Oleh: hurahura | 27 Juli 2013

SITUS ARKEOLOGI: Jejak Kejayaan Tarumanagara

Kompas, Sabtu, 27 Juli 2013 – Belasan abad lalu, Indonesia pernah merasakan puncak kejayaan pada zaman Kerajaan Tarumanagara. Kini, manusia Indonesia masih kesulitan hanya untuk menelusuri jejaknya. Sisa-sisa kejayaan itu masih terpendam, tanpa tahu kapan bisa terungkap. Di bawah terik matahari, Ahya (30), warga Kampung Muara, Desa Ciaruteun Hilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, menarik rakit bambu ke tepian Sungai Cisadane.

Seharian melempar jala dan memasang perangkap, ia hanya mendapatkan lima ikan baung, sejenis lele khas Cisadane. Ia mengatakan, sampah plastik dan limbah rumah tangga membuat ikan makin sulit didapat. Kondisi jadi lebih sulit pada musim hujan. Ketinggian air sungai mencapai 4 meter mustahil diarungi dengan rakit bambu.

”Namun, banjir memberi pekerjaan lain. Setelah air surut, saya bekerja sebagai pengangkut pasir dan tanah liat untuk batu bata,” ujar Ahya semringah meski pendapatannya hanya Rp 300.000-Rp 400.000 per bulan.

Belasan abad lalu, saat Kerajaan Tarumanagara berkuasa abad ke-4-7 Masehi, Cisadane sudah menopang kehidupan manusia. Namun, komoditas utamanya bukan pasir, tanah liat, dan ikan. Saat itu, Sungai Cisadane adalah jalur pengangkutan emas dari hutan dan pegunungan di Banten hingga Bogor menuju pelabuhan utama di Bekasi dan Jakarta Utara.

Arkeolog senior Hasan Djafar mengatakan, besar kemungkinan Sungai Cisadane adalah jalur transportasi dan pengangkutan sibuk dengan pelabuhan di sekitar delta Sungai Cisadane dan Sungai Cianten. Sampai abad ke-19, jalur sungai itu masih digunakan untuk angkutan hasil perkebunan kopi di sekitarnya.

”Emas dibawa dari Cidanghiang dan Cikotok di Banten serta Pongkor di Kabupaten Bogor. Aktivitas penambangan hingga kini masih berjalan,” kata Hasan.


Makmur sejahtera

Dalam buku Sejarah Nasional Indonesia II disebutkan, naskah India kuno mengenal nama Yawadwipa yang diyakini sebagai Pulau Jawa. Yawadwipa dikenal memiliki tujuh kerajaan penghasil emas. Hal itu mendorong pedagang India datang ke Nusantara. Perdagangan internasional tertua di Indonesia diketahui sekitar abad ke-1-2 Masehi lewat temuan gerabah Arikamedu India.

Menurut arkeolog sejarah dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Titi Surti Nastiti, potensi itu sangat disadari Purnawarman (395-434), raja terbesar Tarumanagara. Kemungkinan besar, kerajaan-kerajaan penghasil emas itu lantas ditaklukkan. Fakta penaklukan itu muncul seiring tinggalan tujuh prasasti dan dua candi besar di sekitar tambang emas dan pelabuhan. Tulisan di Prasasti Tarumanagara diyakini sebagai tulisan tertua di tanah Jawa.

”Prasasti Kebon Kopi I dan Pasir Koleangkak menyebut Purnawarman sebagai titisan Dewa Indra. Ia berbaju zirah dan menaiki gajah Airawata, ciri khas Dewa Indra yang dikenal sebagai dewa perang. Meski menaklukkan dengan perang, Tarumanagara penuh toleransi dan sejahtera secara ekonomi,” katanya.

Simbol toleransi terbesar Tarumanagara adalah Candi Cibuaya dan Candi Batujaya di Kabupaten Karawang. Candi Cibuaya adalah tempat ibadah pemeluk Hindu. Di kawasan ini ditemukan beberapa arca Wisnu. Hanya berjarak 23 kilometer, berdiri Candi Batujaya. Kompleks candi seluas 5 kilometer persegi ini dibangun pemeluk Buddha. Candi ini terkenal dengan pembuatan batu bata dicampur sekam, beton dari kapur dan karang, hingga mitigasi banjir dan abrasi pantai.

”Kedua candi besar itu pasti dibangun banyak orang saat keadaan damai. Biaya yang dikeluarkan besar dan menandakan Tarumanagara diliputi kesejahteraan ekonomi,” ujar Titi.

Prasasti Tugu yang ditemukan di Kampung Batutumbuh (sekarang wilayah Kelurahan Tugu Selatan, Kecamatan Koja, Jakarta Utara), tahun 1911, mengisahkan kesejahteraan itu. Purnawarman disebut membangun dua saluran air yang diberi nama Chandrabhaga dan Gomati (dua nama sungai di India) melintasi istananya. Panjang saluran air 6.122 tombak atau sekitar 11 kilometer.

Taruma-01

Ahli sastra Poerbatjaraka menduga daerah Bekasi diambil dari kata Chandrabhaga dan kerap berubah menjadi sashbagha atau bhagasasi. Disebutkan, dua saluran itu dibuat di bulan Phalaguna dan Caitra, sekitar bulan Januari-Februari. Purnawarman menghadiahkan 1.000 sapi pasca-pembangunan saluran ini.

Hasan menuturkan, keberadaan saluran itu diyakini memberikan banyak kisah jaya. Melihat tanggal pembuatan, kemungkinan besar saluran air itu adalah bentuk sistem pengairan dan mitigasi kuno.

Purnawarman tahu wilayahnya rawan banjir saat musim hujan dan rentan kekeringan saat musim kemarau. Diduga daerah kekuasaan Tarumanagara sepertinya meliputi wilayah Banten, Bogor, Bekasi, dan Jakarta, yang hingga kini tidak pernah lepas dari banjir dan kekeringan tiap tahun.

”Tarumanagara sudah punya sistem pemerintahan maju. Mereka diduga telah menetap dan bercocok tanam, memiliki sistem peternakan, pola industri, hingga kemampuan berdiplomasi lewat perdagangan dengan bangsa asing,” katanya.


Belum terungkap

Namun, belum semua kejayaan Tarumanagara terungkap. Pusat kerajaan dan letak permukiman belum diketahui pasti. Saluran air sepanjang 11 kilometer pun tak terlihat lagi. Penelusuran sejarah di sepanjang Sungai Citarum yang dekat dengan Prasasti Tugu tidak membuahkan hasil. Pembangunan tanpa memperhatikan tinggalan arkeologi di sekitar Bogor, Bekasi, dan Jakarta jadi penyebabnya.

Peninggalan yang ditemukan pun masih merana. Candi Cibuaya tidak mendapatkan perawatan dan ekskavasi lanjutan. Ditemukan tahun 1959, hingga kini belum bisa dilihat bentuk pastinya. Penjarahan sering dilakukan karena tidak ada aturan dan pengawasan tegas.

Candi Batujaya yang kaya dengan penerapan teknologi juga minim perhatian dan penelitian. Target menjadikan Candi Batujaya sebagai wisata arkeologi unggulan Jawa Barat hanya mimpi. Kejayaan itu terancam terus terpendam tanpa diketahui manusia.

Oleh: Cornelius Helmy


Tanggapan

  1. Saudara Cornelius, saya sangat senang dgn tulisan anda mengenai kerajaan Tarumanegara…. mungkin kita beberapa team yg dipimpin seorang arkeolog untuk mendatangi pemda dan mendiskusikan cara2 praktis untuk melindungi situs2 yang ada…. cita2 mulia, mulai dengan kecil/sedikit, gerak cepat….


Tinggalkan komentar

Kategori