Oleh: hurahura | 19 Juni 2012

Observatorium Mohr di Batavia (1)

Warta Kota, Sabtu, 16 Juni 2012 – Jauh sebelum Observatorium Bosscha didirikan di Bandung, sebenarnya di tahun 1761 dan 1769 dunia astronomi di Indonesia mulai berkembang. Ketika itu memang sains tidak memainkan peran penting dalam kebijakan VOC. Sains bisa berkembang justru karena usaha individu yang melakukan penelitian mandiri terkait flora, fauna, dan geologi di Timur Jauh.

Pada 1761 itu para peneliti mengajukan permohonan untuk mendapatkan bantuan pendanaan perjalanan ke Hindia Belanda untuk melakukan pengamatan Transit Venus. Nama ini mengacu pada peristiwa perlintasan Venus di depan Matahari.

Di akhir abad ke-18, masalah terbesar dalam astronomi adalah penentuan jarak rata-rata antara Bumi dan Matahari. Pada 1716, Edmund Halley (Inggris), muncul dengan metode penentuan paralaks matahari yang mengacu pada dua kejadian astronomi, yakni Transit Venus di tahun 1761 dan 1769 (langitselatan.com, diunduh 2 Juni 2012). Halley merekomendasikan Batavia sebagai lokasi terbaik untuk melihat Transit Venus tersebut.

Pada 1760, astronom Perancis, Joseph Nicholas Delisle menulis surat pada astronom Belanda Dirk Klinkenberg untuk meminta bantuan pemerintah Belanda dalam hal transportasi dan penempatan. Pada saat yang sama Inggris juga merencanakan ekspedisi untuk melakukan pengamatan Venus di Sumatera dengan mengirimkan astronom Charles Mason dan Jeremiah Dixon. Akhirnya Belanda memutuskan agar pengamatan tersebut cukup dilakukan oleh orang yang sudah ada di Batavia. Mereka pun harus memiliki keahlian matematika dan mampu menggunakan instrumen kelautan.

Segera Belanda mengirimkan surat ke Gubernur Jendral Jacob Mossel di Batavia untuk mencari orang yang dapat melakukan pengamatan Transit Venus disertai tata cara pengamatan dan perhitungan yang dibuat oleh Delisle. Sayang Letnan Pieter Hermanus Ohdem sudah pulang ke Belanda pada 1760. Ohdem adalah seorang ahli matematika dan navigasi di Akademi Kelautan. Sebelumnya, di tahun 1759, Ohdem melakukan pengamatan komet Halley.

Karena Ohdem sudah kembali ke Belanda maka calon lainnya untuk pengamatan Transit Venus adalah Gerrit de Haan, kepala departemen pemetaan di Batavia. Bersama Pieter Jan Soele (Kapten Kapal VOC) sebagai asisten, keduanya ditugaskan untuk melakukan pengamatan tersebut. Mereka memilih melakukan pengamatan dari pantai di tanah milik Johan Maurits Mohr (1716-1775), pendeta kelahiran Jerman. Mohr pandai menerjemahkan peta pengamatan Transit Venus dari Delisle yang menggunakan Bahasa Perancis. (Djulianto Susantio, pemerhati sejarah dan budaya)


Tinggalkan komentar

Kategori