Oleh: hurahura | 29 Agustus 2014

Balai Konservasi Borobudur Jadi Pusat Konservasi

SeminarSuasana bincang dan seminar 200 tahun penemuan Candi Borobudur (Foto: Djulianto Susantio)

Balai Konservasi Borobudur direncanakan berkembang menjadi pusat konservasi nasional. Tak sekadar mempelajari konservasi cagar budaya berwujud batu, pusat konservasi itu nantinya juga menjadi pusat pembelajaran tentang konservasi beragam cagar budaya, mulai dari tulang, fosil, batu bata, kain, kertas, hingga keramik.

Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Harry Widianto mengatakan, dengan keberadaan pusat konservasi nasional itu, diharapkan lahir konservator-konservator andal di bidangnya. ”Saat ini, kita masih membutuhkan banyak tenaga konservator, terutama konservator cagar budaya kayu,” ujar Harry saat ditemui di sela seminar ”Memaknai Kembali Candi Borobudur” di Magelang, Jawa Tengah, Kamis (28/8).


Libatkan banyak ahli

Persiapan untuk mewujudkan pusat konservasi nasional itu mencapai 30 persen. Harry mengatakan telah menghubungi sejumlah pakar untuk menjadi tenaga pendidik di pusat konservasi itu. ”Ahli dari universitas di seluruh Indonesia dan ahli-ahli di UNESCO dari sejumlah negara, seperti Perancis dan Filipina, juga dilibatkan,” katanya.

Harry mengungkapkan, sejak 1980-an, banyak arkeolog dari Asia Tenggara pergi ke Candi Borobudur untuk mempelajari cagar budaya berwujud batu. Pengalaman dan relasi masa lalu itu diharapkan menjadi modal bagi Balai Konservasi Borobudur untuk menjadi pusat konservasi nasional yang nantinya dikenal luas di dunia internasional.

Kepala Balai Konservasi Borobudur Marsis Sutopo menyatakan, sejauh ini pihaknya sudah memiliki tenaga berlatar belakang strata satu dan strata dua di bidang konservasi cagar budaya batu, batu bata, logam, kayu, dan keramik. Keberadaan tenaga ahli itu didukung sarana-prasarana, termasuk laboratorium.

”Sejauh ini, yang tidak kami miliki hanyalah tenaga ahli dan sarana-prasarana untuk konservasi cagar budaya berwujud kain dan kertas,” ujarnya. Pemerintah pusat diharapkan menambah tenaga ahli dan sarana. (EGI)

(Sumber: Kompas, Jumat, 29 Agustus 2014)


Tinggalkan komentar

Kategori