Oleh: hurahura | 26 Juli 2011

Cerucuk dan Jangkar di Taman Beos

Warta Kota, Selasa, 12 Juli 2011 – Pembuatan TPO (Terowongan Penyeberangan Orang) di depan stasiun kereta api Jakarta Kota pada 2006 sempat dihentikan selama sebulan. Ketika itu para pekerja proyek menemukan struktur bangunan kuno di dalam tanah. Ketebalan struktur ini lebih dari satu meter, berupa susunan batu andesit besar, susunan batu bata besar, dan ratusan cerucuk kayu. Rata-rata cerucuk kayu itu berupa balok, berukuran panjang 230 cm, lebar 20 cm, dan tebal 20 cm.

Semula diduga struktur tersebut merupakan sisa dari bagian tembok kota Batavia sebelah selatan yang dibangun pada 1620-1640. Ternyata hasil penelitian arkeologi menunjukkan struktur bangunan dan cerucuk kayu berasal dari akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Semasa Gubernur Jendral Daendels (1808) kota Batavia memang pernah dibongkar lalu ditinggalkan akibat wabah penyakit. Kota ini mulai dibangun kembali pada 1905. Struktur dan cerucuk tersebut berfungsi untuk memperkuat pondasi jalan kereta api.

Temuan lain dari TPO berupa jangkar berukuran besar, tingginya sekitar dua meter. Pada awalnya, timbul dugaan adanya kapal kuno yang terkubur di sana. Namun dari penelusuran lebih jauh ternyata jangkar tersebut dimanfaatkan sebagai material untuk mengurug lokasi yang rendah. Ketika itu material apa saja boleh dipakai, yang penting barang apkir (tidak terpakai) dan puing bangunan. Kemungkinan besar, sejumlah jangkar dan meriam pernah dijadikan bahan urugan pembangunan Taman Beos pada 1905. Sayang, satu pun meriam belum ditemukan dari lokasi sekitarnya.

Permukaan jangkar raksasa ini pernah diberi bahan pelindung (coating) pada 2008 oleh Balai Konservasi. Namun karena dipajang pada udara terbuka di Museum Sejarah Jakarta, kondisinya memburuk. Korosi aktif terlihat di semua bagian. Cerucuk kayu dan jangkar merupakan sebagian materi pameran ‘Selamatkan Bukti Sejarah’ yang diselenggarakan oleh Balai Konservasi, salah satu UPT di bawah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, pada 18 Juni – 18 Juli 2011.

Menurut Kepala Balai Konservasi Candrian Attahiyyat, pameran ini merupakan bagian dari kampanye untuk mengajak masyarakat peduli terhadap benda cagar budaya. Selain pameran, diselenggarakan pula workshop setiap Sabtu dan Minggu untuk mendapatkan pengetahuan populer tentang tips bagaimana merawat koleksi benda kenangan pribadi maupun milik keluarga. (Djulianto Susantio, pemerhati sejarah dan budaya)


Tinggalkan komentar

Kategori