi dan kelainan medis. Banyak orang berkunjung ke sana karena ingin menyaksikan koleksi yang unik dan aneh, seperti kerangka-kerangka abnormal, foto-foto orang cacat, koleksi otak aneka spesies.

Museum Hash, Belanda

Lain lagi di Amsterdam, Belanda. Museum Hash justru memiliki koleksi benda yang ‘diharamkan’, berupa ganja atau obat bius lainnya. Berlokasi di salah satu distrik kota Amsterdam, museum ini mengetengahkan cerita sejarah munculnya obat bius dan tata cara pengelolaannya. Menariknya lagi, tempat ini merupakan satu-satunya tempat legal di dunia untuk menjual bibit ganja sebagai suvenir bagi pengunjung yang datang.

Di Belanda terdapat juga Museum Corpus. Museum ini termasuk terunik di dunia karena menawarkan pengalaman spektakuler tour ke dalam ‘tubuh manusia’. Di sana pengunjung dapat melihat, merasakan, dan mendengar bagaimana kerja tubuh, tentang makanan sehat, dan bagaimana cara hidup sehat. Bukan hanya informasi penting yang diberikan, tapi para pengunjung juga mendapat hiburan.

Gedung museum sengaja dibuat eye-catching, bangunan transparan dengan bentuk tubuh manusia raksasa di sampingnya. Beberapa pertanyaan seperti kenapa manusia perlu tidur, apa yang terjadi ketika bersin, dan bagaimana rambut kita tumbuh, semua ini akan dijawab oleh museum yang penting untuk pendidikan anak dan orang dewasa ini.

Museum Mie Ramen, Jepang

Mau yang aneh? Di Zagreb (Kroasia) ada Museum Patah Hati. Museum yang didedikasikan untuk mereka yang mengalami patah hati ini memajang aneka barang termasuk surat dan kenang-kenangan. Pendiri Museum adalah Drazen Grubisic dan Olinka Vistica. Grubisic dan Vistica sepakat untuk membuka museum tersebut setelah sebelumnya mereka kerap menjadi tempat curhat dan menghibur teman-teman mereka yang sakit hati karena cinta. Mereka mengharapkan museum ini bisa menjadi terapi bagi mereka yang baru mengalami patah hati.


Memajang alat kelamin

Museum Alat Kelamin, Islandia

Memperhatikan nama ‘The Icelandic Phallological Museum’, apa yang terbayang di benak Anda? Hmmm, ini bukan museum pornografi, meskipun namanya berarti Museum Penis atau Museum Alat Kelamin. Koleksi museum yang terdapat di Islandia ini terdiri atas berbagai jenis penis, mulai dari penis manusia sampai penis hewan. Museum ini sudah ada sejak 1974, ide pendiriannya berasal dari Sigurdur Hjartarson.

Saat ini museum itu telah mengoleksi 261 alat kelamin dari 90 spesies. Penis yang diperoleh itu dibalsem, diawetkan, ataupun dikeringkan di kotak display. Koleksi yang paling besar adalah organ kelamin paus, beratnya mencapai 70 kg dengan panjang 1,7 meter. Sementara koleksi kelamin yang paling kecil adalah organ reproduksi hamster, panjangnya hanya 2 mm sehingga harus dilihat melalui kaca pembesar.

Pengunjung karya ‘gila’ Hjartarson ini datang dari berbagai penjuru dunia, rata-rata perhari 3500 orang. Pengunjung terbanyak ke museum itu justru adalah kaum perempuan. Bahkan yang lebih ‘gila’ empat orang pria, masing-masing dari Jerman, Amerika Serikat, Islandia, dan Inggris, menyatakan kesediaannya untuk mendonorkan alat kelaminnya untuk disimpan di museum tersebut bila mereka sudah meninggal.

Memang museum alat kelamin wanita masih belum ada. Namun yang berkenaan dengan hal itu, yakni Museum Vibrator, ada di San Francisco, AS. Museum itu juga sering disebut museum paling erotis atau museum masturbasi. Berbagai alat vibrator, yakni alat untuk memuaskan nafsu seks kaum perempuan, terpajang di sini. Mulai dari alat manual hingga alat bertenaga batere dan listrik, mulai produksi zaman dulu hingga sekarang, bersama sex toys lainnya.

Sedangkan museum seks diketahui ada di sejumlah negara. Cina memiliki museum seks yang terletak di Tongli, Suzhou. Pendirinya adalah Liu Dalin. Museum ini menampilkan koleksi keramik serta patung-patung perunggu dan batu yang menggambarkan seni erotis kuno Cina. Berbagai tema yang disajikan berupa evolusi seks, penyembahan seks, erotika, kesehatan seksual, seks dan agama, penindasan seksual perempuan, dan aksesoris seks.

Museum sejenis, yakni Loveland terdapat di Jeju, Seoul (Korea Selatan). Mulai dibuka pada 2004, museum ini menampilkan 140 potongan-potongan seni yang ditampilan di taman. Fokusnya adalah beberapa tema seks, dipadukan dengan karya seni dan unsur humor. Ada pula foto-foto yang menggambarkan berbagai kegiatan seksual dan alat-alat bantu seksual.

Masih di Korea Selatan, bisa dijumpai pula Asia Eros Museum. Museum ini menampilkan lebih dari 300 materi pameran, terdiri atas lukisan, patung, dan ukiran erotis dari seluruh dunia. Tujuan pendirian museum adalah untuk menunjukkan bagaimana seks diungkapkan dan diakui melalui peninggalan sejarah dari berbagai budaya di Asia, serta memberikan pemahaman yang berharga tentang keagamaan dan filosofis masing-masing perspektif budaya.

Museum Seks di Jepang disebut Hihokan, yang berarti ‘House of Hidden Treasures’. Museum ini populer di mata turis dan pasangan muda sejak 1971. Koleksi utama museum adalah manekin manusia yang memeragakan berbagai kegiatan seksual.

Di Mumbai (India) museum seks disebut Antarang (bahasa Hindi, intim), bertujuan untuk meningkatkan pemahaman tentang seks dan kesadaran penyakit menular seksual (PMS). Koleksinya berupa patung telanjang, model dewi seks kuno dari masa 1500-1000 SM, ilustrasi dari daerah lampu merah di Mumbai, dan model anatomi manusia. Ayat-ayat dari kitab Kama Sutra (teks India kuno tentang seks) terpampang di dinding museum.


Ada toilet dan sepatu

Museum Toilet, India

Indonesia belum bisa, negara lain sudah mendahului. India sudah lama memiliki Museum Toilet (Sulabh Museum). Idenya dicetuskan oleh petugas sanitasi Dr. Bindeshwar Pathak. Dia membangun museum ini dan melengkapinya dengan sejarah tentang kloset. Beragam koleksi kloset mulai dari zaman tradisional hingga yang termodern, ada di sini. Ada juga replika kloset milik Raja Louis XVIII dari Perancis.

Bicara soal museum aneh, Museum Shin-Yokohama Ramen di Jepang, tidak boleh dilupakan. Koleksi museum ini kebanyakan kemasan mie. Di tempat ini juga dipamerkan sejarah mie, aneka sumpit, dan aneka bentuk mangkuk mie. Jepang memang adalah pelopor pembuat mie instan.

Museum lain yang mengagumkan adalah Museum International Cryptozoology di Portland, AS. Museum ini didedikasikan untuk mempelajari spesies hewan-hewan langka yang belum diketahui orang banyak. Museum International Cryptozoology didirikan pada 2003 lalu oleh ahli kriptozoologi, Loren Coleman.

Museum Sepatu Bata, merupakan museum sepatu terbesar dan terlengkap di dunia. Sekitar 10.000 pasang sepatu dan alas kaki lainnya dari lima benua menghuni museum ini. Jauh di atas museum sejenis di Filipina, yang memamerkan sekitar 3.000 pasang sepatu yang pernah dipakai First Lady Imelda Marcos.

Demi melengkapi koleksi museumnya di Kanada itu, Sonja Bata, istri pengusaha sepatu Bata, rela merambah belahan dunia mana saja untuk berburu sepatu. Dari pasar di Tibet yang berdebu hingga Kutub Utara yang beku. Koleksi yang unik dan langka berasal dari tempat terpencil dan dingin di benua Arktika berupa kamiks, yakni sepatu lars dari kulit anjing laut yang dibuat secara tradisional oleh seorang perempuan tua.

Banyak ide ‘gila’ dan orang ‘gila’ terdapat di mancanegara. Ironisnya, di negara kita justru jumlah museum semakin berkurang karena sepi pengunjung dan ketiadaan biaya pemeliharaan. Kini di seluruh Indonesia memang masih tersisa tidak sampai 300 museum, persentase yang teramat kecil dibandingkan jumlah warganya dan keragaman masyarakatnya.

Jangan-jangan, kita memang kurang ‘ide gila’ dan ‘kurang gila’ dalam mewujudkannya.

(Majalah Intisari, Juli 2010)


Tanggapan

  1. Wah….ternyata museum banyak jenisnya yaaa….kirain cuma majang benda2 kuno aja…baru tahu tuh….tanks atas infonya……Salam kenal dan persahabatan dari Kalimantan…………………


Tinggalkan komentar

Kategori