Oleh: hurahura | 19 April 2010

Kontroversi Penggalian Kompleks Masjid Al Aqsa Di Yerusalem, Arkeologi Adalah Masalah Politik

London – Batu-batuan di Yerusalem adalah senjata politik dalam pertarungan memperebutkan Tanah Suci. Seperti yang dituturkan wartawan BBC, Paul Reynolds, tidak ada tempat yang lebih sensitif ketimbang Kompleks Masjid Al Aqsa, bangunan agung yang dibangun Raja Herodes. Bangunan tersebut dikenal umat Yahudi sebagai Gunung Moria atau Bait Suci sementara bagi umat Islam dikenal sebagai Haram al-Sharif, masjid suci ketiga setelah Masjidil Haram di Mekah dan Masjid Nabawi di Madinah.

Untuk bisa mengerti bagaimana perdebatan mengenai proyek penggalian dan perbaikan salah satu gerbang kompleks tersebut, sangat penting untuk mengetahui bagaimana sejarah, agama dan politik bertemu. Tanpa itu sulit untuk memahaminya.

Di tempat itulah Raja Herodes membangun Bait Kedua atau merekonstruksi kembali dan di mana Raja Salomo kemungkinan membangun Bait Pertama, yang dihancurkan Kerajaan Babilonia. Di tempat inilah Abraham mempersembahkan putranya Ishak untuk dikorbankan bagi umat Yahudi.

Bait Suci adalah salah satu pusat dari dunia mereka, dan tempat mereka berjanji untuk berkumpul dari pengasingan. Bahkan hingga hari ini, umat Yahudi berdoa di tempat yang terdekat Bait Suci, yang mereka sebut Tembok Ratapan. Umat penganut Yahudi yang taat, tidak akan berani masuk ke Bait Suci karena takut menginjak tempat-tempat yang dikuduskan. Umat Kristen mengenal tempat ini sebagai tempat Yesus menjungkirbalikkan meja-meja lintah darat.

Sementara itu, bangsa Romawi mengenalnya sebagai tempat pemberontakan umat Yahudi. Di bawah Raja Titus (70 AD) bangunan tersebut dihancurkan setelah pemberontakan Zelot, yang juga menyaksikan pengepungan dan jatuhnya Masada.

Setelah Kekaisaran Romawi pindah ke Bizantium, tempat itu kosong selama berabad-abad. Umat Kristen lebih tertarik pada tempat penyaliban Yesus. Kompleks tersebut kotor dan penuh sampah. Kemudian di tahun 638, tentara muslim pimpinan Umar, menduduki Yerusalem. Di tempat itu kemudian dibangun salah satu bangunan tercantik di seluruh dunia, Kubah Batu, menyusul pembangunan Masjid Al Aqsa di dekatnya.

Kubah Batu dianggap suci oleh umat Islam karena mereka percaya batu-batu itu berasal batu yang muncul ke permukaan bumi, di malam Nabi Muhammad SAW melakukan perjalanan ke surga dengan kendaraannya Buraq untuk menerima perintah dari Tuhan. Al Aqsa yang berarti terjauh dibangun untuk memperingati masjid terjauh yang dikunjungi Nabi Muhammad SAW.

Saat Israel merebut Kota Tua dari Yordania, pertanyaan soal masa depan kompleks tersebut muncul. Realisme politik berlaku. Kubah Batu dan Masjid Al Aqsa tidak akan dihancurkan, sebuah kompromi telah dicapai.

Israel memperbolehkan sebuah badan muslim yang dikenal sebagai Waqf untuk mengelola kompleks. Namun, Israel mengklaim hak untuk memasukinya guna menjaga keamanan kompleks tersebut. Mereka memberlakukan klaim itu secara rutin. Israel masuk kompleks melalui sebuah gerbang kecil yang disebut Mougrabi atau Gerbang Moor. Gerbang itulah yang kini menjadi pusat kontroversi.

Karena gerbang tersebut sangat tinggi melebihi tembok, bahkan lebih tinggi dari Tembok Ratapan, gerbang itu harus dicapai melewati jalanan kecil yang terbuat dari gundukan tanah. Tahun lalu, tembok itu runtuh akibat hujan deras sehingga harus diganti dengan susunan kayu. Proyek yang kini menjadi perdebatan itu dirancang untuk menggantikan jalanan yang runtuh itu dengan sesuatu yang lebih kuat dan permanen. Untuk menggantinya perlu menggali sisa-sisa tembok jalan itu hingga ke lapisan batu di bawahnya supaya dapat dibangun fondasi bagi jalan atau jembatan yang baru.


Rutin

Pengamat independen, Pendeta Jerome Murphy O’Connor dari Institut Injil Prancis di Yerusalem Timur, mengatakan penggalian tersebut adalah tugas rutin. “Pekerjaan ini tidak di dalam Haram. Ini di luar, di jalan menuju Gerbang Moor. Jalan tanah menuju tempat itu runtuh dan harus diganti,” katanya. “Saya tidak tahu mengapa warga Palestina memilih membuat masalah ini menjadi isu. Kawasan ini diakui sebagai wilayah Yahudi di bawah kesepakatan yang berlaku di Kota Tua.”

“Jika dibandingkan dengan penggalian ekstensif di kawasan muslim di mana banyak penginapan para peziarah sejak abad ke-8 dilakukan, tak ada protes. Juga tidak ada protes saat penggalian Kota Daud di dekatnya.”

“Penggalian itu jelas tidak membahayakan fondasi Masjid Al Aqsa karena dibangun di atas blok Herodian yang sangat besar yang masih ada di sana,” kata penulis buku pedoman The Holy Land tersebut.

Faktanya, alasan penggalian itu tidak terkait dengan arkeologi. Protes tersebut terkait dengan kehadiran Israel, tegas BBCNews. Warga Palestina dan seluruh umat Islam di dunia keberatan dengan apa pun yang dilakukan Israel yang menyentuh Haram. Pekerjaan yang dilakukan Israel dilambangkan sebagai ancaman bagi Palestina dan identitas muslim. Dalam kaitan ini, argumen ilmiah tentang arkeologi tidak ada artinya.

Gerbang Moor mungkin paling sensitif dibandingkan tempat lainnya, dan satu-satunya gerbang di kompleks itu yang kuncinya dipegang Israel. Israel memilikinya, menurut Murphy, berdasarkan kesepakatan tahun 1967 antara Jenderal Moshe Dayan dan Waqf.

Tahun 1996, Israel membuat terowongan sepanjang Tembok Ratapan, menyebabkan kerusuhan dan kekacauan. Isu tersebut, sekali lagi, tidak terkait dengan konsep penggalian yang sebenarnya.

Namun, masalah itu bukan satu-satunya yang mengaitkan arkeologi dengan politik. Selama beberapa tahun terakhir, Israel menuduh Waqf memindahkan bukti-bukti sejarah Yahudi di dalam Haram/Bait Suci dan membuangnya di tempat sampah.

Khususnya setelah tahun 1967, Israel, di antaranya arkeolog amatir, dan Jenderal Moshe Dayan sendiri berupaya melakukan penggalian untuk mencari bukti bahwa Yahudi pernah di sana dan memiliki hak berada di sana.

“Mereka menggali untuk Tuhan dan negara,” kata Murphy. “Meski bisa dikatakan hari-hari itu telah berakhir. Generasi muda arkeolog Israel hanya menggali. Mereka melakukannya untuk mencari bukti kerajaan Yudea.” Namun di Yerusalem, kita tidak bisa “hanya menggali”. Di sana, setiap batu bernilai. (nat/bbcnews)

(Sinar Harapan, Senin, 5 Maret 2007)


Tanggapan

  1. semoga saja Tuhan selalu memberkati Jerussalem yang suci, jangan ada lagi pertikaian antar umat beragama lagi untuk selamanya. amen!

  2. try to read this…

  3. ” Penemuan arkeologi bukti kebenaran tulisan suci yg di ilhamkan elohim para nabi perjanjian lama dan baru “


Tinggalkan Balasan ke danang sutowijoyo Batalkan balasan

Kategori