Oleh: hurahura | 27 Juli 2010

“Tamansari” Elok dari Timur

Kompleks istana air Tamansari Yogyakarta rupanya punya “saudara” nun di timur sana, tepatnya 12 kilometer arah timur Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Di kaki Gunung Rinjani, istana berusia 283 tahun itu berdiri kokoh.

Istana itu bernama Taman Narmada, nama salah satu sungai di India. Sungai Narmada satu dari lima sungai suci umat Hindu di India. Artinya “pemberi kenikmatan.”

Seperti halnya Tamansari, Taman Narmada menjadi salah satu obyek wisata populer di Pulau Lombok, pulau utama di NTB. Kompas berkunjung ke Narmada bersama rombongan wartawan peliput Pemerintah Kota Yogyakarta, Senin (19/7).

Kompleks seluas 10 hektar itu dibangun Raja Lombok zaman Hindu, Anak Agung Ngurah Karang Asem, tahun 1727. Meski tak ada hubungan langsung, salah satu fungsi Taman Narmada mirip Tamansari, yakni istana peristirahatan raja.

Namun, fungsi utama Taman Narmada adalah tempat raja menggelar upacara keagamaan Mulang Peklem. Dulu, setiap tahun pada bulan November, Raja Anak Agung melaksanakan upacara itu di puncak Rinjani. Seiring usia, raja tak kuat lagi mendaki gunung berapi tertingggi kedua di Indonesia itu.

Maka, ia memerintahkan pembangunan istana itu sebagai pengganti Rinjani, bagi dirinya dan siapa pun yang tak kuat mendaki. Pura Kelasa dibangun di undakan tanah tertinggi di kompleks tersebut dan menjadi simbol puncak Rinjani serta pusat pelaksanaan upacara.

Selain Pura Kelasa, ada beberapa rumah tinggal model rumah panggung dari kayu dan bangunan suci untuk sembahyang raja serta lima kolam pemandian. Kolam terbesar adalah Telaga Agung, replika Danau Segara Anak, kaldera Rinjani.

Terdapat pula sebuah sumber mata air bernama Bale Petirtan yang diyakini berkhasiat obat dan membuat awet muda siapa pun peminumnya. Mata air itu daya tarik pengunjung dari berbagai penjuru nusantara. Taman Narmada difungsikan sebagai tempat peristirahatan saat kemarau. Musim itu, raja meninggalkan istana utamanya di Cakranegara, di wilayah ibu kota Mataram kini, untuk beristirahat di Narmada.

“Konon, terkadang raja juga memilih calon selirnya dari dayang-dayang yang mandi di kolam Padmawangi (salah satu kolam di Taman Narmada),” ujar Dedi Wijaya, pemandu wisata.


Rekreasi umum

Sejak Belanda menguasai Pulau Lombok (1894), Taman Narmada dibuka untuk umum. Beberapa kali dipugar, tahun 1992 ditetapkan sebagai benda cagar budaya.

Kini, selain situs pemandian kuno, terdapat kolam renang yang dibuka bagi pengunjung. Taman Narmada juga dilengkapi wahana hiburan seperti perahu wisata di Telaga Agung, sarana outbound, dan flying fox.

Manajer Keuangan dan Pengembangan Bisnis Shulhan Fauzani mengatakan, Taman Narmada ramai dikunjungi wisatawan pada akhir pekan. Puncak kunjungan terjadi pada lebaran ketupat (tujuh hari setelah Idul Fitri). “Kunjungan mencapai 25.000 orang dalam sebulan, didominasi warga lokal Lombok,” ujarnya.

Kombinasi wisata budaya dan fasilitas rekreasi umum adalah kunci bertahannya Taman Narmada di tengah banyaknya obyek wisata lain di Lombok. Berbagai terobosan dilakukan agar pengunjung tak bosan. “Rencananya kami akan membuka area permainan anak serta taman buah seperti konsep Taman Buah Mekarsari,” ujar Shulhan.

Di Taman Narmada, ratusan pohon buah yang didominasi manggis dan durian tumbuh. “Konsepnya, usai berkeliling taman, pengunjung bisa beristirahat sambil menikmati buah-buahan yang dipetik sendiri,” kata Shulhan. Yogya? (MOHAMAD FINAL DAENG)

(Kompas Yogya, Jumat, 23 Juli 2010)


Tinggalkan komentar

Kategori