Oleh: hurahura | 3 Agustus 2010

Raja Tutankhamun, Kereta Penyebab Kematian

Oleh Luki Aulia

KOMPAS – Sabtu, 31 Juli 2010 – Kepastian penyebab kematian penguasa Mesir, Raja Tutankhamun, masih menjadi perdebatan. Beragam spekulasi beredar. Mulai dari dugaan ia dibunuh, meninggal akibat malaria, hingga meninggal akibat patah tulang paha gara-gara jatuh dari kereta kuda atau chariot.

Kereta kuda yang biasa digunakan Raja Tut untuk turun ke medan perang atau balapan sekitar 3.300 tahun lalu ini akan dipamerkan pada pameran “Tutankhamun and the Golden Age of the Pharaohs” di Discovery Times Square Exposition, New York, pekan ini. Seperti diberitakan CNN, Selasa (27/2), menurut Sekretaris Jenderal Dewan Tertinggi Benda Antik Mesir Zahi Hawass, kereta kuda ini potongan misteri terpenting untuk mengungkap penyebab kematian Raja Tut. Dugaan sementara, Raja Tut jatuh dari kereta kuda yang tengah melaju kencang ketika berburu di gurun pasir dan mengalami patah tulang paha yang kemudian berakhir dengan kematiannya pada usia 18 atau 19 tahun.

Kereta kuda itu ditemukan pada 1922 oleh arkeolog Inggris, Howard Carter, di dalam makam Raja Tut bersama beragam perlengkapan penguburan Raja Tut. Makam yang berupa ruangan luas itu penuh berisi kursi-kursi dengan ukiran, tempat tidur, dan tiga kereta kuda. Konstruksi kereta kudanya ringan, sederhana tanpa dekorasi, dan terbuka (tanpa perisai). Sebagian besar bagian kereta masih utuh kecuali bagian roda yang bannya sudah hancur. Melihat kondisinya, Carter (meninggal 1939) menduga, ketiga kereta kuda itu kerap digunakan untuk berburu dan balapan.

Menurut situs Discovery News, di dalam makam Raja Tut, Carter tidak hanya menemukan tiga kereta kuda sederhana yang digunakan sehari-hari, tetapi juga dua kereta yang berukuran lebih besar dan lebih kecil. Kedua kereta kuda itu mungkin digunakan khusus untuk upacara kerajaan karena penuh hiasan dan ukiran. Di antara kelima kereta kuda itu, tampaknya kereta kuda “tersangka utama” penyebab kematian Raja Tut-lah yang akan paling menarik perhatian masyarakat.


Penyakit tulang

Sejauh ini hasil pemindaian computerized tomography (CT scan) mumi Raja Tut menunjukkan, tulang kaki kiri bagian paha retak dan patah beberapa jam sebelum ia meninggal. Selain patah tulang paha, hasil pemeriksaan medis yang dipublikasikan jurnal American Medical Association memaparkan, Raja Tut juga terkena malaria dan penyakit tulang.

Tim medis Bernhard Noct Institute for Tropical Medicine (BNI), Hamburg, memperkuat dugaan itu dengan menyimpulkan, penyebab kematian Raja Tut akibat komplikasi malaria dan Kohler II, penyakit yang memengaruhi suplai darah ke tulang.

Situs ABC Science menyebutkan, mumi Raja Tut, terutama bagian kaki, berkali-kali dianalisis dengan sinar-X karena bentuk yang tak sama. Tim peneliti menemukan ada perbedaan bentuk tulang-tulang di kaki kiri. Selain itu, ditemukan pula DNA parasit malaria (plasmodium falciparum) yang juga ada pada mumi empat anggota keluarga kerajaan Mesir kuno. Karena bentuk kaki yang tak sama antara kaki kiri dan kanan, Raja Tut diduga sempat menggunakan tongkat berjalan. Dugaan ini diperkuat dengan adanya temuan 130 tongkat berjalan di dalam makam Raja Tut.

Retak dan patah tulang bagian paha itu diduga menjadi cedera yang tidak pernah sembuh dan semakin parah ketika penyakit malaria datang. Dengan kondisi tulang yang tidak sempurna, ditambah dengan patah tulang dan malaria, kecil kemungkinan Raja Tut bisa bertahan hidup lama.

Hasil pemeriksaan medis yang paling akhir ini mematahkan dugaan, Raja Tut meninggal karena dibunuh. Ahli radiologi dari Kasr Eleini Teaching Hospital di Cairo University, Ashraf Selim, menjelaskan, dugaan pembunuhan itu muncul karena dari hasil pemindaian sinar-X pada 1968 ditemukan ada retakan dan lubang di bagian kepala mumi Raja Tut. Kemudian beredar spekulasi ia dibunuh musuh-musuh politiknya.

Namun, berdasarkan hasil pemindaian sinar-X yang terakhir, pada 2005, sama sekali tidak ditemukan retakan ataupun lubang pada bagian kepala. Retakan yang terlihat pada 1968 diduga tidak terjadi sebelum Raja Tut meninggal, tetapi ketika tim Carter hendak melepas topeng emas Raja Tut. Akibat proses pembalseman yang kurang sempurna, diduga ada bagian-bagian tengkorak kepala Raja Tut yang lepas karena topeng emas itu kuat melekat di wajahnya.


Atletis

Teori baru penyebab kematian Raja Tut membuat pandangan terhadap raja muda itu berubah. Selama ini Raja Tut digambarkan sebagai anak yang sakit-sakitan, manja, dan terlalu dilindungi. Namun, dengan munculnya dugaan baru, yaitu jatuh dari kereta sebagai penyebab kematiannya, Raja Tut bisa jadi remaja berbadan atletis, tegap, sehat, kuat, dan aktif, bahkan rajin berolahraga.

“Sebenarnya banyak bukti yang menunjukkan Raja Tut tidak hanya ahli memanah, tetapi juga pengendara kereta kuda perang yang andal. Lagi pula ia berasal dari keluarga besar Tuthmosis yang memang dikenal sebagai ahli berburu dan berperang,” kata ahli Mesir dari University of Pennsylvania, David P Silverman.

Ahli Mesir dari Yale University yang menulis buku Tutankhamun’s Armies, John Coleman Darnell, yakin, Raja Tut sering menggunakan kereta kudanya seperti umumnya raja-raja pada masa kerajaan Mesir kuno sebagai salah satu cara untuk memamerkan diri sebagai pejuang yang tangguh dan menunjukkan kondisi fisik tubuh yang prima. “Bisa saja dia menaiki kereta kuda itu sambil melepaskan anak panah,” ujarnya.


Tinggalkan komentar

Kategori