Oleh: hurahura | 2 September 2010

Pemerintah Kediri Tolak Biayai Pengumpulan Candi Surowono

TEMPO Interaktif, Jumat, 11 Juni 2010 – Pemerintah Kabupaten Kediri menolak membiayai pengumpulan batu Candi Surowono di Desa Canggu, Kecamatan Badas. Benda cagar budaya itu berserakan di rumah penduduk dan dipergunakan untuk peralatan rumah tangga.

Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Pemkab Kediri Eko Setiyono mengatakan, pemeliharaan dan pembiayaan benda cagar budaya seperti Candi Surowono menjadi tanggung jawab Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan. “Pemerintah daerah tak punya kewajiban itu,” kata Eko Setiyono kepada Tempo, Jumat (11/6).

Karena alasan itu pemerintah Kabupaten Kediri tidak memasukkan pos anggaran perawatan benda cagar budaya dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) mereka. Sehingga mereka menolak turut bertanggungjawab atas potensi rusaknya benda-benda bersejarah di Kabupaten Kediri.

Batuan Candi Surowono saat ini banyak yang dimanfaatkan masyarakat untuk keperluan rumah tangga, seperti alas mencuci pakaian, pijakan kaki (bancik) masjid, hingga pengganjal kandang ayam. Candi tersebut merupakan hasil bangunan Kerajaan Majapahit dan memiliki ribuan potongan relief. “Kami tak punya dana untuk mengumpulkan,” kata Masduki, pengelola tempat itu.

Selain Candi Surowono, peninggalan lain yang kurang terawat adalah kompleks Situs Tondowongso, di Desa Tondowongso, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri. Situs peninggalan Kerajaan Kadiri yang ditemukan pada tahun 2007 itu hingga kini belum juga dibangun sebagai lokasi wisata sejarah. Padahal masyarakat setempat sudah merelakan lahan seluas satu hektar di tempat itu dikelola pemerintah daerah.

Perlakuan yang sama juga dilakukan terhadap makam Desa Selopanggung, Kecamatan Semen, yang diduga menyimpan jasad Pahlawan Nasional Tan Malaka. Meski berkomitmen untuk menjadikan tempat itu sarana wisata sejarah, hingga kini janji Bupati Sutrisno untuk membangun akses jalan ke lokasi makam tak kunjung direalisasi. “Kami masih menunggu hasil riset keluarga Tan Malaka,” kata Eko.

Sikap pemerintah daerah itu membuat para budayawan yang tergabung dalam komunitas Eling Handarbeni Hangrungkepi Upaya Madya (Edhum) Kediri menjadi prihatin. Anggota Edhum Achmad Zainal Fachris meminta pemerintah lebih serius menjaga cagar budaya ini untuk kepentingan sejarah. “Jangan hanya bisa membangun monumen mewah dengan mengabaikan cagar budaya,” katanya.

HARI TRI WASONO


Tanggapan

  1. Q penasaran bentuk asli candi surowono kayak pa ya


Tinggalkan Balasan ke Dian Batalkan balasan

Kategori